Mon Amour - Wonder

32 5 2
                                    

Haiiii , aku kembali nih dengan cerita lanjutan dari patah hati Rio dan Ify , akhirnya yaa lanjut jugaaa hehehe , 

semoga gabosen yaa nungguin cerita ini , 

so, Happy reading guys, hope you like it :) , jangan lupa vote dan comment yaa.. Makasiihh :*

"Kak Rio ko gamasuk lagi ? aku tungguin tadi" Keluh Zahra setelah mendudukan dirinya didalam mobil Rio.

Zahra, gadis itu seakan tidak peduli dengan air muka dari Rio, seolah menganggap semuanya tidak terjadi apa – apa. Padahal dengan jelas, ia sangat melihat bagaimana aura menegangkan yang keluar dari Ify dan Rio. Tapi, ia tak mau mengambil pusing dengan itu, perasaan ketika melihat Rio menarik Ify keluar dari kedai saja sudah cukup membuatnya kesakitan. Jadi, pura – pura tidak mengerti menurutnya lebih baik daripada harus terus – terusan merasakan sakit.

Rio adalah lelaki favorit Zahra, sepupu jauh yang sudah ia sukai sejak ia masih duduk dibangku kelas 4 SD, saat itu liburan akhir sekolah dan untuk pertama kalinya ia bertemu dengan sosok Rio. Semenjak Rio yang sudah mencuri pandangan juga hatinya saat itu, Zahra ingin egois terhadap Rio, ia selalu bilang "Kak Rio itu punya Zahra, gaboleh kalo ga main sama Zahra" Ikrarnya yang tentu disetujui oleh Rio.

Dan sekarang, saat ia sudah duduk dibangku kuliah, ternyata rasa yang dari dulu ia agung – agungkan tidak pernah hilang barang sedikit saja. Setelah terpisah selama 6 tahun lamanya, akhirnya Zahra dapat bersama dengan Rio kembali, ia merajuk pada orangtuanya untuk satu kuliah dengan Rio juga ikut tinggal dirumah lelaki itu.

Zahra menolehkan kepalanya kearah Rio, sang lelaki favoritnya, lamat – lamat ia cermati wajah Rio, dalam keadaan marah pun lelaki disampingnya itu tak sama sekali kehilangan charisma yang selama ini begitu Zahra kagumi. Rio tetap sangat tampan, dan ia hanya punya Zahra, bukan Ify ataupun gadis lainnya, hanya Zahra.

Perlahan tangan Zahra terulur menuju kepalan tangan Rio yang terlihat begitu kuat memegang kemudi, nampak dengan jelas pembuluh darah yang begitu kentara dikulit putih Rio, seperti memendam segala amarah yang meraung dalam dadanya.

"Tahan emosi kakak, aku takut lihatnya" Tutur Zahra dengan suara yang ia usahakan terdengar sangat lembut.

Rio menolehkan kepalanya pada Zahra, memberikan tatapan yang begitu dalam pada gadis itu, sebuah tatapan yang membuat Zahra sedikit merinding, sangat terlihat sekali luka yang begitu dalam disana, dan untuk pertamakalinya Zahra melihat sosok Rio sangat kacau.

"Aku harus gimana ra? Aku gamau kehilangan dia" Ucap Rio yang seolah mengadu pada sosok yang membuat hubungannya dengan Ify runyam seperti ini, seolah meminta pertanggung jawaban atas keteledoran Zahra yang sudah berani menciumnya dihadapan Ify.

Zahra yang ditatap begitu dalam seketika menelan ludahnya yang terasa sangat sulit, tangan yang ia biarkan menggenggam Rio kini perlahan turun. Aura luka yang disalurkan Rio pada Zahra seakan sudah mengintimidasinya dan membuat ia ketakukan.

"Hal istimewa apa yang dipunya Kak Ify dan di aku gaada kak? Bukankah aku sudah mengenalmu lebih lama dari dia?" Tanya Zahra dengan suaranya yang terdengar begitu getir. Kalimat yang Rio ucapkan padanya ternyata sangat berdampak hebat pada hatinya, seolah kalimat tadi menjelaskan penolakan paling dalam dari Rio atas perasaannya.

"Kak Ify .. dia bahkan sudah menggandeng lelaki lain sehari setelah kalian putus, dia bisa begitu bahkan ketika luka yang dia kasih ke kakak saja belum kering, kenapa kakak masih cinta sama dia?" Lanjut Zahra yang kali ini sudah terdengar isak tangis dari gadis itu.

Rio memejamkan matanya sejenak, mencoba menahan amarah yang melanda dalam dadanya, kalimat Zahra cukup memantik emosi yang sedari lama sudah ia tahan terhadap sepupunya itu.

Mon AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang