Bab 5, Mendirikan Taman Siswa

145 5 0
                                    

Pada waktu itu, Belanda Mengasingkan serta Membawaku ke negaranya. Belanda memberikan kesempatan bagiku, aku pun memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran di sana, aku pun memperoleh Europeeshe Akte, ijazah pendidikan m bergengsi di Belanda. Akupun kembali ke tanah air pada 1918 dan fokus membangun pendidikan seperti cita-cita dan harapan yang ku inginkan. Membangun pendidikan yang aku buat Sebagai bagian alat perjuangan meraih kemerdekaan.

Pada 3 Juli 1922, Akupun mendirikan perguruan bergerak nasional bersama teman-temanku yang bernama Perguruan Nasional Tamansiswa (National Onderwis Institut Tamansiswa). Perguruan ini menekankan pendidikan dengan rasa kebangsaan pada pelajar penerus masa depan serta bagi bangsa Indonesia. Para pelajar ditanamkan rasa mencintai bangsa dan tanah air untuk berjuang memperoleh kemerdekaan. Seperti semboyan yang telah aku buat yaitu berisi "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani". Yang memiliki arti menjadi seorang pemimpin harus memberikan suri tauladan, serta seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan semangat, serta seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.

Aku pun tetap aktif menulis dengan teman pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisanku yang mencapai ratusan buah tersebut menjadi dasar-dasar pendidikan nasional bangsa Indonesia yang merdeka agar tetap bersatu dalam mewujudkan suatu kemerdekaan Indonesia.

Setelah Indonesia menjadi negara merdeka, aku pun sempat diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama. Aku pun juga meraih gelar sarjana doktor Honoris Causa dari Universitas terkenal di Yogyakarta yaitu Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.

Aku bahagia dengan pencapaian dan kerja keras yang ku buat demi mencapai Indonesia yang merdeka dan bersatu untuk masyarakat dalam mewujudkan semangat dan cinta untuk Indonesia.

"Dua Tahun Kemudian, Beliau, sang pahlawan pendidikan Indonesia wafat pada 28 April 1959 di Yogyakarta, dan dimakamkan di sana".

KI Hajar DewantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang