CHAPTER 2: DIA DATANG?

107 6 0
                                    

Happy Reading!

***

"Medea Lavavya," gumam seseorang seraya menulis nama lengkap itu kedalam buku catatan. Matanya menyorot tajam kearah Avya.

Avya menaikan satu alisnya. "Naon?"

"Lagi-lagi nama Medea Lavavya ada dicatatan keterlambatan siswa. Lama-lama gue tulis pakai spidol permanen biar gak capek nulis nama lo terus."

Avya tertawa pelan mendengar gerutuan salah satu anggota Osis itu. Dia mengangkat bahunya acuh.

"Berani tulis pakai spidol permanen?" Avya menantangnya.

"Berani." Dia berujar mantap. "Nanti gue bilang ke Andra biar dia kasih izin gue untuk nulis nama lo pakai spidol permanen. Kalau perlu sekalian tulisnya dipapan ruang BP, masuk ke salah satu anak bermasalah."

Avya tersenyum mengejek. "Silakan lakuin mau lo itu, tapi jangan kesel kalau ditolak Ketos. Lagian si Andra juga paham kali pagi ini hujan deras, banyak kok siswa yang telat setengah jam, bahkan guru juga banyak banget yang telat karena kejebak macet dan hujan pagi-pagi."

"Nah, kan," mata Avya melihat Bu Yola yang berlari menerobos hujan menuju kearahnya.

"Bawa salinan gak Bu? Harus cepet ganti baju biar gak masuk angin." Ujar Avya basa-basi.

"Bawa kok," Bu Yola menangguk. "Kamu kenapa gak segera ganti salinan seragam? Bawa kan?"

"Ada di loker, saya mau ganti cuma ditahan terus sama anggota Osis ini, gak dibolehin pergi."

Bu Yola beralih menatap perempuan disamping Avya. "Lebora, untuk hari ini tidak ada hukuman bagi siswa yang terlambat." Ujar Bu Yola.

Perempuan yang bernama Lebora itu seperti tidak setuju dengan Bu Yola. Dia ingin protes namun tidak jadi karena ada Andra. Ketua Osis itu menghampiri mereka.

Andra mengambil buku catatan yang dipegang oleh Lebora. "Buat hari ini nama siswa yang terlambat gak perlu dicatat." Ujar Ketua Osis.

"Lo tau situasi hari ini gimana," Andra berbicara lagi ketika tahu Lebora hendak protes tidak setuju.

"Tapi kalau dibiarin gini, siswa yang sering telat bakal kesenengan. Contohnya kayak cewek disamping lo itu."

"Dih, gak jelas lo." Avya menyahut.

"Udah jangan ribut. Lebora, silakan minggir, kasih jalan untuk Avya." Ujar Bu Yola.

Avya berjalan melewati Lebora. Bibirnya tersenyum mengejek. Avya tahu kalau Lebora tidak suka dengannya, terlebih saat Bu Yola membelanya karena sebagian murid di sekolah ini tahu jika Avya dan Bu Yola dekat. Avya juga tahu bahwa bukan hanya Lebora saja yang tidak menyukainya, banyak siswi di sini yang tidak suka dengan Avya. Mungkin alasan tidak menyukainya karena Avya terlihat dekat dengan si kembar yang menjadi incaran para siswi. Yang mereka tahu Avya itu gatal, cari perhatian terus, padahal faktanya kedua cowok kembar itu yang selalu mendekati Avya, bahkan mereka suka sekali mengganggu Avya jika di kelas. Avya sendiri tidak terlalu memusingkan hal itu. Membiarkan bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya, tetapi jika sudah ada yang bermain fisik atau mengatai Avya dengan omongan yang sangat jahat, dia tidak akan diam saja, pasti membalas mereka.

Avya lebih dulu memilih untuk berganti seragam sebelum masuk kelas. Bahaya jika langsung terkena AC dalam keadaan seragam basah. Gadis itu hanya mengganti rok abunya saja karena seragam putih miliknya hanya basah sedikit dilindungi oleh sweater yang ia pakai.

Baru saja dia membuka pintu kelas dan berjalan menuju mejanya, langsung disambut oleh teriakan Isvara, teman dekatnya.

"MEDOOOY, GUE PUNYA BERITA PENTING!" Isvara berteriak membuat beberapa orang yang berada di kelas melihat Isvara dan Avya.

Medea LavavyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang