10. Secret

140 32 5
                                    

🌷행복한 독서🌷

"Mencari pengganti putri mahkota?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mencari pengganti putri mahkota?"

Pangeran Yun mengepalkan kedua tangannya yang diletakkan di atas lutut. Rahangnya mengeras, mengimbangi gesekan antar geraham agar tidak menimbulkan bunyi. Baru beberapa menit ia duduk bersama ayah dan ibunya, tetapi alur perbincangan sudah membuat perasaannya sesak.

"Kau adalah putra mahkota, calon raja Hanyang." Raja Sukjong menatap putranya lekat-lekat. "Kerajaan ini mengharapkanmu."

"Aba-mama," desah pangeran Yun. Harapan yang terpancar di mata ayahnya sangat jelas. Tatapan yang sangat jarang ia dapati dari seorang raja yang hanya mencurahkan perhatian kepada pewaris utama kerajaan.

"Seja, kami tahu ini pasti berat bagimu." Ratu Inhyeon yang duduk bersebelahan dengan raja Sukjong bangkit dan mengelus lengan putranya.

"Omma-mama, ini baru lewat tiga bulan. Masa berkabung belum selesai." Pangeran Yun meneguk sesaat, membahasi kerongkorangannya yang mendadak kering. "Dan sepertinya itu tidak akan pernah selesai," lanjutnya sambil berbisik lirih.

Ratu Inhyeon meringis. Seluruh penghuni istana tahu bagaimana pangeran Yun sangat mencintai putri mahkota. Bahkan kesehatannya yang dahulu tidak stabil, perlahan membaik setelah menikah. Ratu Inhyeon pun menyayangi putri dari keluarga Shim tersebut seperti anaknya sendiri. Ia tahu bila sang putri mahkota tidak akan bisa tergantikan oleh siapa pun. Kendati demikian, membiarkan putranya terus-menerus larut dalam kesedihan tidak akan mengubah apa yang telah ditakdirkan langit.

"Kau tidak bisa terus bersikap seperti ini, Seja. Kekosongan posisi putri mahkota membuat orang-orang risau dengan keadaanmu." Tarikan napas raja Sukong terdengar berat. "Ayah tidak ingin situasi kembali seperti dulu."

Pangeran Yun mengernyit, berusaha membaca situasi. Bola matanya yang bergerak gelisah di arahkan pada lukisan di belakang punggung raja Sukjong. Gerak-geriknya tidak boleh terbaca oleh orang lain. Adapun ratu Inhyeon memandangi suami dan putranya bergantian dengan gelisah. Pembicaraan seperti ini selalu mengarah pada perselisihan.

"Ayah tidak ingin orang-orang kembali mengungkit kesehatanmu dan menyangsikan kedudukan putra mahkota." Raja Sukjong meneruskan.

Kerut di dahi pangeran Yun mengendur, seiring dengan kelopak matanya yang membeliak. Ada sengat menyakitkan yang baru pertama kali dirasakannya sejak mengenakan geumbak kebesaran putra mahkota. Sebaris kelimat yang diutarakan ayahnya terasa berdengung menyakitkan di telinga, tetapi masih belum apa-apa dibanding fakta menyakitkan yang baru ia ketahui setelah 20 tahun menjadi putra raja.

"Ini bukan hanya untuk melindungi dirimu." Raja Sukjong menoleh pada ratu Inheyon sebelum kembali menjatuhkan tatapan pada pangeran Yun. "Tetapi juga untuk melindungi Seongsu."

"Se-seongsu?" Pangeran Yun berujar terbata.

"Ye." Raja Sukjong mengangguk.

"Kenapa dengan Seongsu?" tanya pangeran Yun tidak mampu membendung rasa penasarannya.

Moon's Letter : Joseon WitchdoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang