B.05

26.5K 1.1K 4
                                    

Moonlight Café, di sinilah Brigitta sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Moonlight Café, di sinilah Brigitta sekarang. Ia terjebak di salah satu meja yang berada di sudut, namun bisa melihat ke arah panggung live music dengan jelas. Bryan menyuruhnya untuk duduk di sana dan laki-laki itu pergi entah ke mana setelahnya.

Mata Brigitta mengamati seluruh penjuru ruangan. Ia terkagum melihat desain interior yang didominasi dengan sentuhan industrial. Paduan dinding bata ekspos dengan aksesoris ruangan yang menggunakan baja hitam dan juga lantai beton ekspos, membuat ruangan ini terasa hangat. Ditambah lagi dengan pencahayaan yang temaram.

Atensi Brigitta teralih saat ada seorang perempuan dengan seragam berwarna navy khas pegawai Moonlight Café datang menghampirinya membawa nampan berisi beberapa hidangan dan minuman.

“Maaf, tapi saya belum pesan, Mbak,” ucap Brigitta yang kebingungan karena ia belum memesan makanan apa pun.

“Ini sudah dipesankan Mas Bryan, Mbak,” balas gadis itu dengan menyunggingkan senyum ramah. Gadis itu mengambil sesuatu dari dalam saku dan memberikannya pada Brigitta. “Ada pesan dari Mas Bryan buat Mbaknya.”

Setelahnya, gadis itu izin pamit dan meninggalkan Brigitta yang menatap secarik kertas kecil itu kebingungan.

Lo nikmati semua yang ada di sini, nanti biar gue yang anter lo pulang. Jangan ke mana-mana, ok? :) -Bry

Membaca tulisan itu membuat Brigitta refleks mencebik. Apalagi melihat emot senyum di akhir tulisan itu, membuat wajah Bryan yang tengah tersenyum berakhir dalam bayangan Brigitta. Ini sangat menyebalkan.

Brigitta meremas kertas itu hingga kusut dan memasukkannya ke dalam saku, untuk dibuangnya nanti. Pandangan Brigitta kini beralih pada makanan yang ada di hadapannya.

Chicken Cordon Bleu, keik cokelat dengan lumeran cokelat di dalamnya dan minuman Lemonade. Brigitta terkejut bukan main. Tiga hidangan yang ada di hadapannya kini adalah makanan-makanan yang sangat ia suka.

Bagaimana bisa Bryan mengetahui makanan favoritnya?

Di tengah kebingungannya, suara ketukan mic dan dehaman mengalihkan perhatian Brigitta. Gadis itu menoleh ke arah panggung dan membuka mulutnya tanpa sadar. Matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan.

“Bryan anak band?” tanya Brigitta entah pada siapa—saat ia melihat seseorang yang berdiri di atas panggung dengan mikrofon di hadapan dan gitar yang menggantung di tubuh laki-laki itu.

Suara petikan gitar terdengar sebagai pembuka, diikuti dengan harmonisasi denting piano, tabuhan drum dan petikan bass.

🎶Bukankah semua hal yang pernah kita lalui bersama adalah kenangan terindah.

Namun,  mengapa harus kulupakan jika itu memang benar-benar indah?

Kau bersamanya, takkan menjadikanku melupakan semua hal indah ini. 🎶

Brigitta benar-benar mematung. Bukan hanya deep voice Bryan yang membiusnya, melainkan makna dari lagu yang dinyanyikan oleh laki-laki itu.
Ini mengingatkan Brigitta pada hubungannya dengan Bara.



🎶Walau aku sudah menyerah, tapi kamu tetap yang terindah.

Tepuk tangan riuh menyadarkan Brigitta yang terlalu larut dalam lagu. Ia ikut bertepuk tangan kecil walau sedikit linglung. Gadis itu menatap Bryan yang juga tengah menatapnya dari atas panggung. Sebuah senyum kotak terbit di wajah laki-laki tampan itu, dan membuat sisi lain Brigitta muncul ke permukaan.

Apa Bryan bisa menjadi obat untuk lukaku?

Another BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang