Prolog
Cerita ini sangat sulit untuk kurealisasikan hingga rampung, butuh keyakinan yang amat dalam untuk mengisahkanya. Aku akan menceritakan tentang pengalamanku selama 6 tahun ini, memori kelam yang aku selalu harap lenyap dari ingatanku. Berusaha melupakan setiap inchi kejadian. Sebisa mungkin. Ingin ku bakar setiap detiknya.
Rasa senang merekah ketika cuplikan kejadian diiringi suara gembira mereka semua bak soundtrack film terulang kembali. Di sisi lain, awan kesedihan merenggut semua senyum yang tercetak diwajahku. Gemetar. Air mata yang menggenang di pelupuk mata mulai turun melewati pipi. Tangis. Itulah yang mewakili emosiku sekarang. Pikiranku kacau. Semua kejadian saling mengahantam. Tak ada keselarasan. Aku tak bisa membedakan antara memori yang membuat hatiku seketika bak taman bunga dan kenangan yang membuatku kembali meringkuk hingga terbelenggu.
Celaka! sekarang tibalah nestapa yang bermuara.
Lalu harus aku mulai darimana sekarang?
Haruskan aku mengawalinya dengan kisah penuh air mata itu? Atau melewatkanya seolah semua baik-baik saja, menggantinya dengan kisah happy ending tanpa cela?
Lengkara.
Terlalu banyak aksara yang kurekayasa. Berpura-pura tersenyum sembari merangkai kalimat indah. Berusaha menutupi lara yang kian meraja lewat kisah penuh kegembiraan ini, katanya.
kuakui, kisah ini tidak indah. Namun ketahuilah, banyak pilu yang yang belum sempat kuakui. Ya, aku diam. Berlagak tampil humoris dan memendam sisi melankolis.
...
kelam
SMA Negeri 1 MALANG
06.45 WIB
Aku diam di dalam toilet saat mendengar ada suara. Perasaanku tidak enak. Badanku bergetar tak karuan. Jantungku berdegup kencang ketika suara langkah kaki mulai terdengar semakin dekat. Aku tak percaya siapa yang aku lihat disini. Obsidianku menatap orang itu. Diam termangu tanpa perlawanan. Tidak berkedip. Tak juga mencoba untuk beringsut. Dia menatapku dengan tersenyum. Tatapan yang tajam bak elang yang siap menerkam mangsanya. Napasku tersenggal. Meneguk saliva saja membuatku harus meringis kesakitan saking susahnya. Mataku kembali berembun. Sayang sekali, namun sekarang ini medusa bersamaku.
Aku tak bisa berkutik. Tak percaya apa yang baru saja ku lalui. Kenangan paling buruk yang terulang lagi. Disinilah awal tibanya nestapa yang kembali bermuara. Aku terlalu rapuh hingga tak pantas untuk direngkuh. Kisah itu benar-benar membangkitkan pilu.
Aku ingin menghardik waktu karena telah dibesarkan oleh jagat yang jahat; kelewat keparat.
Kau tahu seberapa banyak lara yang mendominasi? atau keinginan menyerah pada semesta?
Menjalani hidup tak semudah teori yang telah dikultuskan. Orang-orang hanya tahu memberi pitutur, tapi tentang aku tetap akulah yang paling tahu.
Seolah paling tak adil, seolah paling menderita, seolah atmamu tak penting. Semesta terasa asing, aku kehilangan jati diri.
Celaka. Aku terberingas, semakin terperosok dalam deburan lara, meresap dalam setiap nestapa yang kian terasa. Aku menjadi sosok pemurung yang gemar mengurung, duniaku tak lebih dari sepetak kamar. Aku benci sepi, benci keramaian, benci manusia dan wujud nyata dari itu semua adalah "aku benci diriku sendiri".
Sulit untuk menerima kenyataan. Aku mengutuk diriku sendiri, menghardik semesta.
Sial..
kisah lalu ini tak pernah terpanah waktu, membuatku selalu meringkuk terbelenggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kilas cerita
Randomduduklah, akan kusuguhkan kilas balik yang terasingkan. noted: each section contains different content a.k.a random content. - start- September 18, 2022 Originally by: Dxiebo