O2. Perbincangan

323 61 0
                                    

[Name]'s pov

Saat melihat-lihat mansion duke alpheus, sesaat rasanya seperti tersihir. Indah dan megah.

Walau di manhwa who made me a princess aku sudah pernah melihat panel yang menampakan halaman mansion, namun ternyata mansion ini jauh lebih megah dari itu, beberapa patung, perkebunan teh, bahkan masih banyak hal lain.

Aku dan Alisa bahkan tak sanggup mengelilingi Mansion tanpa mengambil jeda untuk istirahat terlebih dahulu.

"Duchess apa anda ingin beberapa camilan?" Alisa menawarkan diri untuk mengambil beberpa camilan. Namun, aku menolak, "Tidak usah, lisa. Dan kau boleh kembali saja, ada beberapa tempat yang ingin ku kunjungi sendiri."

"Apa benar tidak apa-apa?"

"Ya"

Aku berkeliling lagi sendirian di sekitar rumah kaca sebab aku memang sengaja menyuruh Alisa untuk kembali ke dalam mansion. Rumah kaca itu entah mengapa nampak begitu menarik pandangan ku.

Siluet pada kaca itu memperlihatkan diri ku saat ini. Harus kah aku bersujud sekali lagi. Betapa bersyukur nya aku bisa tiba-tiba memasuki game, menikahi Izekiel pula, walau kontrak.

"Wah, kebun di dalam kaca! lebih indah dari apa yang ku lihat di manhwa-manhwa."

Beraneka ragam tanaman indah yang ada di dalam rumah kaca, dimana semua nya benar-benar nampak unik dan membuat halaman mansion terlihat segar.

"Sayang sekali rumah kaca nya di kunci," ujar ku kecewa sebab pintu nya benar-benar terkunci rapat. 

Padahal kesempatan bagus jikalau aku bisa menikmati hari-hari ku di dalam sana, misal nya seperti minum teh, menyirami tanaman, dan masih banyak hal lain yang bisa ku lakukan.

"[Name]?"

Saat ada yang menyentuh pundak ku sambil memanggil nama ku, tentu itu membuat ku terkejut dan reflek menepis tangan nya.

"Oh, maaf! Saya kira siapa .... ternyata anda."

Ternyata yang kulihat adalah Izekiel, jadi aku tentu bisa memaafkan hal itu. Seketika hati ku berdebar kencang.

"Apa yang anda lakukan?" Izekiel bertanya pada ku seolah seperti dia mengetahui kalau aku berada di depan rumah kaca.

"Ah, saya merasa rumah kaca ini sangat indah," Tanpa sadar tepian bibir ku sedikit melengkung sehingga senyum kecil itu muncul pada wajah ku, "dan membuat saya penasaran"

"Anda ingin masuk? Kunci rumah kaca ini selalu saya bawa." Izekiel menggoyangkan kunci itu.

"Kalau anda tidak keberatan, saya akan sangat senang menerima tawaran anda," balasku.

"Haha, baiklah."

"Tuan Duke, nampak nya anda sangat merawat rumah kaca ini," ujar ku sembari mendekati mawar yang indah.

"Ya, ada kenangan ku dengan nya."

"Itu maksud nya tuan putri ya?" Batin ku.

Kalau di fikir-fikir, usia Izekiel saat ini pasti sudah sepantaran dengan usia ku di game ini. Kalau aku 28 tahun, dia pasti juga 28 tahun, karena sudah ada petunjuk ketika aku bermain game waktu itu.

Ngomong-ngomong soal game, seperti nya aku tidak di beri sebuah pilihan untuk mengobrol lagi.

Izekiel membuka pintu rumah kaca dengan kunci di tangan nya, "Baiklah, namun seperti nya rumah kaca ini sedikit usang. Sudah lama sekali saya tidak masuk ke dalam nya."

"Tuan duke, apa ada yang ingin anda bicarakan pada saya?" nampak nya karakter favorit ku ini sedikit terkejut, seolah seperti "kau menemuiku karena butuh sesuatu"

"jadi itu terlihat jelas ya .... haha, baiklah, saya akan langsung masuk pada topik nya. Tapi sebelum itu, akan lebih baik kalau kita bicara sambil minum teh," ujar izekiel dengan senyuman.

"Nanti malam akan ada pesta dansa di istana, dan anda pasti sudah tahu akan hal itu, kan?" tanya izekiel memulai pembicaraan.

saat ini kami sudah di temani oleh camilan dan juga teh seduh.

"Di saat seperti boleh tidak ya aku memeluk my lovely izekiel ...." batinku.

"sadarlah [name], kalau izekiel bisa membaca fikiran, bisa bisa dia mengira kau itu gadis yang mesum!" sambung ku dalam hati.

"?"

"Ya, saya sudah tahu itu"

. . .

"Duchess, anda terlihat sangat cantik ...." Alisa tersenyum dengan tangan nya yang mengikat rambut ku.

"Saya yakin Tuan Duke akan semakin terpesona dengan penampilan anda,"

"Haha, kau berlebihan."

Yang di katakan Alisa mungkin memang benar tentang wajah ku ini, benar-benar sangat cantik. Aku bahkan bisa kagum saat melihat cermin. Namun, kalau soal Izekiel, itu tidak mungkin dia akan terpesona hanya karena penampilan ku.

Yang jelas, malam ini aku akan melihat pemeran lain nya dari manhwa kesayangan ku. Kemudian berdansa dengan Izekiel, sungguh mimpi yang terwujud.

Tok
Tok
Tok

"Alisa, tolong buka kan pintu nya," ujar ku sembari bangun dari tempat ku duduk.

"Apa duchess sudah siap? Tuan Duke sudah menunggu."

Rupanya kepala pelayan datang langsung menghampiri kamar ku. Alisa menoleh ke arah ku, kemudian aku pun mengangguk.

"Kebetulan sekali duchess sudah sangat siap."

"Baiklah, akan saya antar."

Sepatu kaca yang gemerlap menimbulkan suara ketukan lembut ketika aku menapak kan kaki untuk berjalan. Sungguh luar biasa.

Kepala pelayan itu mengantar ku sebab Izekiel yang menyuruh nya. Padahal tidak perlu di antar aku sudah hafal jalan nya.

"Baiklah saya antar sampai sini nyonya, saya permisi ...."

"Terima kasih, louise."

Aku sudah dapat melihat punggung Izekiel dari kejauhan, aku terus berjalan menghampiri nya.

"Tuan duke, ayo berangkat."

Izekiel sontak menoleh ke arah suara.

"Saya harap penampilan saya tidak terlalu aneh sampai anda melihat saya seperti itu," ujar ku kikuk.

"Ya, maksud ku tidak kok. Anda terlihat cantik duchess."

Izekiel tersenyum manis.

"Dari pada kiel, seperti nya aku yang terpesona pada nya," lirih ku.

"Anda mengatakan sesuatu, duchess?"

Aku menggeleng.

"Tidak kok, ayo berangkat tuan duke."




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Married To Divorce | Izekiel Alpheus x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang