Ruangan 4 meter persegi ini mengurung sebuah nyawa yang sudah sedikit redup. Begitu berisiknya sunyi menggebu-nggebu dirinya. "Apa aku masih pantas merasakan apa itu yang disebut dengan hidup?" Akhirnya, sebuah pertanyaan bodoh itu pun keluar lagi di benaknya.
Ia merebahkan badan di atas kasur busanya yang sudah tua, sedikit tidak empuk lagi. Ia lalu mengambil satu sigaret kretek, memantiknya dengan korek api, menghisapnya dengan lama-lama.
"Dunia sudah gila, dunia sudah gila. Dunia tak membutuhkan orang waras sepertiku."
Asap rokok pun dengan cepat menyebar, mengisi seluruh ruangan kecil itu. Dihembuskannya asap itu lagi, lagi, dan lagi. Tak ada hentinya.
"Dunia sudah gila, dunia sudah gila," katanya sambil memejamkan mata.
Sigaret kreteknya masih berada di cengkeraman jarinya yang mungil. Asap-asapnya mulai mengecil, pelan-pelan meredup, kemudian rokok itu pun mati.