Mendengar umpatan Dewi, seketika Renata dengan pegawai yang lainnya melihat serentak kearah Dewi. Dewi yang merasa rekan kerjanya meliriknya, dengan tiba – tiba mengalihkan pandangannya ke hp yang ada di tangannya.
'Memang betul – betul tidak tau malu si Sambo ini, sudah mengambil nyawa orang lain masih bersandiwara lagi" ujar Dewi tiba – tiba. Ia takut teman – teman rekan kerjanya mengetahui untuk siapa sesungguhnya umpatannya itu.
"sambo di bawa – bawa ke tempat kerja, kamu tidak takut kalau seandainya sambo tau apa yang kamu ucapkan tadi? Bisa – bisa kamu jadi korbannya!" ledek Rudi
Mendengar ejekan Rudi, Dewi hanya tersenyum sinis
'Jack, kamu sudah menyelesaikan laporan kita untuk bulan lalu?" tanya Rudi kepada Jack yang memang bertugas mengurus laporan bulanan keadaan siswa di sekolah itu
"Lagi dalam proses pengerjaan pak, saya masih butuh data dari para wali kelas, masih ada wali kelas yang belum menyerahkan rekap kehadiran anak walinya!"
"Kerjakan dengan cepat, kan kamu tau pak Bobby tidak mau kalau kita terlambat tanda tangan laporan bulanan!"
"siap pak!" Jawab Jack kemudian
Renata Kembali melanjutkan pekerjaannya, Ketika ibu guru yang tadi memasuki ruangan Pak Bobby keluar. Tanpa melirik ke arah pegawai yang ada di ruangan itu, ia berlalu begitu saja. Yasinta yang memperhatikannya hanya mendegus sambil geleng – geleng kepala. Bagaimana bisa seorang ibu guru yang notabene sudah guru senior disini tidak ramah sama sekali. Jangankan senyum, melirik saja tidak.
"Teman satu angkatannya Pak Agus !" ujar Rudi tiba – tiba
"Siapa pak?!" tanya Rehan kemudian
"itu ibu Yusi" jawab Rudi. "bagaimana pak Agus?"
" Namanya manusia, pasti ada perubahan pak. Tapi dulu dia tidak secuek itu!" jawab Agus yang masih focus menatap layar computer di depannya. Agus masih disibukkan dengan data dapodik, yang masih belum selesai meski tahun ajaran baru sudah berjalan hamper 2 bulan lamanya. Kesibukannya sebagai operator terkadang membuatnya tidak banyak waktu bercerita dengan pegawai yang lain. Terlebih lagi kalau deadline dari dinas sudah di depan mata
"saya baru tau, Ibu Yusi seangkatan dengan pak Agus!" sela Yasinta
"satu SMA tapi bukan satu kelas. Jadi tidak terlalu akrab juga!" jawab Agus
"owh...." Jawab Yasinta singkat
"tapi, ngomong – ngomong ada apa ya? Kok sepertinya wajahnya pa Bobby seperti marah begitu?" Tanya Rehan
"pasti ada sesuatu yang terjadi, kita tunggu saja. Palingan kalau bukan sebentar siang, besok kita pasti ada pertemuan dadakan" timpal Dewi
Renata yang sedari tadi sibuk dengan berkas – berkas di tangannya hanya diam menyimak percakapan rekan satu kerjanya. Ia hanya focus pada pekrjaanya. Entah mengaa fikirannya kini berjalan mundur mengingat sesuatu hal yang sangat mengganggunya. Bukan hanya kali ini, sudah beberapa kali Renata secara tidak sengaja melihat Yusi dengan Bobby berbincang berdua di ruang pribadi Bobby. Bahkan sering kali, Renata tidak melihat kapan datang dan kapan perginya Yusi dari ruangan itu. Hanya saja selau kebetulan Ketika ia ingin menanda tangani berkas dan juga keperluan lainnya, ia sudah beberapa kali melihat Yusi duduk di ruangan itu tanpa melakukan kesibukan apa pun.
Jam pulang sekolah pun telah tiba, semua siswa dan siswi sudah berhamburan keluar dari kompleks sekolah. Setelah merapikan meja kerjanya, Renata beserta dengan pegawai lainnya bersiap – siap untuk pulang. Sementa Bobby belum ada keluar dari ruang kerjanya sedari tadi. Akhir – akhir ini, Bobby sudah tidak pernah pulang berbarengan dengan guru – guru ataupun pegawai di sekolahnya. Padahal sebelumnya begitu jam pulang, mereka akan Bersama – sama keluar dari kompleks sekolah. Tapi akhir – akhir ini, Bobby selalu pulang belakangan, dan bahkan Ketika guru beserta pegawai sudah berada dirumah masing – masing baru ia beranjak pulang dari sekolah.
Begitu keluar dari ruang tata usaha Renata berpapasan denga Pak Rahmat yang bertugas sebagai penjaga sekolah, seperti biasa ia mengecek seluruh ruangan, apakah sudah terkunci atau belum.
" Pak Bobby masih ada?" tanya Pak Rahmat sambil melirk ke dalam ruangan tata usaha
"iya pak, masih ada. Sepetinya masih ada pekerjaan yang belum selesai" Jawab Renata
"baik kalau begitu, mungkin nanti baru saya Kembali lagi. Ruang guru juga belum di kunci"
"lho, tumben jam segini belum di kunci pak? Bukannya biasanya kami yang paling belakangan pulang?" timpal Yasinta
"itu..... masih ada ibu Yusi!"
"Ibu yusi? Buat apa pak?" tanya Renata heran
"tidak tau juga, katanya masih ada pekerjaan yang belum selesai. Besok anak les IPA ada praktek katanya, jadi dia sibuk mengurus perlengkapannya!"
"owh... iya sudah pak, kami pulang duluan!' pamit Renata
Renata dan Yasinta berjalan Bersama menuruni anak tangga satu persatu. Jauh di depannya mereka terlihat Dewi, Rudi beserta pegawai tata usaha yang lainnya, sudah berlalu dengan motor masing- masing. Ketika pulang sekolah, Renata memang lebih sering bareng dengan Yasinta. Terlebih lagi mereka berdua masih gadis, jadi bisa dibilang satu frekuensi.
"Re, kamu rasa ada yang aneh ga sih?" Tanya Yasinta sambil melirik Renata yang sedang membetulkan jaketnya
"kenapa?"
"ya... aneh aja, dulu awal pa Bobby jadi kepala sekolah disini, sering banget kumpul – kumpul bareng kita di luar ruangannya. Pulang juga barengan... tapi sekarang kok lain ya!"
"mungkin lagi banyak pekerjaan" jawab Renata singkat
" iya sih... tapi aneh aja re! terus ibu Yusi, ngapain jam segini belum pulang? Atau jangan – jangan!"
"husss... jangan ngomong sembarangan. Nanti ujung – ujungnya fitnah!" jawab renata sambil menutup mulut Yasinta
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlagulang
RomansaRenata seorang pegawai tata usaha di sebuah sekolah swasta ternama di kota. Ia menjadi saksi kunci kisah cinta terlarang yang terjadi di antara rekan kerja nya dengan atasannya. Ia dilema, menentukan sikap atas apa yang ia lihat selama ini. sedikit...