[this is a story that i make for my bahasa indonesia project its a nice story so i think im gonna publish it here. but is in indonesian so i hope you like it.]
The ending of winter
Hawa dingin perlahan menghilang dari permukaan bumi dan hangat yang dibawakan oleh sang surya mulai muncul dan menerangi muka bumi. Musim semi, sebuah musim yang mengingatkan ku terhadap memori indah antara aku dan Liliya.
Kami adalah dua insan yang memiliki takdir yang berbeda, dia adalah seorang yang menyembuhkan hati semua makhluk hidup, sedangkan aku hanya lah seorang pendekar yang berada jauh dari nya. Walau pun kami memiliki pemikiran bagaikan langit dan lautan yang luas.
Diriku suka sekali mengirimkan surat kepada Liliya setiap akhir musim dingin dan aku sangat yakin kalau surat-surat ku pasti akan menghangatkan hati nya, terkadang aku sangat ingin merasakan apa yang dimaksud rasa hangat yang ada di dalam hatinya. Tapi sekarang sudah saat yang pas untuk kembali ke kota metropolitan itu. Sekarang aku sedang ada di kereta yang bisa menembus semua rintangan baik itu darat maupun lautan. Bagaimana nanti reaksi my sweet Liliya saat dia mengetahui kalau aku akan pulang ke pelukannya.
Apa dia akan meneteskan airmata?
Apa mungkin dia akan marah? Biasanya seperti itu...
Atau dia akan memberikan senyuman nya yang sangat membuat tubuh ku meleleh?
Tapi sekarang aku hanya bisa menunggu di dalam kereta ini untuk beberapa waktu. Tunggu lah aku my sweet Liliya.
The Arrival
Sudah seminggu aku menunggu di dalam kereta ini, sesaat aku melihat ke jendela nya yang kusam, sebuah terminal yang bertuliskan tujuan ku "The metro city of clarity". Kereta pun berhenti dan aku turun dari kereta walau pun itu hanya diriku sendiri di sini, tidak banyak orang yang ingin datang ke kota Metropolitan yang sangat tua ini tapi kota ini adalah tujuan ku untuk melihat Liliya.
Aku kemudian meminta taxi untuk pergi ke klaster rumah nya Liliya yang berada di samping kota yang bernama "crystal cluster", kota ini tampak nya tidak berubah dari biasanya. Jam besar yang menunjukan tiga waktu, toko-toko yang menjual karya yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari, bahkan air mancur dewi tutha tetap sama. Hati ku berdebar sangat kencang, perasaan ku sangat tegang dan semangat. Entah apa rasa ini tapi aku tau kalau aku senang dan rindu melihat Liliya.
Mobil Taxi pun berhenti dan meninggalkan ku di sebuah rumah yang familiar dengan nuansa Eropa tua, aku berjalan dan sebelum aku menekan bel pintunya aku berusaha menenangkan diri ku dan ku tekan bel pintunya.
Aku mulai mendengar suara langkah kaki nya yang keras.
"ada yang bisa ku bantu-" seketika pintu dibuka, di depanku terlihat sosok wanita dengan rambut merahnya yang dikepang dengan sepasang mata berwarna hijau, bercak coklat yang ada di wajahnya menambah cantik pesona nya, bibirnya penuh kemerahan. Dadaku mulai berdetak cepat bagaikan saat aku sedang berlari dengan kuda ku saat latihan.
"my beautiful, beautiful Liliya. Do you miss me?" dia tersenyum dan mempersilahkan ku masuk ke rumah nya, aroma roti panggang dengan aroma kayu tua menusuk penciuman ku, betapa aku rindu suasana ini, aku dan Liliya berpelukan erat sebagai cara kami melepas rindu antara kita berdua, bau bunga lavender tercium dari rambut nya yang sangat menenangkan, betapa aku rindu harum mu Liliya. Kami kemudian melepas pelukan di antara kami berdua.
"Ace, apa kamu ingin sarapan dengan ku? Aku bisa membuatkannya untuk mu jika kau mau." Liliya tidak pernah berubah, hati nya yang lembut dan baik bagaikan seorang gadis polos dengan hati yang besar. Aku mengikutinya ke dapur.
"my sweet Liliya, kamu tidak perlu melakukan itu untuk ku dan juga aku sudah sarapan kok jadi kamu tidak usah membuatnya untuk ku." Ku elus kepalanya dengan pelan, rambut merah nya sangat lah lembut bagaikan awan di angkasa.
Kami berdua duduk di meja makannya, aku mulai menceritakan semua yang ku ketahui kepadanya, matanya sangat menunjukan bahwa dia sangat ingin tahu dunia di luar kota metropolitan ini. Lalu dia mulai menceritakan kehidupannya dan berita apa saja tentang kota ini. Kami berbicara dan melepas tawa dan rindu.
Terkadang aku sangat berharap kalau dia memiliki obat untuk hati ku yang Hampa dan kosong ini.
Wahai Liliya, semoga kamu bisa membuat rasa "hati" untuk ku, agar aku bisa merasakan apa yang hati besar mu rasakan.

YOU ARE READING
ONE SHOT AND POET FROM SCHOOL
De TodoAll one shot and poet that I created when I'm bored with my class or maybe free class or maybe both : : : : All of this one shot is can be romance, horror, and many more depending on what is in my head.