"Attention, please." ucap seorang wanita, mantan kepala asrama Gryffindor yang sekarang menjadi kepala sekolah Hogwarts, Minerva Mcgonnagal."Karena kerusakan parah yang terjadi setelah adanya perang, kalian akan dipindah ke gedung sebelah. Tidak akan mudah memperbaiki kerusakan parah pada Hogwarts maupun dengan bantuan sihir." lanjutnya lagi. Hogwarts mengalami kerusakan parah setelah adanya perang melawan para Death Eater. Tak akan mudah memperbaikinya walaupun dibantu dengan sihir sekalipun.
"Kertas ini akan menentukan roommate kalian secara acak." kertas yang terisi penuh dalam satu box berukuran sedang itu terbang dengan sendirinya, menuju kepada orang yang namanya tertulis pada kertas tersebut.
Sebuah kertas telah mendarat ditangan Harry, ia lalu membuka kertas itu. Bloody Hell! Merlin, betapa terkejutnya Harry saat melihat kertas itu, itu Draco Malfoy! Sayang sekali karena tak bisa bertukar dengan siapapun.
"Harry, kau satu kamar dengan siapa?" tanya sahabatnya yang berambut merah itu, Ron.
Jujur saja, Harry belum siap menagatakan ini. Ia tak menjawab pertanyaan sahabatnya itu lalu diam sejenak, malah ia yang bertanya kepada Ron "Kau sekamar dengan siapa, Ron?" tanya Harry.
"Dean." jawab Ron dengan santai.
"Kau, Mione?"
"Ginny."
"Yaampun, kalian sangat beruntung" ucap Harry.
"Kenapa Harry? Apa ada yang salah?" tanya Hermione yang melihat Harry termenung setelah pembagian kertas tadi.
Harry hanya diam sambil menundukkan kepalanya. Belum sempat Harry menjawab, Ron, sahabatnya yang cerewet itu bertanya kembali "Harry, siapa mate mu?"
"Malfoy" jawab Harry dengan muka datar lalu menatap kearah Draco Malfoy itu, ternyata Malfoy itu juga sedang menatap kearahnya dengan smirk khasnya kepada Harry.
"Astaga, Yaampun. Apa-apaan kertas itu?!" Protes Ron tak terima karena sahabatnya akan satu kamar dengan Draco bloody Malfoy. Tentu saja tak terima, for fuck's sake!
"Tak apa, Harry. Aku dan Ron tak keberatan memukul wajahnya jika dia macam-macam denganmu." ucap Hermione mencoba menenangkan sahabatnya itu.
Harry terkekeh kecil mendengar ucapan temannya itu. "Terimakasih Ron, Mione." ucapnya.
.
.
.
Malam hampir tiba. Harry, Ron, dan Hermione berjalan bersama menuju kamar mereka masing-masing.
Hermione terlebih dahulu memasuki kamar karena kamarnya paling dekat. "Dah Ron, dah Harry. Tenang saja, si Malfoy itu tak akan berani mendekatimu ataupun menyakitimu. Jika saja dia berani, aku akan melemparinya mantra Avada Kedavra!" ucap Hermione kesal dan tak terima, mengingat sahabatnya satu kamar dengan rival-nya.
Harry hanya mengangguk lalu tersenyum menahan tawa. Kedua temannya itu memang sangat peduli padanya. Bahkan, mereka berdua masih setia menjaga kepolosan Harry. Yang benar saja, Harry sudah dewasa! dia sudah bukan bocah enam tahun lagi. Mungkin mereka hanya tak ingin Harry beranjak terlalu dewasa dan berubah. Ron dan Hermione sudah seperti orangtua-nya, tentu saja sangat sayang pada Harry.
Ron sudah terlebih dahulu masuk ke kamarnya. Bagaimana dengan Harry? Ah, kamarnya jauh diujung.
Saat itu, Harry sudah dekat dengan kamarnya, namun dia melihat seorang laki-laki yang berdiri didepan pintu kamarnya. Ia sangat mengenal laki-laki dengan rambut pirang platina itu, tentu saja Draco Malfoy si menyebalkan.
"Apa yang kau lakukan disini, Malfoy?" tanya Harry. Apa yang dia lakukan didepan pintu itu? Bagaimana orang bisa masuk?
"Menurutmu apa yang kulakukan?" jawab Draco dengan seraya menyeringai.
Siapa yang tidak terpesona oleh ketampanan anak satu-satunya Lucius Malfoy ini? Bahkan banyak yang terobsesi padanya, sedangkan Harry biasa saja pada Draco.
"Minggir, Malfoy!" ucap Harry dengan nada keras.
"Tak bolehkah aku bersantai disini?" tanyanya lagi.
Sudah cukup, Harry sudah muak dengan bloody Malfoy itu. Harry mendorong Draco sebisa mungkin, tapi saat dia melihat kearah Draco, dia tak terpindah sedikit pun. Bahkan dia tersenyum seperti mengejek Harry.
"Baiklah, Malfoy, aku akan tidur diluar. Nikmati saja kasur itu sendirian! bukankah itu maumu?" ucap Harry, dia mungkin tak keberatan jika harus tidur diluar daripada tidur bersama Malfoy itu.
"Apa? Mengapa harus kunikmati sendiri jika bisa bersamamu?" ucap Draco tak tahu malu. Yang benar saja, apa yang telah dikatakan seorang Bloody Malfoy ini? Demi Merlin, itu sangat memalukan. Jika saja ada yang mendengarnya, pasti akan tersebar dengan cepat keseluruh Hogwarts maupun dunia sihir.
Tentu saja, bagamaina bisa seorang rival Harry selama di Hogwarts itu tiba-tiba menggodanya? bahkan dengan kata-kata yang menjijikkan seperti itu, ihw. Tak sudi sekali Harry tidur dengannya.
"Gila."
Harry lalu mendorong Draco dengan keras, sehingga Draco terjatuh. Harry tak memperdulikannya dan dengan tergesa-gesa masuk ke kamar, mengusap bibirnya yang baru saja dikotori oleh Draco.
Draco berdiri lalu merapikan bajunya yang sedikit berantakan. Draco ingin masuk kekamar, namun saat berjalan menuju pintu, sebelum-
PLAK
"Ah, shit!" Harry menutup dan mengunci pintu sebelum Draco sempat masuk, alhasil Draco kesakitan setelah tertabrak pintu.
"Harry, sialan!" Draco berteriak sekeras mungkin. Pikirnya takut saja Harry tak mendengar, padahal Harry sudah muak mendengar Draco itu, namun ia sama sekali tak memperdulikannya. Siapa suruh mencium orang sembarangan? tak tahu malu!
Harry tidak tahu kenapa Draco senekat itu untuk menggodanya. Tidakkah ia berpikir bahwa kata-kata itu menjijikkan? Mereka sesama lelaki, Draco—seorang bangsawan—seharusnya berpikir jernih.
Tbc
Ahak ahakk, sorry guys singkat banget yahh? hehee
aku mau ngetes dulu, ini bagus apa gaa.
Nanti lanjutt yahh.Makasih yang udah enjoyy, tunggu bab selanjutnya yahh. Byee, don't forget to vomment! 🖐️

KAMU SEDANG MEMBACA
[DRARRY] Your Mate. [DISCONTINUED]
FanficDraco Malfoy x Harry Potter ft. Cedric Diggory "Aku mencintaimu." "Jangan bercanda. Kita saling benci." . HOMOPHOBIC, GET OUT OF HERE. AND GET OUT OF HERE IF U JUST WANT TO BE A SIDERS. ⚠️WARN: GAY BL YAOI BXB ALUR SESUAI MOOD AUTHOR . [Draco!Dom] ...