Bagaimana rasanya berpacaran dengan seseorang yang sudah membunuh ayah mu sendiri?.
Mari kita tanyakan itu pada Jaemin.
Yang menjalin kasih dengan Jay Park. Lelaki yang tanpa dia ketahui adalah akar dari masalah keluarganya, otak dibalik pembunuhan ayahnya.
"Happy anniversary yang ke dua tahun!!" Ucap Jaemin, lelaki manis dengan balutan kaos oversize dan celana setengah paha itu menyerahkan sebuah paper bag juga kue dengan dua lilin yang tertancap.
Jay tersenyum, dibalik mata nya yang memerah dan berkaca-kaca "Aku pikir kamu lupa" runtuh sudah pertahanan Jay, dia memeluk kekasihnya dengan isakan kecil membuat Jaemin terkekeh.
"Sorry sayang, aku engga mungkin lupa. Haha, jangan nangiss dong malu sama badan mu yang kayak gapura kabupaten ituu"
Mereka berdua masuk, masih dengan Jay yang memeluk erat kekasih manisnya. "Aku sengaja, prank kamu biar seruu. Sedih banget ya aku cuekin seharian?" ucap Jaemin sambil mengelus kepala Jay. Menghapus air mata dari lelaki yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun ini.
"Sedih, gak mood, marah, bingung juga. Rasanya gak karuan, aku gak tau salah ku dimana. Kamu tiba-tiba cuek, aku sampe overtinking takut kamu mulai bosen sama aku"
Ah Jaemin jadi merasa bersalah, dengan sedih membawa sang kekasih kembali pada dekapannya. "Huhu, sorryyy. Pasti gak enak banget yaa? Janji engga gituu lagii, utututuuu, cinta kuuu"
Ini lah alasan kenapa Jay begitu takut kehilangan Jaemin, karena tidak ada orang yang akan tetap baik-baik saja ketika mereka kehilangan rumah.
Jaemin yang begitu paham tentang nya, Jaemin yang begitu peduli pada hal-hal kecil tentang nya, Jaemin yang begitu menyayanginya.
Jay, begitu mencintai pria manis dalam dekapannya.
Rumah nya.
Tempat dia pulang.
Tempat dia melepas segala penat.
Jaemin, bagaimana nanti kalau mereka berpisah?
Apa Jay sanggup?
Apa Jay bisa?
Bahkan untuk membayangkan nya saja Jay tidak mampu.
"Sama aku terus ya Jaem?"
"Iyaa, sama kamu terus kok!"
Jay memejamkan matanya,
Itu semua,
Kebohongan.
Nyatanya Jaemin pergi.
Namun,
Itu karena kesalahan Jay sendiri.
"KAMU PEMBUNUH!"
"AKU GAK SUDI PUNYA PASANGAN PEMBUNUH KAYAK KAMU SIALAN!!"
"KAMU, kamu yang hancurin segalanya!! Kamu yang membunuh papa ku!! Dasar bajingan sialan!! Aku...aku benci banget sama kamu...pergi dari hadapan aku sekarang!! Gak usah nunjukin muka kamu lagi didepan aku!!"
"AKU GAK AKAN PERNAH SUDI BUAT LIAT LAGI MUKA PEMBUNUH PAPA KU!!"
Jay memejamkan matanya, membiarkan sang kekasih mengumpatinya hingga puas. Meski rasanya hati Jay tertikam begitu dalam, namun ini adalah buah yang ia peroleh dari perbuatannya sendiri.
"Aku minta maaf..."
"Apa maaf kamu bisa kembalikan papa aku??"
Jaemin menggeleng dengan air mata yang tak hentinya, menunjuk Jay yang hanya diam, menunduk dan bersimpuh.
"Kamu harusnya mati"
"Tebus dosa kamu sama papa aku!!"
"Minta maaf langsung sama papa, bukan aku"
Jay memejamkan matanya, mati ya? Dia memang seharusnya mati saja sedari dulu.
Bukan malah menggantungkan harapan pada seseorang yang bisa kapan saja meninggalkannya.
Harusnya dia membuang saja rasa ingin diberi kasih sayang itu setelah terbiasa di perlakukan bak hewan selama belasan tahun.
Manusia penuh dosa sepertinya, tidak pantas mendapat cinta dari siapapun.
"Kalau aku mati, bisa kamu maafin aku?"
Jaemin terdiam, sejujurnya, hatinya berteriak pilu. Tidak, bukan ini yang seharusnya Jaemin lakukan.
Namun kekecewaan itu seolah menelan habis empatinya. Seolah dua tahun bukan lah hal berarti, dua tahun yang dilewati bersama tiada guna.
Karena baginya, dua tahun menghabiskan waktu bersama seseorang yang telah membunuh ayah nya adalah membuang waktu dengan percuma.
"Jaemin, bukan keinginan aku untuk hidup seperti ini. Menjadi manusia berlumur dosa, menjadi pembunuh dan menghancurkan harapan-harapan kecil orang lain. Bukan keinginan ku, untuk hidup tanpa didikan orang tua, yang mungkin membentuk aku menjadi orang yang tak punya belas kasih"
"Aku di didik dengan kekerasan, tidak makan jika tidak mendapatkan uang, disiksa jika melakukan sebuah kesalahan. Nyawa pertama yang aku pertaruhkan adalah seorang ayah yang begitu memanjakan anak semata wayang nya. Namun karena dendam seseorang memaksa aku untuk mengambil nyawanya, aku sepuluh tahun waktu itu--aku hanya mencoba menghindari kematian ku sendiri dengan mengorbankan orang lain"
"Kamu benar, harus nya aku mati saja. Manusia kotor seperti aku, tidak pantas untuk hidup kan?"
Jay menatap tepat di mata Jaemin, memerah dan sembab. Dia telah menghancurkan rumah nya sendiri.
fin
Aku revisi totall
KAMU SEDANG MEMBACA
Harem || nana x All
Fanfictioncerita berisikan one shot Jáemin yang sudah pasti bxb Mengandung konten M-preg dan beberapa kata kasar