- 1 -

16.3K 40 0
                                    

.

.

— Gairah —

.

.

Hannah mengerang.

Sejujurnya, itu bukanlah info yang penting. Hanya saja kalau kalian mau tahu, keadaannya saat jauh dari kata baik. Oh, mungkin penggunaan kata 'rapih' lebih tepat untuk saat ini.

Beberapa jam yang lalu, Hannah masih berada di dalam sebuah club dengan segelas Gin ditangannya.

Beberapa puluh menit yang lalu, rambutnya yang bergelombang dan sangat halus itu masih tergerai dengan sempurna. Beberapa menit yang lalu, rasanya Hannah masih memakai pakaiannya dengan sangat lengkap.

Tapi tidak untuk saat ini.

Hannah dengan wajah memerah dan rambut yang mulai berantakan, serta pakaian yang entah berada dimana tengah duduk dipangkuan seorang lelaki yang bahkan baru ia kenal dalam hitungan jam.

Tuhan, mungkin dirinya gila.

"E-engh…"

Oh, Hannah benar-benar sudah gila.

Seharusnya ia menampar lelaki yang saat ini tidak berhenti mengecupi setiap inchi tubuhnya.

Seharusnya Hannah mengeluarkan jurus-jurus beladiri miliknya ketika lelaki ini dengan seenak hati membawa Hannah kedalam mobilnya. Seharusnya Hannah berteriak ketika lelaki itu membuka bajunya dan mulai menandai beberapa bagian tubuhnya.

Seharusnya begitu.

Tapi untuk saat ini, Hannah tidak bisa.

Bukan karena Hannah wanita murahan. Hannah adalah wanita yang sangat mahal, ia hanya melakukan sex dengan kekasihnya. Karena kalau dirinya hamil atau apa ia bisa meminta pertanggungjawaban.

Tapi untuk sekarang adalah pengecualian.

Semua itu karena Hannah membutuhkannya. Hannah merindukan sentuhan lembut tapi sarat akan keposesifan dalam setiap kecupannya, seperti yang dilakukan lelaki ini padanya sekarang. Hannah selalu merasa nyaman akan hal itu.

Sempat terlintas dipikirannya untuk segera menjauh dari sosok lelaki berwajah tampan itu. Memakai bajunya dengan cepat lalu segera menghindari lelaki yang memiliki aura posesif itu dengan langkah lebar dan tidak menengok ke belakang.

Tapi ketika jemari panjang milik lelaki itu memasuki dirinya,

"Ahh..."

Hannah tahu kalau inilah yang dia butuhkan.

.

∆∆∆

.

Lucas semakin memasukkan jarinya lebih dalam ketika wanita manis yang duduk di pangkuannya ini memekik kecil tepat di telinga kanannya.

Lucas mengerang saat Hannah meremas rambutnya dan membawa tubuhnya semakin menempel dengan dada bidang yang masih dibalut dengan kemeja kantornya yang berwarna putih. Ia bahkan masih berpakaian lengkap meskipun bentuknya sudah tidak karuan.

Berbanding terbalik dengan Hannah yang sudah tidak memakai apapun, Lucas memang tidak sabar untuk menelanjanginya dan mengekspos tubuh mulus serta payudara sintal yang tergantung indah di dadanya.

Lucas menambahkan jari tengahnya,

"A-aahh,"

Dan Hannah mendesah tertahan.

Kalau tidak mendengar desahan Hannah dan tidak ingat kalau ia sedang mengobrak-abrik kewanitaan milik Hannah, mungkin Lucas akan menertawai dirinya sendiri.

Lucas memang jenis orang yang cenderung frontal dan tidak berbelit dalam berbicara.

Tapi demi Tuhan yang diyakininya.

Sepanjang hidupnya, baru pertama kali ini Lucas mengajak seorang wanita untuk melakukan sex tanpa hubungan apapun dan belum ada satu hari berkenalan, seperti ini.

Lelaki itu juga pemilih soal wanita, Lucas tidak butuh wanita sexy. Menurutnya, mereka bahkan bisa melakukan operasi pembesaran payudara atau semacamnya untuk itu.

Lucas membutuhkan wanita yang bisa mengunci matanya. Bukan wanita seperti sekretarisnya yang sudah ia pecat tiga hari yang lalu.

Saat itu si sekretaris mengantarkan kopi ke ruangan Lucas dan dengan sengaja menempelkan payudaranya pada tangan Lucas yang hendak mengambil kopi. Mana perempuan murahan itu menahan tangannya, pula.

Cantik sih, tapi Lucas tidak suka. Jadi, bukan masalah besar kalau ia menumpahkan kopi yang untungnya hangat di wajah sekretarisnya.

Kalau Lucas tertarik, ia sendiri yang akan meremas gunung kembar itu.

Lucas memasukkan jari ketiganya.

"A-aahh…"

Hannah mendesah, lagi.

Lucas menggeram ketika Hannah mendesah tepat dibelakang telinganya. Menghantarkan sensasi yang baru ia rasakan pada sekujur tubuhnya, rasanya sangat berbeda saat melakukan foreplay dengan partner-partner sebelumnya.

Ketika Lucas memutar ketiga jarinya, Hannah mendesah lagi.

Lucas mulai menggerakkan jarinya yang berada didalam tubuh Hannah. Melakukan gerakan menggunting sebelum memaju-mundurkan ketiga jarinya pada kewanitaan Hannah yang sangat hangat itu.

Hannah tidak berhenti mendesah sambil bermain dengan cuping telinga miliknya.

Rasa panasnya terasa dari puncak kepala sampai ujung kakinya, dan Lucas tidak bisa menahan gairahnya lebih lama lagi.

"Honey…" Lucas memaju-mundurkan jemarinya,

"Hmm…?" Hannah mengigit kecil telinga kanan Lucas.

Lucas menarik pundak Hannah agar wanita itu melihatnya,

"Cukup, sayang…" lalu menarik Hannah kedalam sebuah ciuman panas.

Ketika melepaskan ciuman mereka, saliva terbentang diantara mulut keduanya. Hannah terengah dengan sangat seksi, dan Lucas tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

"Honey…" keduanya saling mengecup satu sama lain,

"I need you, honey..."

.

- To Be Continued -

.

Hai, untuk cerita ini hanya terdiri dari 2 atau 3 chapter. Tetap, tanpa ada tambahan ataupun pengurangan bagian.

Sekian, terimakasih 💕

Gairah (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang