[Happy reading]
Jangan lupa untuk kasih vote dan follow akun author, ya!
--------------------------------------
"Permisi, pak. Bapak tahu alamat ini?" Aku bertanya kepada seorang bapak yang kebetulan lewat di depanku.
"Ti-dak, tidak. Maaf, permisi!" jawabnya ketakutan sambil menghindar dan pergi.
"Loh. Pak, tunggu dulu!" teriakku sambil melambaikan tangan berusaha memanggil bapak itu kembali. Sudah banyak orang yang kutanyai tentang alamat kost ini. Namun anehnya, mereka semua malah ketakutan saat mengetahui alamatnya.
"Sebenarnya alamat kos kita bener, nggak, sih?" Alifah menyenderkan kepala pada bahuku. Tampak keringat mengucur deras di keningnya.
"Eh, ada satu orang lagi, tuh. Coba tanya!" seru Alifah dengan antusias.
"Permisi, Bang. Abang kenal alamat ini?" tanyaku ragu, sebab sudah banyak orang yang menolak untuk menunjukkan arah alamat kami ini.
Pemuda itu hanya mengangguk, menuntun kami ke arah alamat. Wajah dan bibirnya pucat dan terlihat kekosongan di mata hitam pekatnya. Aneh, selama di perjalanan tak ada satu pun yang dibicarakannya. Bahkan ketika aku bertanya tentang alamat kos itu, ia hanya melirikku dan tersenyum tipis.
"Apa bener ini kosnya, Ra? Kok, serem gini, ya?" bisik Alifa ketika kami sampai di depan gerbang kos. Bangunan tua berlantai dua, dengan dinding luarnya dilapisi sebagian lumut. Di halamannya terlihat berserakan dedaunan kering yang sebagian telah membusuk, sangat tidak terawat.
"Terima kasih, ya ...." ucapku melirik ke kanan. Namun, pemuda itu sudah tak ada di sana. Bulu kudukku mulai berdiri. Perlahan aku menelan saliva.
"Coba telpon pemilik kos ini, Ra! Gue udah capek, nih, mau tiduran." Aku tersadar dan mencoba mengambil benda pipih itu dari saku jaket.
"Halo, Buk. Saya sudah—" Aku terkejut ketika melihat tulisan di depan pintu.
KUNCI BERADA DI BAWAH KARPET
Alifah tertawa. Tangannya langsung mengambil kunci yang berada di bawah karpet sesuai dengan perintah di tulisan itu. Aku mulai merasa hal negatif. "Ayok masuk!" ajak Alifah dengan tersenyum gembira.
***
"Dara ...."
"Hm" jawabku singkat.
"Lo dapat kos murah ini, dari mana?" tanya Alifah sambil memasukkan nasi ke dalam mulutnya.
"Oh, itu gue dikasih tahu temen baru gue," jawabku yang masih asyik bermain ponsel. "Emang kenapa?" tanyaku balik.
"Enggak apa-apa, sih. Gue heran aja. Kok, bisa dapat kos sebesar ini dengan harga murah? Ya ... walaupun bangunannya udah sedikit tua." Alifah telah menyelesaikan makanannya dan beranjak ke kasur.
"Udah, syukuri aja! Temen gue baek, tuh, kasih tahu kos yang harganya murah buat kita," jelasku yang hendak bangkit dari kasur menuju kamar mandi.
"Eh, nama temen baru lo, siapa?" tanya Alifah yang berhasil menghentikan langkahku.
"Sulastri. Dia mahasiswi semester delapan. Udah, ah!" Alifah pun tertawa sebab telah berhasil mengerjaiku Dnegan berbagai pertanyaan yang menggangu.
***
"Fah, gue mau ke depan. Lu ikut, nggak?" Aku mulai memasang helm dan mengambil kunci motor di atas meja.
"Enggak, ah, males!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN CERPEN
Short StoryKumpulan cerita pendek yang tertulis menjadi beberapa Bab. Cerita di mana kamu pernah mengalami hal yang demikian. Atau pernah mendengar cerita dari pengalaman orang sekitar. Cerita ini terdiri dari genre romance, horor, true story dan slide of life...