Pagi yang dingin

7 1 0
                                    

Pagi ini cuaca sangat dingin, memasuki bulan September perubahan cuaca terasa sangat mengganggu. Bagaimana tidak, biasanya Renata pergi bekerja hanya mengenakan kemeja dengan rok selutut kini harus menggunakan jaket tebal dan celana panjang. Dengan terburu – buru ia menutuo pintu kontrakannya, dan menyalakan mesin motor kesayangannya. Ia menelusuri jalanan selama 30 menit menuju tempatnya bekerja. Renata bekerja sebagai pegawai tata usaha di sebuah sekolah swasta ternama di kota. Sudah tahun ke tiga dia bekerja di sekolah itu. Jam menunjukkan pukul 07.15 dan Renata sudah memarkirkan motornya di tempat parkir sekolah itu.

Setelah memarkirkan dan memastikan bahwa motonya aman, Renata bergegas memasuki gedung utama sekolah itu. Ia menaiki tangga menuju lantai 2 sekolah itu. Ruang tata usaha berada di lantai dua bersebelahan dengan kantor guru. Ruangan tata usaha lumayan luas karena di dalamnya juga terdapat kantor kepala sekolah. Renata memasuki ruangan itu sambil menyapa beberapa siswa yang bertugas membersihkan ruangan itu pagi ini. Ruangan itu masih sepi, pegawai tata usaha yang lainnya belum terlihat sama sekali. Renata melepaskan tasnya dan meletakkannya di meja, ia merapatkan lagi kancing jaket yang dia pakai sambil duduk di kursinya. Dinginnya cuaca masih terasa di badannya, ingin rasanya perubahan cuaca ini cepat berlalu.

Sekian lama menunggu, Yasinta yang juga salah satu pegawai di tata usaha itu memasuki ruangan dan menyapa Renata sambil mendekap tas ransel miliknya di dadanya.

" selamat pagi Renata" ujar Yasinta sambil mempererat tangan mendekap tas di dadanya

" Pagi juga Sinta, pagi ini dingin banget" jawab Renata sambil memegang pipinya dengan kedua tangannya

"Iya Re, kamu tau, sakin dinginnya, aku sampe bela- belain masak air untuk mandi. Kalau saja hari ini libur sekolah, aku ga bakalan mandi. Mending tetap di bawah selimut saja" ujar Yasinta sambil duduk di meja kerjanya yang bersebrangan dengan meja Renata.

"Kamu ada – ada aja Sinta!" jawab Renata sambil tertawa

Menunggu oegawai yang lainnya datang Yasinta dan Renata menghabiskan waktu dengan berbincang. Tidak lupa mereka memutar kppi untuk menghangatkan badan dari cuaca yang memang sedang memasuki musim dingin. Jumlah pegawai di tata usaha itu ada 7 orang termasuk kepala tata usaha sekolah tersebut. Pegawai di tata usaha itu selain Renata dan Yasinta, ada pa Rudi yang merupakan kepala tata usaha ditambah dengan Agus, Dewi, Jack, Rehan. Dari semua pegawai itu hanya Renata , Yasinta dan Jack yang belum menikah. Sementara pegawai yang lainnya sudah berkeluarga.

Pukul 7. 30 semua pegawai tata usaha tersebut sudah hadir dan memulai pekerjaan mereka masing – masing. Hari ini Renata disibukkan dengan kelengkapan berkas – berkas siswa baru yang sudah 1 bulan lebih belajar di sekolah ini. Renata mulai membuka map pendaftaran satu persatu untuk memisahkan dan mengurutkan berkas- berkas tersebut berdasarkan urutan abjad. Ketika mereka sedang asyik dengan pekerjaan mereka, Pak Bobby kepala sekolah di sekolah tersebut memasuki ruangannya. Ia memasuki ruangannya dengan santai sambil menggendong tas ransel di punggungnya.

"Selamat pagi" sapa pa Bobby menyapa semua pegawai di luar ruangan pribadinya

"Selamat pagi pak" jawab semua pegawai serentak

Setelah menyapa semua pegawai tata usaha, pak Bobby langsung mengambil kunci ruangan dari saku tas ranselnya, membuka pintu dan berlalu memasuki ruangannya. Setelah memasuki ruangannya, ia tidak lupa langsung menutup pintu. Menunjukkan bahwa tidak boleh ada sembarangan orang yang masuk ke dalam ruangannya. Pak Bobby merupakan kepala sekolah baru di sekolah ini, ia baru 5 bulan lamanya menjabat sebagai kepala sekolah di sekolah tersebut. Usianya massih 37 tahun, dengan koneksi dan juga kepintarannya tidak membuatnya terkendala untuk naik pangkat dengan cepat sampai akhirmya dia dipercaya untuk menjadi kepala sekolah di sekolah tersebut.

Jam istitahat telah tiba, di koridor berlalu lalang siswa dan siswi sambil bercanda ria dengan teman – temannya. Suasana menjadi begitu ramai dengan gelak tawa dan hentakan kaki yang begitu ramai melintasi koridor dan juga tangga penghubung lantai 1 sampai lantai 3 sekolah tersebut. Di ruangan tata usaha tersebut, semua pegawainya juga sedang mengistirahatkan diri dari pekerjaan masing – masing.

"Ibu Renata, bisa minta tolong buatkan kopi?" Ujar pa Bobby yang tiba – tiba keluar dari ruangannya

"Eh, Baik pak!" Jawab Renata terkejut karena tadinya ia sedang asyik dengan handphone di tangannya

"Terimakasih, nanti tolong simpankan saja di mejanya saya, Saya mau ke kantor guru sebentar!"

"Baik pak!"

Setelah pa Bobby berlalu, dengan cepat Renata berdiri, berjalan menuju meja dispenser dan mulai meracik kppi untuk atasannya.

"Ibu minta tolong sekalian dengan saya" Pinta pak Rudi, sambil tersenyum ke arah Renata

" Baik pak!" jawan Renata singkat

"Pak Rudi ini kebiasaan, mentang -mentang Renata masih gadis, selalu saja cari kesempatan. Padahal dulu biasa buat kopi sendiri" Canda Ibu Dewi sambil melirik ke arah Pak Rudi yang sedang tersenyum

"memangnya ibu mau kalau saya minta tolong buatkan kopi?" tanya Rudi

"selagi bisa buat sendiri kenapa harus merepotkan orang lain" jawab ibu Dewi sewot

Ibu Dewi dengan pa Rudi adalah teman satu sekolah saat SMA dulu. Mereka berdua merupakan alumni sekolah tempat mereka mengajar. Dan mereka lah siswa Angkatan pertama saat sekolah ini di dirikan. Jadi hal yang wajar saja kalau mereka selalu bercanda dan saling adu pendapat.

Setelah selesai membuat kopi, Renata meletakkan kopi milih pak Rudi di mejanya dan mengantarkan kopi milik pak Bobby keruanganya. Dengan hati – hati Renata membuka pintu ruangan pa Pa Bobby. Ruangan ukiuran 3 kali 4 meter tersebut dilengkapi fasilitas meja kerja, AC, TV, Sofa dan lemari yang berisi banyak berkas- berkas sekolah tersebut. Renata meletakkan kopi di meja, setelah memastikan kppinya aman ia langsung keluar dari ruangan tersebut.

Tidak lama kemudian, Pak Bobby datang dan langsung masuk ke ruangannya dengan muka yang terlihat serius. Ia membuka pintu ruangannya dengan kasar dan langsung menutupnya begitu saja. Suara pintu yang lumayan kuat, membuat Renata dengan pegawai yang lainnya terkejut dan saling menatap. Tidak berselang lama, seorang ibu guru bertubuh kecil, rambut pendek, seragam keki yang terlihat lumayan ngepas di badannya datang ke ruangan tersebut dan langsung saja memasuki ruangan kepala sekolah tanpa mengetuk pintu sama sekali.

" Dasar tidak tau malu!" ucap ibu dewi dengan tiba-tiba sambil melirih ibu guru tersebut memasuki ruangan kepala sekolah

BERSAMBUNG ....


ErlagulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang