Setelah bangun dari tidur siangnya, Seola langsung mengambil kacamata bulatnya beserta jurnal kecil begitu melewati meja yang ada disamping ranjangnya.
Seola membuka lembaran-lembaran penuh coretan didalam sana, dan diantara dari halamannya terdapat lipatan yang sangat lusuh. Saat mencapai halaman kosong, Seola buru-buru mengambil pena dan langsung menorehkan tintanya pada halaman tersebut untuk menuliskan beberapa lirik yang tadi sempat mampir ditidurnya.
Setelahnya, Seola mengecek ponselnya yang sedari tadi dia matikan, yang langsung menyuguhi beberapa notifikasi. Tapi dia mengabaikannya, karena dia hanya ingin melihat agenda selanjutnya hari ini.
Lalu membuka laptopnya untuk menyempatkan mengecek surel-surel berkaitan dengan pekerjaan yang masih belum dia lihat.
Agenda untuk hari ini, ada rapat dengan timnya di agensi tempat dia bekerja.
Setelah makan siang dan mengubah sedikit penampilan, Seola pun langsung menancap gas mobilnya untuk pergi ke menuju agensi.
Memakan waktu kurang lebih 30 menit, Seola akhirnya sampai dihalaman gedung agensi. Dia langsung menuju basemant atas untuk memarkirkan mobilnya disana.
Seola langsung menuju ruang rapat yang sudah kawannya beritahu lewat chat. Begitu duduk dikursi meja rapat, salah satu angoota timnya mengulurkan sebuah map tebal berwarna hitam yang ternyata berisi beberapa proposal.
"What is this?" tanya Seola, menerima map tersebut.
"Beberapa proposal kerja sama dengan beberapa agensi. Dan itu agensi besar semua."
"Kalau atasan setuju, gue bakal bilang iya ke semuanya dan langsung tanda tangan. Kebetulan gue lagi banyak ide dan lagi kepingin buat kerja sama banyak orang." Ujar Seola sambil matanya fokus membaca proposal secara sekilas.
Proposal yang dilihatnya ini, ternyata sebagian besar sudah pernah bekerja sama dengannya dan agensi. Bahkan dari beberapa pengaju adalah langganan.
"Lo mau ngelanjutin yang sebelumnya? Atau udah ada yang baru lagi, hm?" tanya Exy, sang rekan timnya.
Seola lantas menoleh dan mendongak kearah Exy yang duduk diatas meja disisi sebelah kanannya. Seola mengulum senyumnya dan mengangguk.
"Masih yang lama. Tapi juga ada yang baru. Mereka berdua masih berkaitan kok, tentang cerita tersembunyi yang bahkan penyanyinya sendiripun bisa luput mengamati." Ujar Seola bangga.
Exy tergelak. "Tapi gue tau kak."
Seola mengerlingkan matanya malas. "Karena gue kasih tau."
"Andai semua orang tau, kak. Mereka bakal nyanjung-nyangjungin lo. Lo bakal dianggep sebagai pembuat lagu terbaik digenerasi ini."
"Buat apa?"
Mata Exy melebar, menatap Seola tak percaya. "Buat apa katamu, huh?"
"Terkenal, dipuji banyak orang, banyak royalti dan koneski, banyak uang. Lo bakal disorot dimana-mana, lo bakal seterkenal artis-artis itu." Ungkap Exy menggebu-gebu karena terlalu gemas.
Seola tergelak. "Buat musik pop dinegara kita, gue yakin lebih dari tujuh lima persen kalo pendengar cuman peduli siapa penyanyinya. Jarang banget dari mereka yang ngamatin siapa penulis, kecuali artis idola mereka terlibat."
"Buat apa juga jadi spotlight, kalau ternyata gue bakal kalah sama grup-grup atau solois besar yang bawain lagu itu." Imbuhnya.
Tanpa sadar Exy mengangguk anggukan kepalanya setuju akan ucapan yang baru Seola lontarkan. "Ada benarnya juga sih."
"Lagipula gue nggak terlalu suka kalo harus jadi pusat perhatian." Seola pun beranjak, dia pergi dari ruang rapat dengan dalih ingin membuat kopi.
Diam-diam mata Exy mengekor perlahan, mengamati kepergian Seola yang langsung hilang dari balik pintu. Exy menyunggingkan senyumnya, merasa bangga.
Itulah seorang Seola Kim, yang lebih suka bersembunyi di balik bayang-bayang para artis yang bekerja sama dengannya.
Seseorang bak mutiara tersembunyi, yang tidak banyak orang tahu tentangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Garden ✔️
Romance~ Koloborasi dan kombinasi sempurna antara Bona sebagai seorang solois mapan yang memiliki kemampuan bermusik handal, bersama dengan Seola sebagai seorang penulis lirik lagu dan komposer berbakat, yang perlahan ingin Bona masukan kedalam lingkaran d...