Bab 3

13 1 0
                                    

Pov Galih

Setelah pertemuan kami dengan pelayan cafe itu yang omong-omong belum memberi taukan kami soal namanya. Kami berempat sepakat akan mencari bukti, jika tidak ada kami cukup buat pihak sekolah mengatakannya semuanya.
Target pertama kami adalah Pak Danang, wali kelas kami. Aku, Liam, dan Anna akan menginterogasi saat pulang nanti. Kebetulan jam pelajaran bapak dikelas kami adalah jam terakhir, jadi gak perlu cari orangnya.

(Waktu pelajaran selesai)

"Pak tunggu, saya ingin bertanya sesuatu" ucapku yang sedang disibukkan dengan cat air.

"Iya nak bapak tunggu! " jawab Pak Danang.

Setelah beberes, aku, Liam dan Anna pergi ke meja guru. Sekarang kelas bener-bener dah kosong jadi bisa berbicara dengan bebas.

"Galih, Liam, Anna mau tanya apa? " Pak Danang bertanya dengan halus.

"Jadi gini pak, Bapak jangan tersinggung ya dengan pertanyaan saya," ucapku.

"Bapak gak tau apa yang kalian ingin tanyakan, jadi lihat dulu. Tapi, InsyaAllah bapak gak tersinggung nak. " jawaban Pak Danang.

"Gini pak, kami mau tanya soal kejadian satu tahun yang lalu. Saat waktu penyelamatan dari tim SAR, saat itu siapa saja yang ikut masuk kedalam bersama tim SAR pak?"

Pertanyaan ku seketika membuat Pak Danang pucat. Jika dilihat, beliau menjadi gelisah dan cemas, beberapa kali Pak Danang menoleh ke arah pintu dan jendela. Perilaku Pak Danang menjadi waspada, seolah-olah jika ada yang mendengarkan pembicaraan kami, makan nyawa kami dan beliau akan terancam.

"Kenapa kalian menanyakan ini ??" tanya Pak Danang yang masih waspada.

"Kami hanya tanya karena merasa janggal dengan orang itu." ungkap Nana.

Dalam pemberitaan seorang reporter yang memberi tau, ada satu guru yang ikut masuk membantu para tim SAR.  Liam yakin bawa orang itulah dalang dari kematian kakaknya. Sayang wajah guru itu tidak terlihat jelas di rekaman dan tidak ada lagi yang membahas soal guru itu.

Lama Pak Danang berpikir, akhirnya beliau memberitahukan kami soal guru itu.

"Bapak saat itu sedang berada di pagar pembatas antara kapal dan kru penyelamat. Bapak lihat, Guru Matematika, Pak Khamar, masuk ke dalam kapal dan ikut membantu para Tim SAR. " ucap Pak Danang.

"Pak Khamar....," batinku kaget.

"Chi"

Eh...

Aku, Anna dan Pak Danang serempak menoleh ke asal suara tadi. Liam, sang pelaku hanya memasang wajah tak bersalah. Bener-bener ni anak.

"Nak Liam..." Ucap Pak Danang.

"Iya Pak, maaf. " balas Liam tak ikhlas.

"Kembali ke topiknya, bapak yakin kan orang itu adalah Pak Khamar? Bapak gak salah lihat kan?" tanya Anna Memastikan.

"An, perlihatkan Pak Danang kan masih bagus sekarang apalagi yang setahun yang lalu." sangkal ku.

"Bisa aja Pak Danang terlalu panik sampai salah lihat, ya kan Pak,"

Pak Danang yang mendengarkan Anna hanya bisa diam tak membalas, beliau teryata masih pucat dan waspada.

"Pak, Bapak kenapa menjadi waspada seperti ini. Apa karena Pak Khamar Bapak menjadi gini? Apa karena Pak Khamar mengecam Bapak untuk tidak memberitahu hal ini? Jika Bapak Membongkar hal itu kepada pihak penyelidik atau polisi maka Pak Khamar akan dipecat dan masuk penjara. Kenapa Bapak bungkam, apa karena ancaman Pak Khamar?" karena tak tahan dengan sikap waspada Pak Danang, Anna pun mengeluarkan sederet pertanyaan tanpa jedah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BALAS DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang