Area kantin

41 7 13
                                    

Suara mesin motor milik Aska sudah tak terdengar lagi saat sampai depan rumahnya. Aska memarkirkan motornya di perkarangan rumahnya, lalu turun dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Setelah berada di dalam rumah, Aska segera mencari sang Papa untuk memberikan makanan yang sempat Aska beli di jalan. Meski tak terlalu mewah, tetapi bisa untuk menjadi cemilan sewaktu-waktu Papanya lapar di jam tengah malam.

Sudah berkali-kali Aska memanggil sang Papa, namun sang Papa tak kunjung menjawab panggilannya. Kemudian Aska langsung berjalan ke arah kamar Papanya, berharap Papanya berada di dalam kamar.

Belum sempat Aska mengetuk pintu kamar, pintu sudah terbuka dengan sendirinya. Aska masuk ke dalam dengan memberi salam, lalu tatapannya langsung melihat berbagai berkas berserakan di lantai, kamar Papanya terlihat sangat berantakan.

Karena Aska tak suka melihat hal yang berantakan, Aska langsung merapikan kamar Papanya. Satu-persatu sudah tertata rapi, dari mulai berkas yang berserakan, tempat tidur yang berantakan, hingga pakaian kotor berserakan dimana-mana.

Suara nafas Aska terdengar kasar, dirinya sudah lelah di sekolah, kini dibuat lelah lagi oleh sang Papa. Tidak biasanya Papanya seperti ini, dan tidak pertama kalinya juga bagi Aska melihat kamar Papanya berantakan seperti ini.

Aska paham, jika sudah begini, Papanya pasti ada masalah. Namun, sejak tadi tak ada tanda bahwa Papanya berada di rumah. Aska berjalan ke arah luar kamar untuk menuju kamarnya sendiri.

Sebelum pergi ke kamarnya, Aska sempat menaruh makanan yang dia beli ditaruh diatas meja makan dengan selembar kertas yang dia tulis untuk sang Papa.

⋟⋟⋟

Selesai membersihkan tubuh, memakai pakaian santai, Aska merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya itu. Pandangannya menatap langit-langit kamar, merenungi nasib dirinya sendiri.

Disaat Aska hanyut dalam pikirannya, suara ponsel menyadarkan lamunannya. Tangannya bergerak mengambil ponsel, ditatapnya nomor asing yang berada dilayar ponselnya. Karena penasaran, Aska menjawab telepon tersebut.

"Halo?" sapa Aska.

Setelah Aska menyapa lebih dulu, Aska tak langsung mendapat jawaban dari orang tersebut. Beberapa detik Aska berfikir bahwa yang menelepon dirinya itu hantu atau hanya orang iseng. Ketika Aska akan mengakhiri panggilannya, akhirnya dia mendapat jawaban dari seberang sana.

"Aska, ini Mama."

Deg.

Sesaat Aska merasakan degup jantungnya kini terasa sakit seperti sesuatu menancap jantungnya dengan keras. Hening, hingga Aska kembali sadar, dia langsung mengakhiri telepon.

"Bangsat!" umpat Aska seraya melempar ponselnya ke kasur.

Aska bangun dari tidurnya, bibirnya terus merutuki dirinya sendiri. Moodnya saat ini benar-benar berantakan karena seorang Ibu ditelepon yang mengaku sebagai Mamanya.

Ditengah Aska sedang emosi, notif pesan masuk dari ponselnya kembali berbunyi. Sekilas Aska membaca pesan singkat yang ternyata dari Kiva, teman sekelasnya Fito yang meminta nomor teleponnya tadi siang.

 Sekilas Aska membaca pesan singkat yang ternyata dari Kiva, teman sekelasnya Fito yang meminta nomor teleponnya tadi siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Askara BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang