21

5.3K 712 78
                                    

"Akhirnya Haruto-ssi ada waktu luang sehingga kita bisa mengobrol."

Haruto meminum teh dari cangkirnya dengan gerakan yang anggun. Pelayan Manor menyajikan teh oolong itu pun hanya boleh dua cangkir dan itu atas perintah Matriark sendiri. Iya benar, Matriark yang mengatakan pada seluruh pelayan melalui Bibi Shin.

"Kau terlalu sopan Yedam-ssi, maafkan aku yang terlalu sibuk akhir-akhir ini sehingga baru bisa mengiyakan ajakanmu." Haruto meletakkan cangkir tehnya di meja dan sedikit melirik Yedam. Ada tatapan mencemooh yang Yedam perlihatkan padanya.

"Baik. Tidak apa-apa, pasti menjadi cucu menantu utama sangat merepotkanmu."

Haruto tersenyum sedikit menaikkan sebelah alisnya. Laki-laki didepannya ini mencoba merendahkannya dengan mengatakan menjadi menantu utama membuatnya repot. Ucapan yang keluar dari Yedam tiba-tiba membuatnya tertarik merasa itu akan sangat menyenangkan jika Haruto bisa memukulnya mundur.

"Ahh... itu sudah menjadi tugas seorang menantu utama harus mengikuti seluruh kegiatan yang mengatas namakan suaminya, kan?"

Arin berdiri tidak jauh dari Tuannya, hanya berjarak tiga meter dari tempat Tuannya menjamu tamu di bagian utara Manor. Arin harus selalu memperhatikan apa yang Tuan dan tamunya lakukan. Meskipun baru bekerja untuk Haruto selama dua hari, Arin lebih paham tentang seluk beluk Nona-Nona dan Tuan muda dari banyaknya keluarga konglomerat, itu karena Yoora yang terus menyuruhnya mencari tahu.

"Haruto-ssi benar, anda sangat berkompeten dan beruntung menjadi menantu serta diterima sangat baik oleh keluarga Park."

"Aku meminta maaf jika keberuntunganku harus membuat anda terus memujiku." ucap Haruto penuh penyesalan.

Arin yang mendengar ingin sekali menampar mulut Yedam, laki-laki itu sama saja dengan Ryuhee, mencoba mengorek kembali masa lalu Haruto dengan terus mengatakan Haruto terlalu beruntung, sangat beruntung dan beruntung lainnya. Arin sendiri tahu keberadaan Haruto di Manor adalah sebuah aib bagi keluarga mertuanya, tapi Arin sangat menyukai Haruto yang bisa langsung menguasai emosi lawannya.

"Bukan begitu, anda salah paham. Aku benar-benar memuji anda." Yedam menjadi tidak nyaman.

Tanpa diketahui oleh keduanya, Hyunsuk sudah bergabung bersama Arin menonton keduanya, dia bahkan Hyunsuk sempat meminta pelayan Manor untuk mengambilkannya kacang mede sangrai untuk menonton pujaan Jeongwoo dan taman bunganya.

"Anda datang di waktu yang tepat." bisik Arin pada Hyunsuk yang asyik memakan kacangnya.

"Ini terlalu seru untuk dilewatkan." Hyunsuk tidak lupa membalasnya dengan bisikan juga.

Kembali pada dua orang didepan sana. Haruto menunduk sebentar lalu menatap Yedam.

"Aku meminta maaf pada Yedam-ssi, ku pikir anda lelah terus menyanjungku akhir-akhir ini sebagai pasangan Jeongwoo." lagi-lagi Haruto mengucapkannya dengan nada penuh penyesalan.

Yedam menurunkan pandangannya dan tanpa sadar tatapannya yang penuh penilaian itu menangkap sesuatu yang menarik matanya. Jari tangan Haruto dihiasi cincin berlian langka yang khusus diberikan untuk menantu utama keluarga Park turun temurun, padahal saat terakhir kali bertemu di lorong Manor, Yedam tidak melihat cincin itu terpasang disana.

"Apa itu cincin dari Kakek Park?" tanya Yedam tanpa tau malu.

Haruto segera mengelus cincinnya dan menatapnya sekilas. "Ini dari Ibu mertuaku, beliau memberikannya langsung padaku. Itu artinya beliau menerimaku sebagai menantunya, kan?" lagi, tembakan Haruto membuat Yedam semakin tidak nyaman dan membuat hatinya merasakan iritasi dan hampir menyemburkan api.

Sudut bibir Haruto berkedut menahan diri untuk tidak memukul mundur Yedam lagi tapi tidak bisa, "sepertinya aku terlalu menguji keberuntunganku hingga Ibu mertua menyerahkan cincinnya senang hati padaku." kata-kata itu keluar dengan sendirinya.

Perfect Demon ⚠️ Under Revision || JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang