Pertama

133 29 11
                                    

"Aduh, sorry bro. Bukannya gue nggak mau minjemin, tapi gue lagi nggak ada uang, maaf ya."

Devano menghela napas lelah, gaji untuk Minggu ini belum cair. Dan ia tidak punya pegangan uang sedikitpun.

Hutang kemarin saja di warung dekat rumahnya belum ia bayar, meminjam pada temannya, pun. tidak di beri.

Lalu, bagaimana untuk makan malam nanti. Berasnya sudah habis dan tidak ada bahan apapun di dapur kecilnya.

Tidak mungkin, kan. ia membiarkan adiknya kelaparan semalaman, apalagi sang adik memiliki penyakit lambung bawaan dari sang ibu.

Mau, tak mau. Devano harus mencari pekerjaan tambahan untuk mendapatkan uang, sementara untuk malam ini.







×××




kedua tangan kecil itu nampak kesulitan membawa empat tas sekaligus, langkah kecilnya melaju cepat menyamakan langkah empat orang di depannya.

"Maraka! Cepet dong, jalan kamu lama banget!"

Anak paling tinggi di sana berteriak pada anak lain yang lebih pendek darinya.

Maraka, anak itu berlari tergopoh-gopoh menghampiri keempatnya.

"Maaf, tas kalian berat. Jadi aku susah bawanya." Ucap Maraka, dia tidak berbohong. Tas teman-temannya memang terasa berat di kedua tangannya.

Salah satu dari mereka berdecak, "kalo nggak ikhlas bantu, ya udah sana pergi!"

"Aku ikhlas kok! Tapi emang tas kalian berat, tau!" Sahutnya.

Anak dengan penampilan paling mencolok di antara mereka bersuara, "udah, lah. Aku lapar, kita cari makan! Nanti aku yang bayar."

Mendengar itu, kedua mata Maraka berbinar senang, dirinya dengan riang mengikuti langkah panjang teman-temannya.

Yes, Makan gratis!


.




Nyatanya makan gratis yang Maraka harapkan, tidak benar-benar terjadi.

Ia malah hanya duduk diam bersama teman-temannya yang tengah menyantap makanan yang mereka pesan.

Ah, lebih tepatnya. Hanya teman-temannya yang memesan makanan. Sedangkan Maraka hanya memperhatikan mereka makan.

Mata bulat anak kelas dua SMP itu, menatap penuh minat mie ayam yang di makan Jeffran.

Sadar di perhatikan, Jeffran akhirnya bertanya, "kamu mau?"

Mendengar tawaran itu membuat Maraka mengangguk cepat, senyum di bibirnya akhirnya timbul.

Jeffran mendorong mangkuk miliknya yang isinya tinggal setengah.

"Itu makan! Aku udah nggak berselera karena di lihatin sama kamu, aku mau pesan yang lain aja." Katanya sembari beranjak dari duduknya untuk membeli sesuatu yang lain.

Maraka menatap mangkuk mie ayam di depannya. Ia kira Jeffran akan memberikan yang baru untuknya. Jeffran juga bilang uangnya hanya cukup untuk membelikan makanan untuk empat orang, lalu kenapa ia malah pergi membeli yang lain.

"Kenapa? Kamu nggak suka?!" Ketus Juan, pada Maraka.

Maraka lekas menggeleng, ia menarik mangkuk itu agar lebih dekat padanya. Mengaduk pelan mie ayam bekas Jeffran itu, lalu menyuapnya.

"Nggak apa-apa, sayang juga kalo di buang, kan?"

Ucapan dari Maraka, membuat ketiga di depannya tertawa mengejek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NestapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang