11. Unbelievable
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Kau mungkin terlihat lebih cocok menjadi seorang pelukis Elden, aku merasa sangat tersaingi." Adel memandang penuh kagum kanvas yang sedang Elden lukis.Lelaki itu sontak mengehentikan kegiatan melukisnya lalu menatap intens ke arah Adel , "Berhentilah menyanjungku seperti itu Adel."
"Aku hanya menyatakan sebuah fakta, kau pun sering melakukan hal itu," jawab Adel dengan nada santai.
"Jadi kau berniat membalas dendam padaku?" Elden menaikkan sebelah alisnya, netra lelaki itu bagai menghipnotis Adel sejenak, membuat jantung Adel berdegub dengan kencang.
"Tentu saja tidak seperti itu, ah sudahlah! Berhenti mempermainkanku seperti itu Elden. Dan berhenti menatapku seperti itu." Adel menunjuk wajah Eldrn lalu membuang mukanya.
Tentu saja ia melakukan itu untuk menutupi wajah meronanya.
"Kau selalu merona jika aku melakukan hal itu, menggemaskan sekali." Elden terkekeh lalu melanjutkan kegiatan melukisnya.
Sambil mencuri pandang Adel juga akhirnya melanjutkan kegiatan melukisnya. Namun percayalah, melukis bersama Elden adalah hal yang paling sulit dalam hidup Adel, konsentrasinya dalam melukis teralihkan pada lelaki itu.
Mungkin, melukis sendirian lebih baik untuk Adel. Namun Adel tak mau kehilangan moment manapun bersama dengan lelaki itu, ia ingin banyak menghabiskan waktu sebelum lelaki itu kembali Ke London.
Elden dapat kembali kapan saja jika England membutuhkannya.
"Mengapa kau memandangku seperti itu Adel?" Elden menghentikan kegiatan melukisnya begitu melihat Adel yang hanya diam memperhatikannya.
"Ah tidak, aku hanya ah── mungkin aku akan melukismu lain kali, jadi aku perlu menghapal wajahmu." Adel tersenyum polos lalu kembali menatap kanvasnya. Alasannya bodoh sekali, mungkin Elden akan menganggapnya konyol.
Elden terkekeh pelan mendengar itu, "Kau tak perlu menghapal wajahku untuk melukis Adel, kau bisa langsung memintaku untuk menjadi objek lukismu."
"Ya, bisa juga seperti itu." Adel tersenyum kikuk seraya kembali melukis dengan Elden yang memperhatikannya.
Bodoh sekali aku, dia pasti menganggapku sangat konyol. Pikir Adel.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ❲ M R . E L D R I G E ❳
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤSudah beberapa menit ini Elden betah sekali memandangi wajah sang gadis tanpa ingin mengatakan apapun. Terlihat dari sorot netranya berkata seolah ia sedang menyembunyikan suatu hal, jika saja Adel menyadarinya.
"Adel." Akhirnya lelaki itu mengangkat suaranya.
"Ah ya, ada apa Elden?" tanya gadis itu separuh terkejut.
"Tak apa, terima kasih." Elden tersenyum kecil.
Adel menaikkan sebelah alisnya, "Terima kasih untuk apa? Aku tak melakukan hal apapun, Elden." Ia terkekeh pelan seraya menyimpan palet juga kuas lukisnya.
"Untuk semuanya, tentu saja. Menjadi alasanku untuk bahagia, menjadi alasanku untuk kembali melukis, dan juga terima kasih karena telah mencintaiku, menganggapku sebagai lelaki paling beruntung di dunia."
"Percayalah El, aku yang lebih beruntung dapat bertemu denganmu. Aku yang lebih beruntung dapat mengenal dan dapat dicintai oleh lelaki yang baik sepertimu. Terima kasih telah memberikan banyak pelajaran untukku, pelajaran menjalani hidup dengan sederhana namun bahagia."
Apakah aku benar-benar harus melakukan ini? Apakah aku harus berperan sebagai lelaki yang jahat setelah semua yang kita lalui bersama? Setelah kepercayaan dan nama baikku yang ia genggam erat-erat?
"Ada apa Elden?"
"Terima kasih sekali lagi Adel, percayalah kau adalah kebahagian terbesar dalam hidupku. Di dalam sini, di dalam sini selalu ada namamu yang bersemayam." Lelaki muda itu menunjuk dadanya.
Netra Adel memicing pelan, seribu tanda tanya muncul dalam pikirannya, "Apa maksudmu Elden? Apa yang sedang kau bicarakan?"
"Kurasa sepertinya kita tak bisa seperti ini selamanya, aku bisa meninggalkanmu kapan saja untuk berperang Adel."
Adel tertawa sumbang. "Aku benar-benar tak mengerti apa yang kau bicarakan Elden, mengarah kemana pembicaraan ini pun aku tak tahu."
"Carilah lelaki yang baik lebih dariku, Adel."
"Kau pasti sedang mempermainkan aku bukan? Mana mungkin lelakiku berkata seperti ini, bicaralah padaku bahwa kau sedang bermain-main denganku, Elden!" Adel menatap lelakinya tajam, mencari dimana letak kebohongan yang terpatri.
"Aku bersungguh-sungguh kali ini Adel, aku tak selamanya berada disini. Aku pasti akan meninggalkanmu kembali ke London kapan saja, tanpa bisa aku cegah." Elden ikut menatap Adel intens.
"Aku pikir lebih baik kau mencari lelaki yang dapat tetap menetap disini bersamamu, yang tak sepertiku. Yang bisa membahagiakanmu lebih baik dari apa yang sekarang kulakukan."
Barulah disitu cairan bening mengalir deras dari pelupuk mata si gadis bangsawan, "Kau bicara omong kosong Elden."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
❝𝐌𝐑. 𝐄𝐋𝐃𝐑𝐈𝐆𝐄.❞
fanfiction-romance
by patraniahestia
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. ELDRIGE | HWANG HYUNJIN ✔️
Short Story[ 𝐟𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐡𝐰𝐚𝐧𝐠 𝐡𝐲𝐮𝐧𝐣𝐢𝐧 . ] ㅤ❝hanya kau yang kuinginkan, tuan.❞ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ copyright© 2022 by patraniahestia