Scent

474 35 2
                                    


.
.
.
.
.
.
.

Suasana di lantai 1 masih tak luput dari banyaknya orang yang terus berdatangan, walaupun waktu sudah melewati pergantian hari.

Dinginya malam tidak mempengaruhi mereka yang ingin mencari pelampiasan dari lelahnya hari atau hanya sekedar menginginkan hiburan.

Sementara itu jauh dari hingar bingar musik dan kerumunan, Jaemin sedang berada di dalam ruang pengawas sembari menopang dagunya dan tangan sebelahnya menjadi penyangga.

Raut kekhawatiran jelas tercetak diwajahnya, kedua alis nya berkumpul membentuk garis vertikal yang ketara.

Dihadapannya terdapat puluhan monitor cctv yang menyajikan berbagai sudut pandang dari club' mewah itu.

Namun tatapnya tak lepas dari satu monitor yang bertuliskan fourth floor_05cam. Dimana video itu dipause dengan memperhatikan Jisung yang memasuki ruangan bertuliskan 153 dan tidak keluar lagi setelah 3 jam lamanya.

Ia tidak bisa tidak khawatir dengan pekerjaan paruh waktunya itu, Jisung adalah tanggung jawabnya disini. Selama 6 bulan ia berada disini.

Jaemin sudah menganggap Jisung sebagai adiknya sendiri, bahkan Jaemin tau kondisi keluarga Jisung dan bahkan beberapa kali pernah bermain dengan Jiwon.

Saat Jaemin sedang sibuk dengan pikiran pikirannya tentang apa yang terjadi, pintu ruangan itu terbuka memperlihatkan seseorang yang seketika menjadi pusat perhatian.

Jaemin melihat itu langsung menghentikan aktivitas, dan melangkah ke arah nya, sedikit membungkuk untuk memberikan salam.

" Mark Hyung.. "

Orang yang menghampirinya itu ternyata Mark, sang pemilik club hanya mengangguk dan menepuk pundak Jaemin pelan.

Mark memang menyuruh orang-orang kepercayaannya untuk memanggilnya 'Hyung' dan bukannya 'boss' sejujurnya ia agak risih dipanggil seperti itu.

"Jaemin-ah.. ada masalah? Aku mencarimu dibawah dan mereka bilang kau berada disini" tanya Mark heran, pasalnya seorang Jaemin tidak akan meninggalkan pantry dan tanggung jawabnya jika bukan sesuatu yang darurat.

Jamin adalah orang yang sangat bertanggung jawab pada setiap pekerjaan nya, ia tidak akan menjadi orang kepercayaan Mark tanpa alasan.

"Ah, maafkan aku Hyung, hanya saja Jisung belum kembali setelah aku menyuruhnya mengantarkan pesanan 3 jam yang lalu, aku khawatir sesuatu terjadi padanya " jelas Jaemin runtut.

"Begitukah?" Mark yang penasaran mulai melangkah maju untuk ikut melihat monitor yang tadi menjadi perhatian Jaemin, ia memperhatikan seksama rekaman video nya lalu tersenyum setelah memahami situasi.

153, itu adalah kamar yang ia siapkan untuk Chenle, bocah itu memang suka seenaknya.

"Jaemin-ah, kau tenang saja.. mungkin Jisung sedang bersenang senang didalam sana" Mark sedikit tertawa saat mengatakannya.

Jaemin yang dijawab seperti itu hanya membuka sedikit mulutnya dengan alis bertautan, kebingungan dengan perkataan bosnya.

Mark hanya terkekeh melihat ekspresi lucu itu lalu kemudian merangkul pundak Jaemin untuk mengajaknya keluar dari ruangan itu. Tanpa peduli ocehan Jaemin yang sibuk bertanya dan masih tak mengerti yang dengan jawaban Mark.

Sementara itu di ruangan lain.

Chenle mengerjapkan matanya yang terasa sangat berat. Chenle tak ingat terakhir kali ia tidur dengan nyenyak seperti sekarang. ia merenggangkan tubuhnya, menarik otot-otot nya yang terasa pegal, setelah tidur panjang nya.

Dive into youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang