Perang dimana-mana. Api berkobar, membakar semua tempat yang diinginkannya. Pembantaian tak terhitung jumlahnya, tak pandang buluh. Darah suci dari mereka yang tak bersalah, membanjiri negeri yang disebut 'Tanah Kedamaian'. Namun, tak ada sedikitpun kedamaian yang mereka rasakan. Semua hanya tentang ketakutan, kesengsaraan dan penantian kapan ajal menjemput.
Ditengah kecamuk perang yang semakin brutal, sebuah jiwa yang suci, yang telah diberkati, memohon pada dewa-dewi. Memohon dengan semua kesungguhannya, diambang kematian yang akan membawa jiwanya pergi jauh untuk beristirahat. Memohon sebelum jiwanya benar-benar pergi meninggalkan tubuhnya yang perlahan dingin dan kaku. Sebelum darah yang mengalir dari jantungnya yang tertusuk belati mengering dan menyatu dengan 'Tanah Kedamaian'. Menjadi saksi atas semua nyawa yang dicabut dengan paksa, nyawa yang merasakan ketidakadilan di peperangan yang seharusnya tidak pernah ada.
Kyungsoo selesai membaca deskripsi cerita novel tersebut.
"Deskripsinya sedikit kekanakan. Yang dikatakan Baekhyun sepertinya memang benar. Cerita ini temanya sedikit pasaran. Yah, bagaimanapun isi ceritanya, prinsipku adalah jangan menilai buku hanya dari sampulnya." Gumam Kyungsoo mulai menekan tulisan "part 1" di layar ponselnya.
Kyungsoo terus mengusap layar ponselnya hingga sebuah bus berhenti di depan halte, tempat Kyungsoo berdiri saat ini.
Kyungsoo melihat sekilas kearah bus tersebut, yang kebetulan sekali, bus yang ia lihat adalah bus yang akan ia naiki. Kyungsoo bergegas mengantre untuk masuk ke dalam bus. Sembari sesekali mengusap layar ponselnya. Saat itu gilirannya untuk masuk ke dalam bus. Kyungsoo mengambil sebuah kartu dari dalam dompetnya, kemudian menempelkannya pada card reader dan berjalan ke arah kursi kosong yang masih tersisa.
Kyungsoo kembali melanjutkan membaca novel dari ponselnya. Ia terus mengusap layar ponselnya, hingga tanpa terasa, bus tersebut sudah mendekati kawasan apartmentnya. Kyungsoo menekan tombol stop, kemudian bus yang ia tumpangi berhenti di halte di dekat apartmentnya. Kyungsoo bergegas turun dari bus. Sementara bus yang ia tumpangi telah meninggalkan halte cukup jauh. Kyungsoo duduk sebentar di bangku halte sembari mengusap layar ponselnya.
Setelah beberapa saat, Kyungsoo menghentikan kegiatan mengusap-usap layar ponselnya. Mencari kontak Baekhyun di ponselnya, kemudian menekan tombol telepon.
Sambungan telepon tersambung. Orang diseberang sana mulai bersuara.
"Hmmm, ada apa Kyung?" ujar suara Baekhyun di seberang telepon.
"Kau pulang ke apartement malam ini?" Tanya Kyungsoo.
"Iya, aku akan pulang. Aku ingin menghabiskan waktu satu hari penuh dengan adik kesayanganku, sebelum aku disibukkan dengan kegiatan promosi, konser, dan rapat-rapat tidak penting, tidak berguna, dan membosankan ini. Memang kenapa, Kyung?" Tanya Baekhyun.
"Tadinya, aku mau memasak makanan enak untukku sendiri, tapi karena kau pulang ke apartement, sepertinya aku akan memasak menu seadanya saja." Ujar Kyungsoo.
"Sialan kau, Kyung! Kau pesta makanan enak saat aku tidak dirumah. Harusnya, saat aku pulang ke rumah, kau memasak makanan yang enak. Kalau tidak, untuk apa aku kerja lembur dan hanya punya kesempatan cuti beberapa hari setahun jika aku tidak bisa makan makanan enak dari uang hasil kerja kerasku itu. Kyung, jangan jadi orang yang kejam. Kau boleh membenciku, tapi jangan buat aku kelaparan disaat aku bisa membeli makanan enak sepuasku." Ujar Baekhyun panjang lebar. Kyungsoo yang mendengar perkataan Baekhyun, tersenyum tipis.
Kyungsoo terkadang suka menggoda Baekhyun. Apalagi saat Baekhyun sedang banyak pikiran seperti saat ini. Saat Baekhyun banyak pikiran, maka Baekhyun akan bertingkah seperti orang gila. Apalagi jika dia sedang lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
D'accord
Fanfiction"Tema novel online ini memang pasaran, Kyung. Tapi, setelah kau membacanya,aku yakin kau akan menyukainya. Ceritanya benar-benar ditulis dengan baik oleh penulisnya. Coba baca dulu." Ujar Baekhyun memperlihatkan cover novel online yang baru saja dib...