31. HE KNOW

818 104 71
                                    

31. HE KNOW.

Seharusnya empat belas, tapi kini tersisa dua belas laki-laki yang terduduk diam sejak tadi sambil menatap sebuah motor yang katanya dibuat khusus untuk mereka.

Rama menghela, ia rasa inilah waktunya. Harus ada salah satu yang mau menurunkan rasa gengsi dan mengalah.

“Harus ada Drazeleron.”

Disaat fokus yang lain teralihkan pada Rama, tidak dengan Haris yang masih betah duduk meneliti setiap inci motor itu. “Gue gak suka kalau ada hubungan yang didasari rasa terpaksa apalagi cuma karena kasihan. Cita-cita Januar bukan buat main-main.”

“Gue serius, gak cuma kasihan atau bahkan main-main. Gue rasa Januar ada benernya, kita emang harusnya dari dulu jadi satu,” pertegas Rama.

Terdiam lama, pembicaraan mereka seperti tertelan begitu saja.

“Ris, Januar pasti nunggu ini,” bujuk Justin lirih.

Masih mempertahankan sorotnya pada kendaraan beroda dua didepannya, lamunan Haris seketika buyar saat satu tangan kanan terulur tepat didepan wajahnya.

Rama, dengan senyum tulusnya meminta tangan Haris. Sementara ketua Etheleron yang notabenenya gemar demokrasi lantas mengedarkan pandangannya pada kelima anggota Etheleron meminta pendapat.

Semuanya serentak mengangguk ringan dengan senyum tipis terukir apik di bibir.

Kembali melirik tangan Rama dan mempertimbangkan keputusan sejenak sebelum benar-benar menyambutnya. Senyum Rama semakin mengembang, ditariknya tangan Haris hingga keduanya berpelukan dan menepuk punggung satu sama lain.

Disusul oleh anggota lain juga meniru perilaku sang ketua.

Sekarang bukan lagi waktunya bersedih.

Mereka harus bangkit.

Jangan ada tangis lagi.

Melepas rengkuh, semua berkumpul menjadi satu. Meletakkan tangan didepan dan saling menumpuk.

Rama mengadu mata dengan Haris lalu kompak menuntun, “DRAZELERON!”

“WILL TOGETHER TILL FOREVER!” ucap mereka senada seraya mengayun tumpukan tangannya.

****

Masih di markas besar Drazer, sekelompok inti geng yang kini diketahui makin besar usai memutuskan bersatu pun berkumpul mengelilingi meja billiard. Diatas sana ada beberapa barang bukti berupa benda-benda dan pakaian milik Jalu serta Januar.

“Kita harus ke basecamp Alderoz,” usul Jason.

“Gak bisa gitu. Kalau ternyata bukan mereka pelakunya nanti malah makin ribet urusannya. Jangan gegabah.”

“Trus mau gimana? Mantengin barang-barang ini terus? Sampe kapan? Kalau gak cepetan gerak, pelaku bisa aja kabur.”

Sudah dua hari terhitung sejak meninggalnya Jalu dan Januar, bukti apapun belum mereka dapati. Bahkan polisi mengembalikan-bukan, Haidar yang menagih kembali semua barang bukti karena ingin mengurus masalah ini sendiri. Gemas katanya.

“Gue tau. Tapi jangan sampe kita makin memperkeruh masalah dengan salah langkah.” yang dikatakan Kenzio memang ada benarnya.

“Sebenernya siapa yang diserang duluan?”

“Gue udah cek hp si Jalu, riwayat chat sama teleponnya gak mencurigakan sama sekali. Jalu terakhir telponan sama Rama sedangkan chat terakhir sama gue,” tutur James.

DRAZELERONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang