1. Prologue (Revised Ver.)

4.2K 100 1
                                    

2022 - Seoul - Gedung SM Entertainment
-------------------

2022 - Seoul - Gedung SM Entertainment -------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___

Pada hari-hari biasa, dorm memang selalu lebih sepi dari hari libur. Setelah promosi comeback music show, member akan memiliki agenda solo, entah itu untuk pemotretan, rekaman, atau majalah, dan hari dorm unit Nct Dream menyisakan Jisung dan Chenle yang tak memiliki agenda apapun.

Keduanya lesehan dengan tenang sembari menikmati camilan.

"Selain kita, yang lain pergi jalan jalan. Menikmati liburan." Celetuk Chenle sambil manyun.

Jisung menaikkan sebelah alisnya jengah, sudah sejak beberapa waktu lalu Chenle terus-terusan mengeluh. "Kemarin pas mereka sibuk, kita malah liburan. Jadi terima nasib aja."

Terlintas sebuah ide dalam benak yang lebih tua, Chenle bangun dari posisi tidurnya. Dan mendekati Jisung

"Babo-ya! Mari kita berjalan jalan keluar. Lagipula bagian kita sudah selesai sejak lama." Ajak Chenle, memegang tangan Jisung erat. Mencoba merayu.

"Aku tanya pada staff terlebih dahulu."

Mata Chenle seketika memancarkan binar bahagia. Ia sudah menyiapkan list makanan juga spot yang akan di kunjungi. Sedangkan Jisung berusaha menelpon seseorang yang bisa ia tanyai.

"Mereka tidak mengijinkan."

Keduanya bertukar pandang dengan wajah lesu. Jisung buru-buru memeluk Chenle mencoba menyemangati, karena yang paling bersemangat adalah Chenle, "Tidak apa-apa. Ada aku, kita bisa bermain apapun di dalam dorm."

Chenle bungkam, tersirat kelelahan dalam wajahnya. Sudah semalaman mereka berlatih dan mencoba menyatu dengan konsep comeback selanjutnya. Ia mengharapkan hiburan lain sebagai reward. Tapi bahkan ruang untuk bernapas lega pun tak ada.

Anggota Nct memang tak jarang tercekik dengan jadwal jadwal padat. Terutama ketika popularitas mereka mulai menanjak melampaui dari apa yang bisa mereka masing-masing bayangkan. Awalnya menyenangkan, dan memang masih menyenangkan hingga sekarang, tetapi tetap saja tidak menebus rasa lelah dan bosan.

Terutama Mark dan Haechan, mereka dipaksa menerima begitu banyak job dan kerjasama, tidak memberikan jeda sedikitpun.

"Hei, kau memikirkan apa?"

Lamunan Chenle buyar.

Ia lupa ada seseorang di sisinya yang selalu setia menjadi penenang hati di kala gundah, maknae kesayangan dream.

"Ji ...."

"Ya?"

Jisung mengusap pipi Chenle pelan, menempelkan dahinya pada tulang selangka yang lebih tua. Tangannya yang lain setia memeluk erat pinggang Chenle. Mereka biasa berinteraksi seperti ini, meski tak disorot oleh kamera.

"Di kehidupan selanjutnya, kau harus tetap ada mendampingiku ya. Jadi sahabat sejati."

Jisung terdiam, tidak membalas ucapan Chenle.

Jantung keduanya berdegup kencang, dengan perasaan tidak menentu. Seperti ada yang salah pada hubungan ini. Seperti ada yang tidak seharusnya mereka rasakan. Tapi, apa?

Chenle balas memeluk, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang yang lebih muda. "Terima kasih telah selalu ada untukku. Pantas saja Haechan Hyung berkali-kali mengatakan jika maknae seharusnya aku. Karena, kau selalu bisa menjadi dewasa untuk menanganiku."

Namun kedamaian yang mereka rasakan tak berselang lama tergantikan oleh tragedi maut. Terdengar suara teriakan dan dentuman yang begitu keras menghantam lantai atas mereka.

Samar-samar suara staff terdengar.

"CHENLE DAN JISUNG MASIH BERADA DALAM DORM."

Teror terlukiskan dalam wajah Chenle, sedangkan Jisung buru-buru bangkit melihat area sekitar lewat jendela. Dalam waktu beberapa tarikan napas asap memenuhi dorm yang mereka tempati, keduanya tak sempat untuk melarikan diri karena terhalang asap tebal.

Jisung tak akan bisa melupakan hari itu bahkan setelah kematian menjemputnya, rintihan sakit dan pucatmya wajah Chenle dalam dekapan tubuhnya.

"Jisung-ah, aku bercanda tadi. A-aku harap, akh ... Di kehi-dupan selanjutnya. Kita bisa menjadi pasangan, bukan lagi sahabat. Hah ... Hah ...."

Tangan Jisung gemetar, ia mengelus pipi Chenle kembali. Air matanya jatuh, menetes pada bibir kering milik Chenle. Reruntuhan gedung mengelilingi keduanya.

Untuk terakhir kalinya, Chenle tersenyum dan melirik, "Aku - mencintaimu."

Jantung Jisung berdegup menggila.

"CHENLE, AKU JUGA MENCINTAIMU. JANGAN TINGGALKAN AKU."

Gelap.




Dalam sekejap kedipan mata ia terbangun sembari terengah-engah, tubuhnya basah oleh keringat dan pikirannya terasa kacau. Mimpi itu telah membayanginya setiap hari bagaikan batang-batang kematian. Dan setiap kali selesai bermimpi, ada setitik gelenyar perasaan aneh yang tak bisa ia hindari.

"Arghh, ada apa denganku. Chenle itu siapa? Berani sekali dia meninggalkanku di dalam mimpi." Dengusan untuk kesekian kali akhirnya kembali ia hembuskan.




___

__________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________

Bumiiitak Follow for More Information.

Comedy Birth (JICHEN) | ✓ (On Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang