Dosa-dosa Yang Mati Dalam Bulatan Telapak Tanganku

47 10 6
                                    

Kita adalah sebaik-baiknya penjelmaan dosa. Aku tidak bisa menahan kurva ku saat belah bibirmu bergumam kata kita dengan lirih. Selayaknya dosa, kata kita dalam hulu ku begitu menggoda. Begitu penuh adiksi yang tiada henti. Candu. Candu. Candu. Aku tak bisa berhenti walau hanya sepersekian sekon.

Kacau. Kacau. Kacau.

Apa kau telah memantraiku dengan mantra cinta? Atau kau telah meluruhkan cairan cinta pada gelas airku?

Timoer... Timoer... Timoer...

"Kenapa harus dia? Kenapa harus dan selalu dia?" Satu hari itu temanku datang bertanya dengan suara lantang.
Lalu, hampaku bersabda bersama dengan gemerisik rindu "Kalau tidak dia. Mau siapa?"

Timoer... Timoer... Timoer...

Aku rindu.

Rindu dengan segala bentuk penjelmaan dosa yang kita lakukan. Rindu dengan segala syair-syair berupa kebenciamu itu.

Aku rindu dengan bentuk penjelmaan dosa kita yang sebaik-baiknya itu.

Sunyi ku tak sama lagi, Timoer.

Dosaku hilang entah kemana, meninggalkanku dalam lingkup kelam.

Dosaku berkelana. Berkelana ke setiap inci sudut-sudut kota. Berkelana ke setiap manusia yang mata bisa daratkan. Berkelana sejauh mata memandang.

Dosaku berkelana seperti domba mencari ibundanya. Dosaku berkelana seperti kancing bajuku bergulir di lantai hingga menubruk tembok. Dosaku berkelana seperti Pluto.

Metafora sebaik-baiknya penjelmaan dosa ada kita.

Namun, dosaku berkelana.

Timoer, mau sampai kapan dosaku bertengger di saku celanamu? Mau sampai kapan dosaku dirampas?

















HALOOO, it's been a long time since the last time i wrote here!! gimana kabar kaliaannn? doaku selalu menyertai ya.

ini tulisan hasil sampah dari otakku berminggu-minggu lalu. aku bahkan udah lupa kapan aku nulis ini hahaha! but, i hope you enjoy reading it. anyway, there's part two for this story, so make sure u check it out!! ╰⁠(⁠⸝⁠⸝⁠⸝⁠´⁠꒳⁠'⁠⸝⁠⸝⁠⸝⁠)⁠╯

Lots of Love,
Tiara

Dosa & Timoer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang