03 .- Turning Heart

210 20 0
                                    

Bona mengakhiri lagu yang dia nyayikan dengan nada improvisasi, hingga akhirnya suara tepuk tangan meriah itu terdengar menggelegar setelah musik berhenti.

Diatas panggung, Bona memandang lautan kerumunan didepannya dengan senyum lebar, lalu membungkukan tubuhnya dalam-dalam beberapa saat, hingga suara histeria yang harusnya berkurang justru semakin bertambah dengan ditambah teriakan yang menyanjung-nyanjungkan namanya.

Beberapa cahaya dari panggung bergerak untuk menyorot para audiens, membuat Bona dapat melihat wajah mereka secara bergantian dan sekilas, bersama dengan sebuah tangisan yang berubah menjadi senyuman penuh kepuasan dan kebahagiaan.

Mereka semua membanggakannya dan berharap banyak tentang kebahagiaan darinya. Bona dalam beberapa saat terdiam merenung saat mendapati betapa besar kekaguman dan cinta yang diberikan kepadanya.

Mereka mengaguminya karena suara? Itu bisa dimaklumi. Karena penampilannya? Ok, baik.

Atau karena dirinya bisa menjadi penyemangat dihari-hari gelap mereka, menjadi sumber dukungan utama dikala mereka sedih dan terpuruk, menjadi inspirasi?

Bona bahagia dan merasa sangat senang dengan alasan-alasan tersebut.

Namun, apakah mereka semua akan tetap mencintai dan bangga padanya jika tahu siapa dirinya dibalik semua ini?

Bahwa dia tidak terlalu bisa melakukan banyak hal, kecuali menari mungkin?

Bahwa dia bisa saja merasa jenuh dan kosong, dan terkadang tidak ingin melakukan apa yang biasanya dia lakukan seperti sekarang ini.

Bahwa dia juga menginginkan kehidupan yang santai, bebas, dan tidak terikat oleh emosional para penggemar.

Karena entah kenapa, ikatan emosional dengan para penggemar terkadang terasa seperti beban untuknya. Dia harus terus membuat mereka merasa bahagia, karena bagi sebagian orang mungkin dirinya adalah satu-satunya sumber kebahagiaan dalam hidup mereka yang berat.

Dia harus memenuhi ekspetasi mereka, karena dirinya mungkin adalah bagian dari harapan hidup.

Dia tidak boleh mengecewakan mereka, karena mungkin mereka akan puas dan bahagia jika dia hanya melakukan hal hal baik yang mereka inginkan.

Bona mempertahankan senyumannya, meskipun memikirkan itu semua membuat hatinya terluka.

Ada fakta, bahwa kita tidak dapat membahagiakan semua orang.

Bahkan, termasuk diri kita sendiri.

Bona pun undur diri setelah membungkuk untuk yang terakhir kali. Lampu sorot yang menyinarinya perlahan redup, seiring dia berjalan untuk pergi kebelakang panggung.

"Mereka meneriakan encore." Ujar salah satu kru yang datang menghampirinya.

Bona mengangguk. "Terdengar dari sini."

"Apakah kau ingin memberikan penampilan tambahan? Meskipun tidak masuk dalam daftar, tapi kau bisa melakukannya." Ujar sang kru mempersilahkan.

"Tidak usah. Aku sedang merasa tidak bisa melakukannya kali ini." Ujar Bona, menolak tawaran itu dengan halus.

Sang kru mengangguk mengerti. "Baiklah, setelah ini beristirahatlah. Terima kasih atas penampilannya hari ini." Ujarnya, lalu pamit undur diri.

Bona pun segera pergi keruang tunggu, lalu disana dia langsung melepaskan seluruh perlengkapan untuk penampilang panggung barusan dengan dibantu oleh salah seorang staf.

Dia mengucapkan terima kasih dan tersenyum singkat, lalu membiarkan staf itu untuk berlalu. Bersamaan dengan itu dia pergi kepojokan ruangan dan duduk disana.

Bona pun melanjutkan kegiatannya untuk menyusun lagu-lagu favoritnya, yang sempat tertunda sejak berangkat kemari.

Lagu-lagu itu yang jika memungkinkan, bisa dia bawakan sekitar satu sampai tiga diacara radio yang akan dia hadiri nanti, atau mungkin dibawakannya diacara-acara musik selanjutnya.

Setelah menghabiskan waktu seperempat jam, Bona selesai menyusun dua puluh lagu dalam satu daftar putar. Lalu dia membaca lirik-lirik lagu tersebut dengan cepat.

Namun saat berada pada lagu ketujuh, Bona menyadari sesuatu membuat dirinya dengan cepat membuka seluruh tab lirik lagu-lagu tersebut dan melihatnya secara bergantian dengan cermat.

Mata Bona seketika membelalak. Dia segera mengecek kredit lagu tersebut untuk memastikan keyakinannya sekali lagi.

Dan rasa kagetnya berubah menjadi rasa kagum yang tergambar jelas di wajahnya, tatapan sorot matanya, bahkan senyumannya.

Bona segera menghubungi Soobin setelah mengirim kredit lagu yang berhasil membuatnya kagum, dalam bentuk file dokumen.

Tanpa menunggu waktu lama, dari seberang Soobin langsung mengangkat panggilannya, membuat dia sangat bersyukur dan mengembangkan senyum lebih lebar lagi.

"Halo Bin? Lo udah liat kan apa yang udah gue kirim?" sapa Bona dengan pertanyaan mengebu-gebu dan antusias.

"Tapi lo yakin kak? Beberapa lagu itu dibuat Seola sama penulis lirik lainnya, kan? Emangnya lo udah yakin kalo seluruh lirik itu punya si Seola Kim, dan lo bilang tadi dia juga buat story line?" Terdengar dari sana Soobin berujar ragu.

"Gue yakin banget Bin. Itu tu lagu yang dibawain Emma nggak lama ini. Dan lagu Blessing itu cuman ditulis sama Seola Kim sendiri. Gue tadi nemuin sepotong lirik yang agak beda dan jauh dari tema lagu, dan lo tau apa hebatnya? Dia bisa nyambungin sama lirik lain tanpa keliatan aneh. Bahkan lirik-lirik itu kehubung kayak cerita."

Bona terdiam sejenak saat tidak mendapat respon Soobin yang kadang memotong ucapannya jika dirinya berkata panjang lebar.

"Lo ngerti kan apa yang gue maksud?"

"Kalo gitu lo harus mastiin langsung keorangnya sendiri, kak."

"Harusnya sih. Dia bener-bener jenius Bin."

"Lo bener-bener subjektif kak."

"Biarin."

"Terus, kalo dia nggak sesuai sama ekspetasi lo gimana?"

"Dia bakal tetep hebat dimata gue. Dia buat lirik lagu, sesuatu yang nggak pernah bisa gue lakuin. Gue emang penyanyi, solois lagi. Tapi, kan ada juga penyanyi yang cuman bisa bawain lagunya dan nggak bisa buat. Kayak gue."

"Mungkin Seola Kim nggak bisa nyanyi, atau nggak karena nggak bisa nguasain vocal selevel penyanyi profesional." Imbuh Bona.

Dari sana Soobin tidak bisa menahan senyuman. "Andai gue jadi manager lo kak, dia bakal langsung gue seret buat buatin lo lagu."

Mendengarnya, Bona tersenyum penuh arti. Membuat sakit dihatinya saat dipanggung tadi hilang seketika. Apalagi ketika dia semakin memikirkan sebuah lagu dan Seola secara bersamaan, Bona seolah dilambungkan ke langit tinggi-tinggi bersama perasaan bahagianya yang sangat membuncah.

Hati ini memang sangat mudah untuk dibolak-balikan keadaannya. Dan Bona sangat merasakannya kali ini.

Our Garden  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang