[Perubahan Sinopsis]
Keenam pemuda itu mendapatkan mimpi yang sama berulang kali, tentang seseorang bersuara yang sepertinya berasa dari masa lalu.
Mereka tidak paham kenapa mimpi itu selalu muncul, tetapi perasaan rindu terasa begitu berat untuk d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⊱⋅ ᴡᴇ ᴡᴀɴᴛ ᴜ ⋅⊰ Chenle X Dreamies | Chenle!Harem
.
"Dari mana yang ingin kamu tahu?" Tanya Mark pada si manis yang sekarang berjalan di sampingnya.
"terserah Mark saja."
"Hm, kalau begitu bisa sedikit ceritakan tentang ku yang ada di masa lalu?"
"Aku tidak bisa memberitahu semuanya, jadi hanya sebagian ya. Tidak masalah, kan?"
Mark mengangguk setuju.
"Yang aku ingat, kau tinggal bertiga bersama Kakak dan Ibumu. Setiap aku bertanya kemana Ayahmu, kau hanya tersenyum dan tidak pernah menjawabnya. Kita bertemu di ruangan kerja Ayahku karena kalian saling kenal, dan Ayah mengenalkanku padamu. Kita mulai dekat, tapi saat itu aku juga sedang dekat dengan Haechan juga Jeno. Kalian bertiga ternyata berteman tapi hanya saling kenal nama, dan setelah kenal aku kalian semakin dekat."
"Sedikit berbeda ya dengan yang kamu bilang."
"Hm? Memang bisa terjadi kesamaan di masa lalu dengan yang sekarang, tapi juga lebih sering terjadi perbedaan."
Langkah kaki Mark berhenti tiba-tiba, dan Chenle menyadari itu lalu ikut berhenti juga.
Yang membuat Mark berhenti barusan adalah seseorang yang berdiri sambil melipat dada di halaman rumah.
"Itu Kakakku. Aku disini masih memiliki orang tua yang lengkap, tapi rasanya seperti tidak memiliki sama sekali."
Chenle langsung memahami maksud Mark.
.
Makan malam dengan keluarga Mark tidak begitu sepi dan dingin, malah cukup hangat.
Chenle tidak pernah melunturkan senyumnya daritadi kepada kedua orang tua juga Kakak Mark, bahkan disela makan mereka sesekali akan mengajaknya berbicara.
"Mark tidak pernah membawa satupun temannya kesini. Nak Chenle adalah yang pertama diajak kesini," ujar Ibu Mark.
"Jangan-jangan dia tidak punya teman, Bu." Kakaknya yang menyahut, tapi Mark hanya diam dan membiarkan bertingkah tidak peduli sama sekali apa yang diucapkan Kakaknya barusan.
Chenle menggeleng kecil.
"Ah, sebenarnya Mark punya tema. Mereka sering kemana-mana, Tante. Aku salah satu dari mereka."
"Syukur deh punya teman, kirain enggak punya." Mark memutar matanya dan membiarkan Kakaknya.
"Sudah, kalo memang Mark punya teman ajak mereka kesini ya, Mark." Tidak ada jawaban dari Mark, dia hanya fokus pada makanannya.
"Ck, dasar tidak sopan. Ibu, Ayah! Jual saja apartemen yang Mark tempati sekarang, apalagi kalian butuh uang untuk liburanku."
"Benar juga, kau selalu berada disana dan tidak mau di rumah. Pasti kerjaannya hanya main," sahut Ayah Mark.
