BAB 1

16 3 0
                                    

"Lima ribu tahun sudah berlalu, akankah kau datang hari ini?"

Seorang pria bertubuh tinggi jangkung berdiri dalam kegelapan. Ia memakai jubah hitam panjang serta tudung lebar di kepalanya. Separuh wajahnya ditutupi oleh topeng, sehingga hanya terlihat mata, hidung dan bibirnya yang tipis. Seluruh area di sekitarnya gelap dan sunyi, hanya angin dingin yang menerbangkan jubah hitam panjangnya.

Tatapan matanya tegas, namun menyimpan jutaan perasaan yang tak bisa diungkapkan. Setiap hari ia akan menyempatkan diri untuk berdiri di tempat ini. Nampaknya ia sedang menunggu sesuatu.

Setelah lama berdiri dan merasa sesuatu yang ditunggunya tidak akan datang kali ini, ia pun menghela napas berat dan bersiap untuk kembali.

Namun saat ia akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba muncul sebuah cahaya yang berpijar di atasnya. Langkahnya pun terhenti, dan ia berbalik lalu mendongak ke langit.

Sebuah cahaya yang sangat terang melintas di langit tepat berada di atas kepalanya. Cahaya itu berpijar dan melesat seperti meteor. Kegelapan di sekitarnya langsung menjadi terang seketika.

Pria itu tertegun dan hampir tak percaya dengan penglihatannya sendiri. Namun ia sangat yakin, inilah yang ia tunggu-tunggu selama ini. Terakhir ia melihat cahaya yang menakjubkan ini adalah lima ribu tahun yang lalu.

Waktu ketika seseorang yang sangat luar biasa meninggalkan alam ini.

Pria itu mendongak dengan penuh rasa haru. "Lima ribu tahun sudah terlewati, dan ini adalah waktu yang kujanjikan kepadamu," ucapnya menghadap langit.

Cahaya seperti meteor itu terus melesat dan menjauhinya, menuju ke tempat tujuannya. Pandangan pria itu terus mengikutinya.

"Sudah waktunya kau terlahir kembali, dunia sudah menunggu saat-saat ini. Kisah lima ribu tahun yang lalu akan segera berlanjut," ucapnya lirih dengan tatapan yang mendalam. Lalu ia memejamkan matanya dan menghilang dalam kegelapan.

***

18 tahun kemudian...

"Zia, tangkap ini!"

Sebuah bumerang datang ke arah seorang gadis yang berdiri di halaman belakang apartemen. Bumerang itu begitu cepat, langsung menukik dan menyerangnya. Untungnya gadis itu bisa mengelak dan bahkan menangkap bumerang itu sebelum mengenai anggota tubuhnya yang lain.

Momentumnya sangat pas dan gerakan tubuhnya lincah. Jelas karena gadis ini sudah terbiasa berlatih sebelumnya.

"Hanya satu?" tanya gadis itu dengan santai menghadap matahari terbit.

Sinar keemasan matahari pagi jatuh ke wajahnya yang cantik. Matanya sangat jernih dan indah. Hidungnya pas dan bibir tipisnya sangat manis menawan. Kulitnya seputih salju, tubuhnya ramping dan proposional, rambutnya panjang berwarna cokelat.

Dia seperti keindahan dari dunia lain.

"Baiklah, ambil ini!" teriak dari arah lain melemparkan dua bumerang sekaligus.

Zia tersenyum tipis dan maju menerjang ke arah bumerang datang. Dia menunduk, menukik, dan berputar. Gerakan gesitnya begitu fleksibel dan dengan mudah menangkap dua bumerang sekaligus dengan tangan rampingnya.

Sosok lain yang melemparkan bumerang itu tersenyum puas melihat aksi Zia. "Seperti biasanya, kau keren!" pujinya bersemangat.

Zia meletakkan bumerangnya lalu memandang sosok di hadapannya. Untuk melihatnya, Zia harus menunduk.

Karena sosok di depannya bukan seorang manusia.

Melainkan kucing hitam betina gendut, lucu, dan anehnya bisa bicara.

The Guardian GoddessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang