Benih Mulai Tumbuh, Ikatan Mulai Terikat

4 0 0
                                    

Drama ini dimulai dengan Bianca yang masih saja mencubit pipinya Adrian di waktu yang sekarang.

Adrian : "ADEDEDEDEDEDEDEDE! SAKIT PIPIKU INI MBAK!"

Bianca : "(Masih mencubit pipi Adrian) GIMANA RASANYA? SAKIT KAN? Gitu juga dengan aku, kau malah sempat sempatnya ngeledek aku, kalau cewek amoy gak boleh masak karena ketagihan keamoyannya (melepaskan cubitannya)"

Adrian : "(Buset itu pipinya merah udah kayak disengat lebah rasanya) Buset dah, itu cubitan kau atau jurus sengatan amoy?"

Bianca : "Kalau bisa dua duanya, kenapa harus sebut satu satu?"

Adrian : "(Ngelakuin tindakan konyol dengan mengambil sendok dan pura pura menusukkan dirinya) AAAAAAAAAAAAAAAAAH! TUSUK AKU BIANCA! AKU SEDANG KERASUKAN SETAN!"

Bianca : "(Ketawa terbahak bahak) Gimana aku mau tusuk kau, tapi kelakuan kau kayak begitu? (Masih ketawa terbahak bahak)"

Adrian : "(Melihat dan mulai merasa kalau nasi goreng mereka udah mulai dingin) Ini saking lamanya kenak jurus mematikan, nasi goreng udah menjadi penonton bisu penyubitan dari Bianca Aurelia"

Bianca : "(Ketawa terus ni anak, buset dah itu selera humornya emang sengklek atau gimana?) Oh iya, ya sudah makan yuk, tapi harus berbarengan, please ya? Please! (Mulai tuh muncul muka gembulnya)"

Adrian : "(Ketawa santai sambil berkata dalam hati) Ya Tuhan, sifat dia ini sangat bertolak belakang saat pertama kali kami saling kenal, perubahan sikapnya Bianca justru jauh lebih sengklek ketimbang aku, tapi kalau dia gak terus bersikap ceria, suasana hatinya justru menjadi lebih suram"

Beralih ke 6 bulan yang lalu, dan disinilah momen pertama kalinya Adrian Haryanto bertemu dengan Bianca Aurelia.

Bianca : "(Menghampiri adrian yang sedang memakan nasi padang sesuai dengan lauk yang sudah dia pilih) Apa kau Adrian Haryanto?"

Adrian : "(Menatap Bianca sambil makan nasi padang) Kau keliatan berbeda dari yang lain, apa kau seorang psikolog?"

Bianca : "Bagaimana kau bisa tau?"

Adrian : "Dari pakaian serta tutur katanya, itu sudah cukup menggambarkan kalau kau adalah seorang psikolog"

Bianca : "Begitu ya? Sepertinya kau tau begitu banyak tentang hal tersebut"

Adrian : "Tapi aku gak langsung nerima seseorang seperti kau yang bakal menjadi seorang psikolog yang menangani kejiwaan aku"

Bianca : "(Merasa keheranan dengan perkataan Arian) Kok begitu?"

Adrian : "Apa kau membawa obat obatan seperti kebanyakan psikolog lainnya?"

Bianca : "Aku gak membawa obat obatan, aku bukan tipe psikolog seperti itu"

Adrian : "Yakin kau bener bener gak membawa obat obatan bagi pasien yang mengalami gangguan jiwa?

Bianca : "Kenapa kau sampai segitunya curiga kepadaku?"

Adrian : "Mungkin ini terkesan gak begitu penting, tapi kuberitahu satu hal, aku paling benci dengan obat obatan, yang ada bukannya makin sembuh, malah semakin tambah parah penyakitnya"

Bianca : "Sepertinya kau gak begitu suka obat obatan"

Adrian : "Bukan gak suka lagi, udah merasa mual dengan semua obat obatan tersebut, sekarang bongkar isi tasnya secara perlahan lahan, saya gak mau ada sesuatu yang kau berusaha sembunyikan, sekecil itupun bendanya"

Bianca : "Ngapain aku harus turut permintaan kau? (Respon Adrian langsung menghantam tangan kirinya hingga Bianca merasa ngilu terhadap tangannya sambil merintih kesakitan) KAU GILA YA?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jembatan Penghubung AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang