Pelukan Izuku membuat Katsuki menyender nyaman pada dadanya, ia berjalan menuju tempat parkir, tangan menggendong Katsuki yang gemetar memejamkan mata, mobil silver yang ia parkir pun ketemu, membuka pintu mobil lalu mendudukkan tubuh Katsuki dengan gentle ke bangku jok. Izuku pun masuk, tangan menggenggam roda stir, mata hijau melirik ke samping pada Kacchan yang terlihat bingung. "Kita mau ke mana Deku?"
"Aku akan membawamu ke tempat aman, Kacchan," jawabnya, nada suara meyakinkan.
Katsuki memejamkan mata rapat-rapat, mencoba untuk menghilangkan pikirannya yang penuh kabut, mencoba untuk tetap sadar. "Aku tidak tau apa yang terjadi." Menggigit bibir bawah, perasaan tidak enak menjalar dari balik benak namun entah kenapa Katsuki tidak bisa bereaksi, hati kecilnya meminta agar ia turun dan lari dari sini, tapi kemana? Ke arah mana dia akan pergi dengan keadaan rentan seperti ini? Katsuki berusaha tenang, berusaha untuk memikirkan hal-hal positif dan mendorong jauh pikiran negatif tentang alpha yang berada di sampingnya.
Izuku mengambil sesuatu dari bangku belakang, sebuah jaket, tubuh Katsuki tersentak kecil saat tangan sang alpha mendekat, memakaikan jaket itu pada tubuhnya, reaksinya membuat si rambut hijau mengangkat alis. Izuku sangat pengertian, jadi tidak mungkin kalau dia ada niat buruk untuk menyakitinya, kan?
Ia bertanya pada dirinya sendiri.
Pandangan Katsuki nanar pada kaca mobil, jaket longgar menutupi tubuhnya seperti pelukan saat dia bersandar di jok, aroma matcha dengan rumput segar tercium dari jaket yang dipakai, jaket yang dilumuri oleh feromon lezat dari sang alpha.
Dia menahan erangan, mencoba agar tetap sadar walau Katsuki merasa dirinya semakin lama semakin tenggelam dan dia tidak tau ke arah mana dia akan kehilangan akal.
Perjalanan berlalu dalam keheningan yang bersahabat. Lampu oranye berderet, berkilauan menghiasi jalan.
"Deku," Katsuki membuka suara, sang pria membalas dengan dehaman, "Apa kau tau aku kenapa?"
Izuku diam beberapa saat kemudian senyuman terukir di bibir, "Entahlah Kacchan, mungkin aku akan memeriksamu nanti, kau tidur saja kalau letih."
Penjelasannya terasa seperti jalan buntu, meskipun kata-kata itu menimbulkan banyak pertanyaan. Katsuki mencoba mencermati wajahnya, tidak ada kesan mencurigakan malah didapati telinga temannya memerah. Katsuki bertanya pada diri sendiri apa mempercayai Izuku adalah pilihan yang tepat?
Dia tidak yakin apa yang harus dipikirkan tentang itu, tetapi dia mengangguk, pandangan kembali pada jendela, mengamati gedung-gedung tinggi serta kendaraan lain yang melewati mobil mereka.
"Apa kau menonton pertandinganku tadi?"
Katsuki mengerjap pelan, berbicara agar dia bisa berada pada dirinya lebih lama, insting terdengar seperti televisi rusak, bunyi penging di telinga serta otak yang sulit berpikir jernih membuat Katsuki berpegang gigih pada sisa kesadaran.
Izuku mengambil waktu sejenak untuk melihatnya, penuh rasa kagum. Memberikan kontak mata selama beberapa detik lalu dia mengalihkan pandangannya kembali ke jalan. "Kau sangat luar biasa, permainanmu paling mencolok dari yang lain, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu saat sedang menonton."
Katsuki tersipu, panas menjalar pada kedua pipi, dia mengerutkan kening berusaha untuk tidak menunjukkan efek dari pujian yang didapat.
"Alpha. Senang."
Kepalanya menggeleng cepat untuk mengusir suara yang baru saja terdengar tanpa sadar, kedua tangan menutup telinga rapat-rapat. "Berhenti—" bisiknya lirih.
Laju mobil melambat, aroma feromon lebih tebal dengan wangi yang lebih intens tersebar, seakan Katsuki bisa merasakan itu pada lidahnya. Katsuki menggeleng lagi, "Jangan Deku! Jangan keluarkan feromonmu!" Ia meronta, namun Izuku tidak menuruti malah makin menguatkan feromonnya. Katsuki terbatuk, seluruh tubuhnya terasa sensitif, bahkan baju yang ia pakai terasa tidak nyaman membuatnya ingin membuang jauh-jauh kain yang tertempel pada kulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DekuBaku] Claimed
FanfictionIzuku, seorang peneliti muda yang berdinamik alpha jatuh cinta kepada seseorang yang mustahil untuk dia dapat. Tapi.. apakah benar hal itu mustahil? #dekubaku #psychodeku