06

3.6K 574 55
                                    

Disinilah sekarang Rey berada, di sebuah gang kecil bersama dengan dua orang tadi. Rey berdecak kesal saat tahu bahwa dua orang di depannya ini ternyata ingin merampoknya.

"Hey bocah, serahkan barang yang akan kau jual di toko berlian pada kami" ucap seorang pria yang berusia  antara 37 tahunan.

"JANGAN PANGGIL AKU BOCAH PAMAN, NAMAKU JAZZ, YOU KNOW JAZZ? YOU KNOW?!" teriak Rey yang membuat mereka menutup telinga agar tak tuli.

"Apa yang anak ini bicarakan, kita ambil paksa saja biar cepat" mereka langsung mengeledah tubuh Rey, "woy bangsat, kalian mau memperkaos gue ye?!" Mereka tak mendengarkan Rey dan terus menggeledah hingga tanpa sengaja  sebuah kotak terjatuh dari saku pemuda itu.

Pria tua tadi langsung mengambil kotak itu, saat membukanya, ia tersenyum puas. "Sepertinya dia memang seorang bangsawan" ucap pria itu lalu mengkode temannya untuk pergi dari sana.

"Permata gue bangsat!" Baru saja Rey ingin membogem pria tua itu, pria satunya lagi sudah lebih dulu menendang Rey hingga terjatuh.

"Anjing! Ini tubuh lembek banget sih" kesal Rey, ia benar-benar frustasi sekarang. Permata yang akan menghidupinya sekarang telah diambil, ia benar-benar akan menjadi gembel hari ini.

°

°

°

"CARI PANGERAN KEDUA, BAHKAN SAMPAI KEUJUNG BUMI SEKALIPUN!!" Teriakan raja Elysian menggelar di seluruh istana, wajahnya sudah merah padam menandakan ia benar-benar marah sekarang.

Anak tengahnya tiba-tiba tak ditemukan di istana. Di sisi lain Nathaniel juga sama marahnya dengan sang ayah, ia bahkan berkali-kali memukul atau menendang para prajurit serta pelayan yang berada disana.

Padahal baru saja kemarin ia menemui adiknya tetapi sekarang adiknya hilang entah kemana, berbeda dengan raja dan putra mahkota, Harry lebih memilih mengurung diri di kamarnya, memikirkan kemana kira-kira kakaknya pergi.

Setelah seorang pelayan mengabarkan bahwa kakaknya tak ada di kamar tadi pagi, Harry buru-buru berlari ke kamar kakaknya, ia meneliti setiap sudut kamar Rey, melihat apa saja yang hilang.

"Rey" gumam Harry sembari menatap sebuah peta yang ia ambil dari kamar Rey.

°

°

°

Rey sedang duduk sembari memeluk lututnya di tepi jalanan, ia tak membawa apa-apa lagi selain permata tadi, dirinya lapar, haus, dan juga mengantuk sekarang.

Rey mendongakkan kepalanya keatas untuk melihat seseorang yang mengulurkan sebuah roti untuk nya.

Pemuda yang memberikan roti tadi nampak tersekima dengan wajah sempurna orang dibawahnya itu.

"Aku bukan pengemis" ucap Rey yang membuat pemuda itu menarik kembali tangannya yang memegang sebungkus roti.

"Maaf" cicit pemuda itu, "tapi aku lapar" pemuda berambut merah tersebut terlihat sedikit terkekeh. Sungguh wajah pemuda yang ia temui ini begitu membuatnya candu sekarang.

"Kau mau ikut ke rumahku?" Tanya pemuda itu yang langsung diangguki oleh Rey, lumayan dapet makan, pikir Rey. Pemuda berambut merah tersebut menghela nafasnya pelan, entah polos atau bodoh ia sungguh tak mengerti kenapa Rey langsung menyetujui ajakannya, bagaimana jika yang menawarkannya adalah orang lain? Bukankah bisa terjadi hal yang tidak-tidak.

°

°

°

"Ini rumahmu?" Tanya Rey yang hanya dibalas deheman oleh pemuda berambut merah tersebut. "Oh aku lupa menanyakan namamu" mendengar ucapan Rey, pemuda itu hanya mengangguk singkat.

"Namaku Jason, siapa namamu?"

"Aku jazz" ucap Rey sembari tersenyum lebar, tidak ada yang mengenalinya disini jadi tak ada salahnya juga kan dia memperkenalkan diri dengan nama aslinya.

"Baiklah jazz, senang bertemu denganmu dan tunggulah sebentar disini, aku akan menyiapkan makanan di dapur" Rey hanya mengangguk patuh, ia merasa sangat senang karena setelah sekian lamanya akhirnya ada yang memanggil dirinya dengan nama aslinya.

Note ; sekarang kita panggil Rey dengan jazz.

"Terimakasih atas makanannya" ucap jazz sembari menunjukkan sederet gigi nya. Jason hanya tersenyum kecil, ia sibuk memandangi wajah tampan jazz yang membuatnya tak bisa berpaling.

"Ni bocah Napa dah anjing" batin jazz yang merasa risih karena Jason terus saja memandangi nya.

Jason mengerjapkan matanya ketika jazz tiba-tiba melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Jason.
"hmm?" mendengar suara deheman Jason yang amat lembut membuat jazz merinding sendiri, dalam hati ia bertanya-tanya kenapa pemuda berambut cabai merah itu selalu bersikap aneh sedari tadi.

"aku akan membalas kebaikanmu jika nanti kita bertemu lagi, aku pergi dulu, sampai jumpa Jason" pamit jazz sembari turun dari kursi dan hendak melangkahkan kakinya namun keburu ditahan oleh Jason.

"sepertinya kamu bukan orang desa ini, apakah kamu punya tempat yang akan dituju?" tanya Jason sembari memegang pergelangan tangan Jazz.

mendengar pertanyaan Jason, raut wajah Jazz langsung berubah masam, sial ia lupa bahwa dirinya tak ada tempat tujuan dan juga tak membawa uang sepeser pun.

diam-diam Jason menyeringai ketika melihat raut wajah Jazz. sudah ia tebak bahwa pemuda di depannya itu datang tanpa tujuan.

"mau tinggal disini bersamaku?, setidaknya sampai kau punya tempat yang akan dituju nanti" Jazz menatap Jason yang juga sedang menatapnya dengan hangat, melihat tatapan Jason itu ia langsung menganggukkan kepalanya.

"terimakasih, aku berutang banyak padamu" ucap Jazz sembari menunjukkan senyum terbaiknya. "ingat kamu harus membayarnya nanti" kata Jason dibarengi dengan tawanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be A Prince?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang