Seni Patah Hati

15 3 0
                                    

...

Sebenarnya jalan pulangmu dimana?

Apa aku ini rumah yang sedang kau tuju?

Apa aku ini akhir dari perjalananmu?

Bukan berarti aku tidak percaya padamu, aku berkata begini bukan karena aku tak lagi menginginkanmu.

Kau putar kaki dan janjimu,

aku menunggumu untuk mengetuk pintu.

Namun tak kunjung hadir.

Aku pikir kau hanya singgah sementara dan titip janji indah, tanpa pikirkan hati yang patah.

Hati-hati di jalan,

sayangku kita usai di sini

...

Pembuka ingatan

Catatan ini hanyalah upaya menuju ingatanku yang lama. Ketika penghianatan dimulai, saat air mataku tak henti-hentinya terurai. Kisah cintaku yang dimulai saat hujan tengah menyambut Desember. Kali pertamaku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya, hingga lukanya hampir merenggut kewarasan yang aku punya.

Kata orang, sejatinya manusia hanya mampu jatuh cinta sekali seumur hidup. Sisanya; hanya sekedar melanjutkan hidup. Cinta pertamaku ini tidak kekal atau abadi namun mampu mengubur diri dalam hati. 

Seperti yang aku katakan, kau telah berlayar ke barat daya. Sementara aku berbalik membelakangimu. Jalan yang kita tempuh benar-benar bertolak belakang, dan tak lagi mampu disamakan apapun keadaanya. Namun, masih selalu kuhantarkan doa-doa baik agar kesetiaan mengikatmu. Jawabanya ada pada bahagia yang kau peluk belakangan waktu.

Kuucapkan banyak terimah kasih atas datang dan pergimu waktu itu. Walaupun nestapa bermuara, sekalipun lara menyiksa. Sama sekali tidak ada yang kusesali. Bagaimanapun aku pernah menjadi yang paling bahagia sedunia. Sayangnya, kamu adalah hasil nyata dari seni patah hati. 

Kepada dirimu yang pernah sangat amat kucintai, kepadamu yang akhirnya hidup abadi mengisi hati; Kamu tanpa menyebut nama.

Kupersembahkan seutuhnya tentangmu pada catatan ini. Meski asing telah akrab, kamu akan selalu terkenang. Disinilah, dalam uraian kisah; kau abadi.

Khianat

Kali terakhir konflik yang melanda kita, membuat pikiranku tertindas. Lama kutunggu pesan darimu. Kunanti kau mencari, mencoba berpikir bahwa sebenarnya kau pun mencariku. Berkelintaran memendam pikiran curiga padamu. Sialnya, ketakutanku selama ini berangsur nyata. Kau dapat bertahan tanpa berkabar; karena perasaanmu kepada yang lain tengah merekah. Tak usah berkelit, pesan denganya yang kau pikir tak terbaca; aku tahu semuanya.

Lumayan lama aku membisu. Membenarkan semua kecurigaan sembari menata isi kepala. Prasangka saja melukiskan lara, apalagi menjelma nyata. Kecurangan yang kau rencanakan saat aku mati-matian menahan keraguan. Lama aku menahanmu agar tak dekat denganya, sayang ujung-ujungnya juga dia yang kau dambakan. Akan sangat tidak adil jika kuminta kau untuk terus bertahan, sedang hatimu sudah menari saat bersamanya. Kau tahu? aku paling benci pengkhianatan. Ditusuk dari belakang sebab telah terganti. 

Setelah berbulan-bulan dekat dengan wanita itu, seseorang yang paling kubenci di dunia. Rupanya dia sudah menyamankan hatimu. Dibawanya lari segala perasaan yang kau miliki. Dibuatnya kau menyerah padanya, dan melanjutkan hari-hari berdua. Sikapmu menendangku terasing, menjauh agar tak lagi menganggu. Percayalah, aku marah sebegitu marah pada semuanya. Detik itu juga, kusemogakan kalian sengsara, merasakan bagaimana rasanya dihancurleburkan oleh manusia. Kalian menusuk bertubi-tubi, membumihanguskan segala niat untuk melanjutkan hari. Air mataku sederas hujan malam itu. Hatiku karam dibawahnya. Jangan lupakan, kalianlah penyebabnya.

Kilas ceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang