Pulang.
Yaa akhirnya rombongan anak-anak kelas 2 sma batik siang itu pulang. Setelah mengunjungi salah satu tempat pembuatan pie susu, anak-anak juga diberi waktu belanja oleh-oleh.
"Jep-jep lo gapapa? Pucet nih lo!"
"Pusing sih Den." Raden mencari minyak angin buat Jeff yang deket kaca udah tiduran pake bantal leher baymax nya. Jeffery yang emang gampang pusing di jalan bikin Raden harus siaga.
Karena pusingnya Jeff gak sembuh-sembuh Raden minta tolong buat tuker tempat duduk aja. Mereka emang dapet kursi belakang yang pas di atas ban bisnya gitu jadi jalan rusak dikit kerasa banget, ga enak. Jeff diajak anak pmr buat pindah depan, Raden jadi lega gak jago dia kan ngurusin orang sakit.
"Geser dong Den." Raden yang baru mau rapiin tasnya noleh ngeliat muka wakil ketua kelasnya.
"Lo ngapain?" Raden langsung pindah biar kursinya dipake Sierra.
"Jeff pake kursi gue yaa gue pindah sini."
"Oo lo gak papa? Banyak yang pusing keknya."
"Aman, tapi ngantuk. Gue tidur gapapa 'kan?" iya Sierra abis minum obat biar gak mabuk perjalanan jadi efeknya pasti ngantuk.
"Yaa tidur aja."
Raden menatap keluar, ingatannya yang cukup baik membuatnya mudah menghapali tempat yang ia sudah tahu dari kecil walau tidak banyak.
"Eh Ra coba liat itu deh." Raden ingin menunjukkan tempat yang dilewati bis mereka tapi Sierra tidak membalas ucapannya, jelas saja gadis itu sudah pulas tertidur dengan kepala yang terlalu kepinggir membuatnya mungkin saja bisa langsung jatuh dari kursi jika jalanan tidak rata.
Raden yang menyadari itu berpikir sejenak, kalo dibanguin ngamuk gak yaaa? Jihan biasanya ngamuk kalo tidurnya diganggu tapi kalo gak takut sakit leher juga itu cewek.
Raden membenarkan duduknya, tangannya meraih pucuk kepala Sierra membawanya untuk di posisi yang lebih aman. Gadis itu cukup tenang tidur dengan nyaman tapi hanya sebentar ia kembali memiringkan kepalanya kini ke arah berlawanan alias ke pundak Raden yang segera menahan nafas. Oh tidak sepertinya untuk beberapa saat Raden harus rela pundaknya dijadikan bantal.
Raden membuka ponselnya perlahan, melihat pesan di grup keluarga kalo nanti yang akan menjemputnya hanya Mas Randy dan Mbak Aruna. Abang yang lain masih pada sibuk dengan urusan masing-masing.
'Sierra kebo, besok gamau tau traktir gue ichiban!"
🌸🌸🌸🌸🌸
"Halooo!" Kim datang ke rumah Raladenlang, tepatnya di rumah depan karena Lanang, Hendra, Cakra lagi di sana kerja bareng.
"Kim!" Lanang langsung menghambur ke pacarnya.
"Wahwah kalian masih kerja? Sini aku bawa makan." Kim menaruh 2 kantong kresek, satu berisi nasi Padang karena dia tahu 3 anak itu belum pada makan, satunya berisi martabak favorit Lanang.
"OMG, tau banget gue udah laper banget, thanks Kim!" Cakra segera bangun dari duduknya setelah berjam-jam duduk di depan laptopnya.
"Aseek." Hendra ikutan nimbrung.
Lanang mencebik liat teman-teman rakusnya.
"Naspad dong." Hendra kesenengan.
"Kamu makan juga cepet." Kim mencubit pipi Lanang.
"Mau martabaknya aja ah."
"Heh enggak ini buat nanti, kamu makannya dikit malah gak ke makan nanti." Lanang manyun lagi, emang Kim paling ngerti dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙰𝚛𝚜𝚒𝚙 𝙺𝚎𝚕𝚞𝚊𝚛𝚐𝚊||𝚁𝚊𝙻𝚊𝙳𝚎𝚗𝙻𝚊𝚗𝚐(end)
Ficción GeneralAn original fiction, author hanya menggunakan visualisasi tokoh dari idola author. Jadi, jangan kaitkan isi cerita dengan umur, karakter, ataupun latar belakang tokoh aslinya karena tidak akan sama. Randy-Huang Renjun Lanang-Liu Yangyang Raden- Kwo...