Prolog

2.1K 125 5
                                    

"Berhenti berteriak padaku Jennie!" Lisa, gadis cantik yang terlihat jangkung itu akhirnya meraung. Nafasnya tersengal-sengal tidak terkendali.

Gadis yang dipanggil Jennie juga tidak kalah tersengal, keadaan mereka berdua sama bahkan pipi Jennie yang seperti mandu itu sudah memerah karena sedari tadi berteriak pada Lisa, tenggorokannya juga sakit.

"Kau yang memulai ini semua!" Jennie belum juga menurunkan nadanya, masih dengan highnote yang sama membuat telinga berdenging.

"Aku hanya bosan, seperti yang kukatakan. Lalu ada hak apa kau berteriak padaku?" Lisa akhirnya menurunkan nadanya, dia lelah pulang bekerja dan dia lelah bertengkar sedari tadi dengan Jennie, kekasihnya itu.

"Bullshit!" Jennie berteriak, lagi."Kalau kau berselingkuh katakan saja, jangan pakai alasan bosan"

Lisa menghela nafas mendengar tuduhan itu sejak sejam yang lalu, membela diri pun akan percuma.

"Terserahmu saja, aku lelah" Lisa melewati tubuh mungil Jennie, menuju kearah kamar mereka.

Hubungan yang berjalan 6 tahun itu sudah seringkali menghadapi badai, hanya kecil-kecilan karena sejak awal mereka saling mencintai, tapi ini adalah badai terbesar yang mungkin akan menghancurkan hubungan yang mereka bangun.

"Lisa!" Jennie berbalik, memanggil. Namun seakan tuli, Lisa masih berjalan menjauh.

Jennie terduduk di sofa ruang tamu, tanpa permisi air mata mengalir deras di pipinya. Dia begitu mencintai Lisa, bukankah masa-masa bosan mereka harusnya sudah terlewati? Kenapa baru sekarang? Kenapa saat hubungan mereka sudah seserius ini.

Mata Jennie membengkak membuat matanya yang kecil itu semakin kecil, pipinya pun ikut menggembung. Ia tidak suka menangis dan malam ini dia menangis keras sekali hanya karena seorang Lisa, wanita yang merebut hatinya sejak dia melihat Lisa di hari pertama kuliah.

"Jangan menangis"

Tiba-tiba saja suara lembut seseorang menghentikan tangis Jennie, suara itu sama dengan suara yang berteriak padanya tadi.

"Minumlah" sebuah teh herbal tersaji diatas meja "tenggorokanmu pasti sakit karena banyak berteriak"

"Kau mau kemana?" Jennie mengabaikan perhatian itu dan lebih memberikan fokusnya ke koper yang ada disamping Lisa.

Lisa melihat kearah kopernya sebentar sebelum kembali kearah Jennie
"Aku akan kembali ke rumah orangtuaku untuk menenangkan diri sebentar"

"Lisa.." Jennie sudah tidak mampu mengatakan apapun, hatinya sangat sakit sampai rasanya tidak mampu untuk menahan ini semua.

"Jennie.. please. Aku tahu terdengar egois, beri aku waktu berpikir tentang kita"

"Apa yang perlu dipikirkan" Jennie menangis lagi "kita sudah bersama 6 tahun Lisa. Its fucking 6 years"

Lisa terdiam, Jennie benar. Mereka sudah 6 tahun bersama tapi entah mengapa beberapa bulan terakhir Lisa mulai merasa hampa dengan hubungan mereka.

Ia tidak lagi merasa excited kita melihat Jennie, ia jarang membalas pesan Jennie dengan alasan sibuk bekerja, ia juga jarang makan malam di rumah.

"Lisa.."

"I'm sorry Jennie"

Hanya mengambang seperti itu, Jennie tidak mengerti kenapa Lisa melakukan hal ini padanya.

Lisa hanya mengatakan sedang bosan lalu meminta maaf. Sudah hanya begitu? Tidak ada penjelasan apapun?

Hampir saja Jennie meraung tapi tahu itu akan membuat hubungan mereka semakin memburuk dan dia juga sudah sangat lelah, lalu dengan permintaan maaf itu Jennie membiarkan Lisa menyeret kopernya keluar dari rumah yang mereka berdua beli, dua tahun lalu.

Remember Why You Started. (Jenlisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang