Day 02 - Fears
ft. Yugi Siblings▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬
Adakah satu masa yang tersemat di seluruh ruang memorimu? Jikalau kamu menanyakan itu padaku, lantas aku akan menjawab, "iya, ada."
Hari ini— 11 November 2011, pukul 11.11. Mungkin menurut kalian itu adalah masa yang cantik. Namun nyatanya saat ini aku dibuat menjejal tanya mengatasnamakan hari ini.
"Seperti inikah akhirnya?"
Aku menghela napas sejenak seraya memandangi piguranya yang terjajar rapih di tengah, bersanding dengan hamparan bunga yang mewarnai warna monokrom pada setiap sudutnya. Ah, tak seharusnya aku mempertanyakan hal seperti tadi, bukan? Kesimpulannya telah terpampang dengan jelas.
Mataku menyapu sekitar, mataku menangkap jelas pemandangan ironis di sekitarku yang tak dapat kuhindari. Semua orang di dalam ruangan menangis, memenuhi sudut ruangan putih dengan duka.
Aku tak ingat jelas sejak kapan diriku menapaki kaki di sini, semuanya samar-samar. Dan yang tertinggal hanya gemetar yang luar biasa menggerogoti ragaku. Namun, aku ingat mengapa tiba-tiba saja aku mengenakan jas hitam dan menghadap ke arah sebuah kotak dengan di dalamnya seorang anak laki-laki belia, terlelap tenang.
Parasnya tak terlihat kacau, seperti yang kuucapkan sebelumnya ia terlihat tenang. Bibirnya memucat sama dengan kulitnya. Kemudian lihatlah, raganya tak bergerak sedikitpun, ia terdiam di dalam sana dengan kembang birai yang sengaja ia tunjukkan.
Aku harap, aku hanya bermimpi saat ini. Aku akan terbangun kemudian mendapati duplikatku menyunggingkan senyum lebarnya dan berkata, "pagi, Amane-Amane!"
Aku mulai berjalan mendekati kotak yang tak jauh dari arahku, setelahnya bertumpu lutut dan menggenggam jemarinya yang dingin dan tanpa adanya detak nadi.
"11 November, pukul 11.11..." monologku seraya perlahan memejamkan mata.
Pengelihatanku menggelap.
"Amane-Amane!"
Dan entah bagaimana, aku mendengar suara familiar itu dalam kegelapan. Sahutan yang datang itu membuatku refleks menoleh, siapa gerangan?
Kegelapan seketika sirna tatkala figur anak laki-laki itu hadir di hadapanku, membuatnya berubah menjadi hamparan bunga. Ia tersenyum padaku, wajahnya nampak jelas dan mata kami sedang bersitatap.
Selepas sahutan yang tak lama hadir, tak ada lanjut konversasi karena aku tak sanggup untuk mengeluarkan sepatah kata. Seluruh otot dan sarafku membeku, darah serta jantungku terasa berhenti bekerja setelah melihatnya dalam keadaan bugar dan ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
𖥔 𝐀𝐍𝐆𝐒𝐓 𝐖𝐄𝐄𝐊 ۪ ⊹ ˑ 𝗷𝘀𝗵𝗸
Fiksi Penggemar─┄ 𝐏ungut 𝐏roject 𝐏resent ࣪ ˖ 「 𝓔 」❝ Nobody loves the light like the blind man. ❞ This book was written entirely by @R-EVERIE, all character are belongs to Aida Iro.