[this is a same story as the Winter one but this is the girl Pov. lets just say im practice my pov writing.]
Ending of winter
Hawa dingin perlahan menghilang dari permukaan bumi dan hangat yang dibawakan oleh sang surya mulai muncul dan menerangi muka bumi. Musim semi, sebuah musim yang mengingatkan ku terhadap memori indah antara diriku dan Ace.
Kami merupakan dua sahabat yang ada untuk satu sama lain, Ace berada di negeri yang jauh untuk meraih jati dirinya sebagai seorang pendekar yang hebat, sedangkan diriku berada di kota ini sendirian yang bekerja sebagai seorang pembuat hati untuk orang-orang yang mulai kehilangan rasa "hati" mereka. Kami adalah insan yang memiliki pemikiran yang berbeda, bagaikan langit dan laut.
Ace suka sekali mengirimkan surat kepada ku setiap akhir dari musim dingin dan dia selalu mengatakan kalau dia selalu merindukanmu dan merindukan masa-masa indah kami di kota metropolitan ini. Sekarang belum ada surat yang datang dari nya, setiap pagi aku selalu menunggu surat itu di depan pintu tapi selalu tidak ada. Pikiran ku mulai berfikir hal-hal yang membuat ku takut dan khawatir terhadap Ace.
Apa dia lupa?
Apa dia sudah tidak ingin mengirimkan surat lagi?
Apa mungkin dia sudah sangat sibuk sampai lupa mengirim suratnya?
Tapi itu tidak mungkin, Aku tau Ace adalah orang yang tidak gampang lupa dalam banyak hal. Akan kutunggu suratnya walaupun mungkin akan berhari-hari lama nya.
The Waiting
Sudah seminggu lebih lama nya ku menunggu surat dari nya, dada mulai merasa sesak tapi aku berusaha berfikir hal-lah yang optimis tentang nya tapi pikiran pesimis mulai menghantui diriku setiap malam nya.
Aku pergi kedapur untuk membuat sarapan, hati ku mulai terasa sangat hampa sekarang. Aneh rasanya, apakah ini yang dirasakan oleh para pelanggan ku?
Hampa...
Sesak...
Dan sedih...
Sudah lah jangan pikirkan, aku kemudian pergi ke kamar ku dan mengambil piringan hitam dan memutar nya di Vinyl player yang ada di ruang tv. Musik mulai mengiringi seisi rumah dengan lagu-lagu yang diputarnya. Aku kemudian berjalan kembali ke dapur dan menyelesaikan tugasku untuk memasak sarapan ku.
Aku menarus sarapan ku dimeja, betapa indahnya melihat meja ku yang disinari oleh matahari dan dihiasi oleh vas bunga yang penuh dengan bunga sedap malam, ditemani oleh roti panggang yang ditimpa oleh telur Sunny side up/mata sapi setengah matang dan didampingi oleh kopi latte hangat dengan bentuk hati di atas nya.
Sesaat aku baru mengangkat cangkir kopi ku dan menujukan nya ke arah mulut ku, terdengar suara ketukan dari pintu depan. Aku langsung meletakan kembali kopi ku dan berjalan menuju pintu depan ku yang berwarna hitam kebiruan itu.
"ada yang bisa ku bantu-" sesaat ku buka pintu nya kulihat sesosok wajah yang tidak asing bagiku, dua mata yang tajam tetapi melembutkan hati dengan warna coklatnya, rambutnya yang sepertinya terlihat panjang berwarna hitam, senyumannya yang sangat memabukan. Hati ku mulai merasa sebuah kehangatan yang membuat bibirku membuat sebuah senyuman terukir di wajah ku.
"my beautiful, beautiful Liliya. Do you miss me?" suara nya sangat lah manis bagaikan coklat panas di musim dingin, ternyata Ace pulang. Dan dia pulang ke sisi ku di sini.
Aku mempersilahkan Ace masuk kedalam rumah, kami berpelukan erat melepas kan rasa rindu antara kami berdua. Pelukannya tetap tidak berubah, sangat hangat bagaikan perapian, tenang bagaikan angin yang menyelimuti badan ini. Kami kemudian melepas pelukan kami.
"Ace, apa kamu ingin ikut sarapan dengan ku? Aku bisa membuatkannya untuk mu jika kau mau." Aku mengajak Ace menuju dapur.
"My sweet Liliya, kamu tidak perlu melakukan itu untuk ku dan juga aku sudah sarapan kok jadi kamu tidak usah membuatkannya untuk ku." Ucap nya sambil mengelus kepala ku dengan tangan nya, sentuhannya sangat lembut bagaikan awan.
Kami berdua kemudian duduk menghadap satu sama lain, Ace menceritakan perjalanan nya dan juga kehidupannya di negeri seberang. Betapa seru semua kisah-kisah nya sampai aku bisa membayangkannya, aku juga bercerita banyak untuk nya, tentang apa hal yang terjadi di kota, kisah pelanggan yang lucu dan masih banyak lagi. Kami berbincang-bincang dan melepas kerinduan.
Terkadang aku ingin mengucapkan satu buah kalimat untuk nya akan tetapi aku tau kalau dia tidak akan memiliki sebuah rasa yang aku harapkan.
Aku tau bahwa Ace lahir tanpa bisa merasakan rasa "hati" dan aku pasti akan menyembuhkannya. Mengapa? Karena aku sayang pada nya.
YOU ARE READING
ONE SHOT AND POET FROM SCHOOL
RandomAll one shot and poet that I created when I'm bored with my class or maybe free class or maybe both : : : : All of this one shot is can be romance, horror, and many more depending on what is in my head.