4. We Don't Need it!

184 13 0
                                    

Rapat telah selesai. Renjun segera merapihkan banyak hal dan bergegas untuk beranjak, meninggalkan ruangan ini.

"Renjun, tolong kirimkan hasil rapat tadi kepadaku." Pinta Haechan kepada Renjun yang tengah merapihkan catatan hasil rapat tadi.

Renjun tersenyum. "Akan aku kirimkan." Ujar Renjun, hendak berbalik namun tertahan, karena dirinya mengingat kalau masih ada pertanyaan, yang belum ia tanya kepada Haechan.

"Chan, boleh minta waktu-mu sebentar?" Tanya Renjun.

"Tidak bisa. Haechan akan jalan bersamaku." Sahut Garam, yang entah darimana dirinya muncul dihadapan Renjun, dan Haechan saat ini.

"Ah mian." Ujar Renjun.

Garam cuma mendesis sebagai balasan. Garam langsung merangkul tangan Haechan dan menariknya keluar dari ruang osis.

Sampai didepan ruang osis, Haechan dibuat bingung ketika ada seorang lelaki yang merupakan kapten futsal, berdiri di depan ruang osis.

"Na Jaemin, Apakah ada sesuatu yang kau perlukan?" Tanya Haechan penuh selidik.

"Ah tidak. Aku hanya sedang menunggu Renjun." Jawab Jaemin, yang sukses membuat hati Haechan bergemuruh.

"Kau ada hubungan dengan Renjun?" Bukan Haechan, melainkan Garam yang bertanya dengan nada antusias itu kepada Jaemin.

Jaemin menatap Garam dengan pandangan remeh. "Bukan urusanmu." Ujar Jaemin dengan seriangaian khasnya.

"Apa perlu aku panggilkan Renjun?" Tanya Haechan, yang sangat bertentangan dengan hatinya.

Hatinya ingin menanyakan ada hubungan apa antara Renjun dengan Jaemin? Kenapa Jaemin menunggunya? Apa tujuan Jaemin dalam mendekati Renjun?

Namun pertanyaan itu hanya bisa keluar didalam benak Haechan. Dengan bodohnya, Haechan malah mengatakan pertanyaan yang sangat jauh dengan kata hatinya.

"Ah tidak usah. Aku akan menunggunya disini." Balas Jaemin.

Baru saja Haechan ingin menyahuti perkataan Jaemin, Renjun datang dari dalam ruangan.

Renjun yang baru keluar pun mengerutkan dahinya bingung ketika melihat Haechan, Jaemin dan Renjun yang sedang berdiri di depan pintu.

"Kalian sedang apa? Eum, bisakah kalian minggir? Aku ingin lewat." Pinta Renjun.

"Ternyata selera kau tidak rendahan juga ya. Setelah putus dengan Haechan, kau berhasil mendapatkan Jaemin." Ujar Garam, yang membuat Renjun semakin bingung.

"Kau berbicara denganku?" Tanya Renjun.

Garam mendecih. "Tch, jangan berlagak sok polos Huang Renjun. Jaemin sedaritadi menunggu-mu."

"Bagus dong kalau aku banyak yang menunggu, berbeda sekali dengan dirimu yang menunggu seseorang." Sindir Renjun, yang membuat Garam geram.

"Maksud-mu apa?"

"Maksud Renjun itu, kau terlalu murah menjadi wanita, yang setiap hari cuma bisa bergelayut manja, kepada semua pria." Ujar Jaemin, menggenggam tangan Renjun, lalu membawa Renjun pergi.

"Dan ya! Tugas wanita itu di kejar, bukannya mengejar! Ah ya, kau kan wanita murah. Jadi mana bisa merasakan yang namanya di kejar pria." Ujar Jaemin sebelum pergi.

Haechan geram ketika Jaemin dengan beraninya menggenggam tangan Renjun. Dirinya juga melihat Renjun yang dibawa Jaemin hingga hilang dari pandangannya.

"Kau masih menyukainya?" Sentak Garam, menatap Haechan.

"Bukan urusanmu." Sarkas Haechan, lalu pergi meninggalkan Garam.

Dilain sisi, Jaemin dan Renjun akhirnya sampai di parkiran sekolah.

AFTER BREAK UP - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang