three

2.2K 157 22
                                    

"something something that we finally meet, i don't want to wake up in the dream that i met you..."

***

Melihat senyum Chenle yang getir, wanita itu berkata dengan nada khawatir, "Apa kamu yakin kamu baik-baik saja, Nak Chenle? Kamu pasti kecapekan, ya?"

Chenle mengerucutkan bibirnya dan menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin memikirkan hal-hal kacau ini, jadi ia mengalihkan topik pembicaraan. "Kalau begitu aku akan nemenin Tante sampai Jaemin Hyung datang ya?"

Ibunya Jaemin mengangguk. Chenle baru menyadari bahwa ibunya Jaemin masih memegangi tangannya.

"Eomma?"

Chenle tersentak. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Jaemin berdiri hanya tiga langkah darinya. Chenle langsung membuang pandangan.

Sial. Sial. Sial, umpat Chenle beruntun dalam hatinya. Mampus aku, mah!

Ibunya Jaemin segera menyahuti panggilan itu dan menyuruh Jaemin mendekat.

Jaemin berhenti di samping Chenle. "Maaf membuatmu menunggu, Eomma.."

Ibunya Jaemin tersenyum. "Tidak apa-apa, ada Nak Chenle yang menemani Eomma."

Jaemin menatap Chenle dan berterimakasih. "Makasih ya Chenle.."

Chenle memaksakan senyum. "Iya sama-sama, Hyung..." Padahal ia sudah menahan nafas dari tadi. Kehadiran Jaemin begitu berdampak baginya. Ia dapat mencium aroma tubuh pria itu menguar dan mengusik indra penciumannya, membuat Chenle pusing dan berhalusinasi bahwa ia sedang direngkuh oleh pria itu. Hanya karena baunya.

Chenle ingin mati rasanya. Ia tidak tahan. Ia ingin pergi dari sini. Segera.

"Kalau begitu Chenle permisi dulu ya Tante..." pamit Chenle mencoba melepaskan genggaman ibunya Jaemin.

Namun wanita itu menahan kuat tangan Chenle. Ia menatap mata Chenle dengan serius dan berkata, "Datanglah ke rumah kapan-kapan. Tante akan memasakkan makanan enak untukmu, Nak Chenle."

Chenle tergagap. Ia tidak pernah berpikir bahwa suatu hari ia akan diundang makan oleh ibunya Jaemin. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Tanpa sadar ia menatap Jaemin dan meminta pertolongan pada pria itu melalui matanya, lupa bagaimana ia berusaha menghindari pria itu sebelumnya. Saat ia menoleh ia telah menemukan bahwa Jaemin telah menatapnya duluan. Entah sejak kapan, Chenle tidak tahu dan tidak ingin menebak.

Jaemin terkekeh. "Kenapa Chenle-ya? Kamu tidak mau?"

Menghadapi pertanyaan Jaemin dan tatapan antusias ibunya Jaemin yang menunggu jawabannya membuat Chenle merasa terjepit di ekornya.

Kenapa aku harus takut? Ini mungkin hanya ajakan dari seorang ibu kepada teman-teman anaknya. Tenang Chenle. Kau tidak boleh panik. Bukankah kau sudah berencana untuk mengembalikan hal-hal yang seharusnya. Jaemin sekarang hanyalah hyung bagimu. Teman dan rekan seperjuangan, Chenle mengucapkan kalimat itu dalam hatinya. Saat ia membuka matanya dan menatap mata ibunya Jaemin, ia sudah bertekad.

"Tentu Tante. Aku akan dengan senang hati datang."

Bagus. Kau hanya harus ingat posisimu, Chenle.

Chenle menatap Jaemin yang berjalan bersisian dengannya, menghela nafas lelah dalam hati. Pada akhirnya ibunya Jaemin tidak membiarkan Jaemin menemaninya dan pergi terlebih dahulu, meninggalkan Chenle dan Jaemin berdua.

"Bagaimana perasaanmu, Chenle-ya?" tiba-tiba Jaemin membuka suara terlebih dahulu.

Chenle bingung. "Hah?"

TALK TO YOU, IN MY DREAM | JAEMLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang