12. Lies

152 23 6
                                    

Warning! This story is full of the Owi's imagination. The characters here are fictitious and not real. Happy reading everyone^^

__________________________________







Sebelumnya..


Ningning mengawasi rekaman cctv yang ia pasang bersama Haechan sambil mengemil keripik kentang. Salah seorang pelayan mengetuk pintu dan memberi kabar bahwa Haechan ada di ruang tamu. Ningning pun bergegas pergi dan menemui kekasihnya.



Ningning menarik Haechan begitu sampai di depannya dan menuju kamar. "Apa kau tidak bisa menyalakan lampunya?" tanya Haechan ketika melihat kamar Ningning yang remang-remang karena hanya terkena cahaya dari layar komputer. "Matamu bisa sakit jika seperti ini," omelnya.




"Nanti aja, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu." Ningning menyeret Haechan ke layar komputer. Memperlihatkan seorang pria yang mondar mandir disana. Itu adalah Johnny dan untuk apa dia disana malam-malam.



"Dia seperti mengamati sesuatu." kata Ningning.



Haechan masih terdiam memperhatikan Johnny yang tengah melihat ke arah lapangan. Pria itu berbalik menatap tepat pada kamera yang membuat Ningning dan Haechan tersentak. Seketika itu rekaman cctv mati. Bukan hanya satu tapi semua kamera yang Haechan dan Ningning pasang susah payah mati dalam sekejap.



"Tidak! Kenapa jadi begini!" Ningning menggoyangkan layar komputernya barangkali benda murah itu sedang rusak tetapi ternyata ini bukan masalah dari komputernya.



Haechan menutup mulut tidak percaya. Hari ini penuh dengan kejutan. Apa Johnny berhubungan dengan Dremeror? Sebelumnya dia adalah orang yang tahu bahwa Haechan ada di sekolah malam kemarin dan dia pasti menasihati Jeno hingga Haechan harus menerima pukulan darinya.



"Aku benar-benar yakin pembunuh itu orang-orang di sekolah." Haechan berkata.



"Karina juga berpikir seperti itu. Aku mendengar cerita darinya bahwa ia sempat melihat mayat Jay dibawa seseorang tetapi Karina tidak tau siapa. Dan dia menyamar sebagai satpam sekolah kita."



"Aku juga mendengarnya dari Jeno. Aku menyesal membuat pandangannya teralihkan waktu itu. Aku tidak sadar jika Jeno sedang melihat si pembunuh."



Ningning memegang kedua tangan Haechan. "Aku takut.. Aku tidak ingin bertemu dengan pembunuh itu dan aku tidak ingin kau terlibat."



"Tapi jika dibiarkan akan semakin banyak korban."



Ningning menggeleng. "Aku akan mengirim polisi untuk menyelidikinya disana."



"Tentu, tapi ini akan beresiko. Dream High School memiliki reputasi baik di mata masyarakat dan menjadi sekolah favorit nomor satu. Dengan kau mendatangkan polisi ke sekolah, kau membuat citra buruk bagi Dream High School dan pastinya pembunuh itu tidak akan tinggal diam. Pembunuh itu akan mencarimu dan membunuhmu. Jadi, jangan.."




Ningning memeluk Haechan erat. Haechan mengusap punggungnya seraya mengecup puncak kepalanya.



"Maaf, tapi kau tidak perlu khawatir tentangku. Aku memiliki kelompok yang kuat. Akan kupastikan semua baik-baik saja. Jeno dan Mark pasti punya rencana."



"Tentu saja mereka punya. Kau kan bodoh," celetuk Ningning barusan sudah mengacaukan hati Haechan yang meringis sakit.









--Dremeror--









"Pagi."

DREMEROR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang