BAB 3

10 1 0
                                    

"Zia! Lihat di atasmu!" seru Niu mendongak.

Zia langsung melihat ke atas. Matanya terbelalak begitu melihat ada orang di atas sana. Orang tersebut berdiri terlalu dekat dengan tepian gedung. Zia langsung berkeringat dingin.

"Orang itu mau melompat!" seru Zia lalu berlari masuk ke dalam gedung. Niu mengikutinya dan mendahului Zia dengan kecepatan lari kucingnya.

Gedung ini terlihat terbengkalai dan tidak terawat. Zia dengan cepat menaiki tangga menuju ke bagian paling atas gedung tua itu.

***

Profesor Rei kembali ke kantor dan menuju ke ruangan kerjanya. Begitu ia masuk, pintunya langsung ditutup rapat. Rei bersandar di dinding, napasnya cepat dan jantungnya berdetak kencang.
Ia tak menyangka hari ini akhirnya datang juga.

Rei memejamkan matanya dan mengendalikan dirinya. Ia merasa tidak seharusnya bertemu dengan Zia. Selama ini ia memang selalu mengawasi Zia tanpa sepengetahuan gadis itu. Namun siapa sangka, takdir membawanya ke tempat ini dan bertemu langsung dengannya!

Rei tidak tahu semua ini akan menjadi baik atau buruk untuknya.

Rei mendesah pelan. "Kita seharusnya tidak bertemu. Kau pasti akan terlibat jika bertemu denganku," gumamnya resah.

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya. Rei dengan cepat bersikap normal kembali dan membuka pintunya. Ia melihat dosen lain datang dengan wajah cemas.

"Ada apa?" tanya Rei.

"Profesor Rei, sekarang sudah waktunya semua mahasiswa untuk berkumpul kembali. Tapi kurang dua mahasiswi yang belum juga kembali. Yang satu bernama Elga, satunya lagi bernama Zia. Kami sudah mencarinya, tapi mereka tidak ada di sekitar gedung jurusan ini!" jawabnya dengan tergesa-gesa.

Jantung Rei langsung terguncang setelah mendengar nama Zia. "Aku akan mencarinya, kau jaga saja semua mahasiswa yang sudah berkumpul. Jangan biarkan mereka kemana-mana!" perintahnya, lalu bergegas pergi keluar dari ruangan.

Dosen itu belum pernah melihat Profesor Rei secemas ini sebelumnya. Seseorang menghilang belum tentu berada dalam bahaya, kan? Bisa jadi tersesat atau bagaimana. Tapi Profesor Rei ini seolah-olah memiliki prasangka yang kuat akan adanya bahaya.

Ia pun menggeleng dan dengan cepat menjalankan perintah Profesor Rei.

***

Dengan langkah cepat, Zia dan kucingnya sudah sampai di lantai atas gedung tua. Ia melihat seorang gadis yang masih berdiri di tepian gedung. Zia dengan hati-hati melangkah mendekatinya.

"Hei, siapapun dirimu, aku minta padamu tolong jangan sampai melompat ke bawah. Jika kau memiliki masalah, aku akan membantumu sebagai teman. Kita bisa bicarakan itu baik-baik," bujuk Zia spontan saja.

Gadis yang berdiri di sana sama sekali tak bergeming. Zia terus melangkah mendekatinya. Beberapa detik kemudian, gadis itu tanpa aba-aba langsung melompat ke bawah.

Zia hampir jantungan dan langsung refleks meraih gadis itu sebisanya. Namun anehnya, ia hanya menggapai udara kosong, gadis yang melompat tadi menghilang.

Zia mengerutkan kening. "Apa... Apa yang terjadi?" tanyanya bingung.

Niu yang melihat semuanya pun menjawab. "Tadi itu bukan manusia, kau tertipu," jawabnya menyadarkan.

Zia menoleh ke arah Niu, lalu duduk dengan sedikit gemetar. "Bu... bukan manusia?" tanyanya baru menydari. "Bukan manusia maka baguslah, aku tidak bisa membayangkan kalau yang melompat tadi benar-benar manusia," gumamnya lalu menyeka keringat dingin. "Kau tahu? Aku hampir jantungan saat melihatnya melompat. Mungkin karena aku terlalu panik, jadi aku sama sekali tidak melihat perbedaannya dengan manusia. Astaga..."

The Guardian GoddessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang