THE RED THREAD OF FATE-003

276 47 16
                                    

Seketika rasa sesak memenuhi rongga dada, begitu menyakitkan bak seluruh susunan rusuk yg memeluk jantung merematnya dengan amat kuat. Pria itu bahkan jatuh bersimpuh dengan air mata yg mulai menganak sungai.
Perasaan patah hati yg entah karena siapa.

Aroma khas desinfektan dan obat-obatan menyapa penciuman disepanjang lorong yg dilalui pria berpostur tinggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aroma khas desinfektan dan obat-obatan menyapa penciuman disepanjang lorong yg dilalui pria berpostur tinggi. Setelan mahal dengan wajah rupawan mampu menghipnotis setiap pasang mata yg ia lewati.
Ruangan VVIP diujung lorong adalah tujuan akhir pria itu.
Ketukan lemah tiga kali sebelum pintu ganda dengan ukiran bunga sakura dibagian tengahnya terbuka pelan.

“Sayang…”
Sapaan itu sukses membuat siwanita menolehkan pandangannya lantas tersenyum cerah

“Mas…”
Wanita itu melipat bagian ujung kertas halaman yg sedang ia baca, menutup buku di pangkuan melepas kacamata bacanya dan bersiap menyambut pelukan hangat prianya.

“Serius banget, baca apaan sih, sayang?” kening dikecup, tubuh yg terasa lebih kurus dari sebelumnya dipeluk sayang.

“Biasa, novel favoritku”
Sahutnya sebelum melepaskan pelukan. Jemarinya terulur mengusap rahang tegas prianya dengan sayang

“Kok gak ngabarin aku kalo kamu pulang, mas? Akukan bisa siap-siap paling enggak kamu ga liat aku dalam keadaan pucet gini” 
Keluhnya sedikit kecewa

“Mau ngapain sih pake siap-siap segala, you look so fine”

“Tapi kan aku pengen nyambut suamiku dengan keadaan yg lebih baik, maaf ya mas” siwanita menunduk sedih

“Wendy… kita sudah pernah bahas ini bukan?”

“Maaf mas… maaf karena kamu harus beristrikan orang cacat dan sakit-sakitan seperti aku, maaf mas…”
Bulir air mata seketika membasahi pipi, sipria kembali memeluk istrinya demi menenangkan.
Ia paham, sangat paham apa yg wanitanya rasakan. Penyakit menahun yg tak kunjung sembuh, obat-obatan keras yg selalu dikonsumsi bahkan kemoterapi yg membuat rambut indahnya layu dan kulit cantiknya mengering membuat wendy menjadi lebih sensitif dari biasanya. Wanita itu selalu merasa bersalah pada suaminya sebab keadaannya.

“Ssstt… sudah, ya… liat saya, wen“ wajah murung yg tenggelam didada dipaksa mendongak hingga kedua iris memerah itu terkunci dengan obsidian kelam milik sang suami

“I love you the way you are. saya menikahi kamu dan berjanji dihadapan tuhan untuk menerima kamu dalam keadaan suka maupun duka, dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan senang maupun susah, remember?” wendy mengangguk namun air matanya kian deras mengalir
“Saya tidak pernah sekalipun merasa terbebani dengan keadaan kamu, jadi berhenti menyalahkan diri kamu sendiri, hm”

“Mas… maafin aku. aku cuma gak tega sama kamu. Disaat para suami diluaran sana mendapatkan pelukan hangat sepulang kantor, kamu malah harus bolak-balik rumah sakit karena penyakitku. Disaat para suami diluaran sana bisa menggendong putra atau putri mereka sebagai pelepas penat, kamu malah harus dengerin keluh sakitku saat cuci darah. Aku merasa ga berguna sebagai istri kamu, mas.”

[Chan-Baek] THE RED THREAD OF FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang