I - Kita Bertemu

40 4 4
                                    


"Kita terlalu asing untuk saling mengenal"
- XXVII

Almira atau kerap kali dipanggil Nana sedang menunggu angkutan umum di halte bus dekat sekolahnya, menggosok  kedua telapak tangannya yang terasa ngilu karena hawa dingin serta rintikan hujan yang mengenai permukaan kulitnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Almira atau kerap kali dipanggil Nana sedang menunggu angkutan umum di halte bus dekat sekolahnya, menggosok  kedua telapak tangannya yang terasa ngilu karena hawa dingin serta rintikan hujan yang mengenai permukaan kulitnya. Seragam yang sedikit basah membuat dirinya semakin kedinginan.

Lama menunggu angkutan umum yang tak kunjung datang, akhirnya Almira memutuskan untuk berjalan kaki setelah memastikan hujannya reda.

Saat di perjalanan Almira melihat seseorang yang tengah duduk di pinggir trotoar dengan tampilan yang berantakan dan kotor, sikutnya yang sedikit berdarah, serta motor yang tegeletak begitu saja. Sepertinya pria itu baru saja terjatuh dari motor karena jalanan yang licin.

Almira ingin sekali mengabaikannya tetapi ia masih mempunyai hati nurani, lalu ia menghampirnya, matanya tak sengaja melihat atribut yang menempel dilengan seragam sekolah pria itu, ternyata masih satu sekolahan dengan dirinya.

"Lo nggak pa-pa?" tanya Almira sambil berjongkok di sampingnya

Pria itu pun menoleh sebentar dan mengabaikan pertanyaan dari gadis yang menanyakan keadaannya barusan, lalu kembali fokus terhadap lukanya.

Almira merogoh sesuatu ke dalam tasnya kemudian Ia menyodorkan benda itu.

"Tangan lo kotor nanti malah infeksi, nih... sapu tangan sama air buat bersihin luka lo."

Dia menatap sapu tangan dan air mineral itu bergantian, tanpa berniat mengambilnya.

"Tenang aja sapu tangannya bersih kok, airnya juga masih baru," ucapnya seperti tahu apa yang dipikirkan pria tersebut.

Setelah menerima sapu tangan dan air mineral dari Almira, ia segera membersihkan lukanya dengan perlahan sesekali meringis menahan perih.

"Udah 'kan? gue duluan ya... udah sore." Pamitnya lalu berdiri.

"Tunggu!" Pria itu ikut berdiri "Gue anterin ya... itung-itung sebagai ucapan terima kasih karena lo udah nolongin gue," lanjutnya.

"Enggak usah, rumah gue deket kok bentar lagi juga nyampe." Almira yang notabenenya tidak mengenal pria itu tentu saja menolak ajakannya tersebut.

Yang menjadi lawan bicaranya cukup tertegun dengan senyuman manis yang Almira berikan diakhir kalimatnya.

"Lo nggak boleh nolak, gue ngerasa nggak tahu diri kalo gini jadinya, tenang aja gue bukan orang jahat."

Benar bukan? hanya orang yang tidak tahu diri jika sudah ditolong oleh orang lain tapi tidak menolongnya kembali.

"Ayo naik! nanti keburu ujan lagi." Pria itu sudah duduk di atas motornya yang tadi tergeletak.

Almira hanya mengangguk lalu menaiki motor tersebut.

"Rumah lo dimana?"

"Di depan sana belok kiri, terus lurus dikit belok kanan," ucap Almira sambil menunjukkan arah rumahnya.

27 Usai DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang