Day 05 - Right Person, Wrong Time
ft. AmaNene▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬
"Aoi-chan, lama tak bertemu!"
Ia teman lamaku, Akane Aoi. Setelah sekian lama kami kembali bertemu. Kali ini, ia datang untuk menemaniku ke festival menulis harapan—yang aku sendiri sebenarnya tak terlalu ingin tahu apa harapannya. Kami bertemu kembali di sebuah kafe di ujung jalan, yang tak disangka rupanya kafe tersebut adalah miliknya. Ia selalu memintaku untuk terus menambah makanan penutup, katanya gratis, namun aku jelas mengerti batasanku. Semua makanan penutup yang hadir di hadapannya, dengan rangkaian dekorasi lain yang menghiasi lingkaran alas tersebut, sekilas mengingatkanku pada seseorang—yang namanya tak ingin kusebutkan. Untuk sekarang.
"Nene-chan! Bagaimana kabarmu?"
Nama itu akan selalu menjadi luka yang membekas dalam dada. Kian kali nama itu terucap, ada rasa sesak namun juga geli dalam perut. Karena rasa itu masih tertanam jeru di dalam hatiku.
"... Mungkin, kurang baik?"
Aoi menaikkan sebelah alis, "mengapa?"
"Yah, karena kurang baik saja." aku menaikkan bahu. "Aku sedang dalam suasana yang tak baik dan aku tak ingin."
"Dalam suasana hati yang baik."
Aku mengangguk. "Hum, seperti itulah."
"Mengapa?"
"Aoi-chan, nanti pembicaraan kita hanya akan berputar."
Aoi tertawa, "tidak, aku minta maaf. Jadi bagaimana harimu?" kemudian ia menyeruput teh dari cangkir bergaya klasik itu.
"Mungkin, tak pernah lebih buruk dari ini."
"Oh, astaga. Ini sungguhan?"
Aku menjejal heran, mengangkat sebelah alis kemudian diam, "menurutmu saja bagaimana?"
"Nene-chan, maaf, aku hanya bercanda!" ucapnya sembari terkekeh melihat tanggapanku.
Namun apa yang kukatakan itu serius.
Aku mengerti situasi, jelasnya setelah sekian lama kami akan bertemu kemudian memberikan gurauan pada satu sama lain. Anggap saja yang baru saja terjadi ialah gurauan.
"Kamu bisa ikut, 'kan?" tanyaku menyeruput secangkir teh yang terjajar di atas meja.
"Ke mana?"
"Festival Tanabata."
Aoi mengangguk paham, "ah, maaf. Iya, aku akan datang."
Sejenak aku menghela napas, mencipta hening sejenak— hanya diisi oleh suara lalu-lalang kendaraan di luar sana dan suara musik yang mengalun hingga menenuhi setiap sudut ruangan.
"Aku ke sana bukan karena aku ingin, aku ingin berbicara dengan Tuhan."
"Beritahu saja padaku."
"Jikalau begitu, maka ini tak akan menjadi topik pembicaraanku dengan Tuhan."
Aoi menghela napas, menyusulku. Kemudian mengepalkan kedua tangannya menjadi satu genggaman dan menutup kedua mata, seolah-olah menirukan orang yang tengah beribadah.
Aoi kemudian berpindah dari sanggahannya, dan pergi menuju tempat makan penutup kembali.
Apa mungkin ia akan memberiku makanan penutup kembali?
"Tuhan, tolong kembalikan teman masa kecilku. Ia yang selalu mencurahkan segala kalimat manisnya untuk merenggut hatiku, juga yang senantiasa memberiku karangan bunga hingga hadir berbagai lebah di dalam perutku." Aoi berhenti bicara kemudian memberiku satu kotak bungkus berisi macaron, muffin, dan sebagainya.
"Apa maksudmu itu dia?"
"Iya, aku baru sadar aku telah jatuh hati padanya."
Lantas aku mengucapkan rapalan doa supaya doanya terkabulkan. Bagaimana dengan harapanku? Aku memilih untuk tidak mengatakannya sebab aku hanya ingin pendengar dari harapanku hanyalah kami.
Cukup aku dan Tuhan saja.
▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬
Kala itu kotak makan itu terus menampakkan wujud di atas mejaku, tak lupa dengan catatan yang kecil tertempel di sana. "Jangan lupa makan! :)". Satu hari demi hari, bekal itu selalu ada di atas mejaku. Kemudian yang lebih mengejutkan lagi ialah rangkaian bunga yang hadir di atas mejaku, bertuliskan "selamat hari valentine, dari pengagum rahasiamu"
Saat itu aku belum bisa percaya, seorang Yashiro Nene memiliki seorang pengagum rahasia? Dan ini bukan ditujukan untuk sahabatku sendiri? Primadona dari ketiga jenjang sekolah menengah—Akane Aoi?
Sekian banyak hadiah, hingga suatu hari aku menemukan eksistensi dan wujud sang pengirim, ia bernama Yugi Amane. Berasal dari jenjang yang sama denganku namun kami berbeda kelas.
Entah bagaimana caranya, kami berhasil menjadi akrab dalam sejenak. Yah, aku pernah menanyakan apakah benar kalau ia benar adalah pengirim semua hal tersebut? Dan ia menjawab tidak, dengan kata lain ia tak mau mengaku.
Dengan begitu kami mudah menjadi akrab, tanpa mengetahui adanya salah satu dari kami memendam rasa untuk yang lainnya.
Ia selalu ada untukku.
Ia selalu membantuku mengerjakan pekerjaan rumah yang menurutku mustahil untuk aku selesaikan sendiri.
Ia selalu hadir ketika aku putus asa menghadapi matematika.
Bahkan ia hadir saat aku menangis mengingat pujaan hatiku menyukai orang lain, tanpa aku mengerti bahwa ia pun merasakan hal yang sama.
Satu waktu, aku sudah lelah dibuat berharap pada pujaan hatiku yang sebelumnya dan kini aku merasa hadir Amane menjadi bentuk penyembuh dari lukaku.
Namun apa yang terjadi?
Apa yang terjadi hingga ia memberi jarak padaku?
Sehingga membuat interaksi kami melesat jauh daripada dulu.
Festival Tanabata tiga tahun lalu, aku mengungkapkan apa yang sebenarnya kepada Amane, namun akhirnya hatiku hancur berkeping-keping mendengar pernyataannya.
"Yashiro, kamu adalah orang yang tepat untukku. Namun aku minta maaf, rasa yang ada padaku untukmu telah hilang."
Apa aku sakit hati? Tentu saja, aku mengalami patah hati berturut-turut. Hingga saat itu aku sadar, Amane adalah orang yang tepat untukku. Namun apalah kehendak takdir membuatku terlambat jatuh cinta pada orang yang benar.
Maka Tuhan, aku mohon dengan sangat hilangkan kepedihan cinta yang ada dalam hatiku dan biarkan aku mendapatkan kesempatan kedua.
KAMU SEDANG MEMBACA
𖥔 𝐀𝐍𝐆𝐒𝐓 𝐖𝐄𝐄𝐊 ۪ ⊹ ˑ 𝗷𝘀𝗵𝗸
Fanfic─┄ 𝐏ungut 𝐏roject 𝐏resent ࣪ ˖ 「 𝓔 」❝ Nobody loves the light like the blind man. ❞ This book was written entirely by @R-EVERIE, all character are belongs to Aida Iro.