Typo bersebaran! Komenin yaw biar Author segera revisi!
***
Apa yang mereka takutkan kini terjadi. Alaric menjual Arletta untuk tetap di dalam kereta kuda saat terdengar keributan dari luar.
"Tutup jendela dan kunci dari dalam," pesan Alaric lalu keluar.
Arletta yang ketakutan hanya bisa duduk terdiam. Wanita itu mendengar suara auman yang besar dan lantang. Sesekali terdengar suara gentingan benda tajam yang sangat mengiris. Rasanya sangat ngilu.
Hingga tiba-tiba kereta kuda yang ia kendarai berguncang dengan hebat. Arletta memekik ketakutan ketika ada kaki dengan kuku-kuku tajam yang besar mengoyak kereta kuda itu. Tak sampai di sana, kereta kuda itu berguncang begitu hebatnya hingga membuatnya terpelanting. Arletta merasa mual dan sakit di sekujur tubuh ketika kereta kudanya berputar-putar hingga akhirnya menabrak sesuatu yang keras.
"Arletta!" teriak suara Alister begitu jelas dari luar.
Di tengah rasa pusing dan lemas, kereta coba membuka kedua matanya dan menatap sekeliling lagi. Pintu depan terbuka tetapi saat ini dengan posisi yang sudah tidak berdiri tegak seperti semula. Tampaklah analisis yang tampak begitu khawatir.
"Arletta, kau baik-baik saja? Ayo keluar!" ajak Alaric menggenggam tanga Arletta.
Dengan tubuh yang masih lemas karena syok atas kejadian barusan, Arletta dibuat semakin tak percaya ketika ia melihat pemandangan mengerikan yang ada di sekitarnya. Wanita itu harus memakai, cairan bening dan hangat langsung menumpuk di pelupuk mata. Hatinya terasa digoyang-goyang ketika ia melihat banyak dari rombongannya tampak berdarah-darah. Bahkan tak sedikit pulang satu persatu dari mereka berguguran karena serangan dari monster.
Arletta semakin mengeratkan cekalannya pada lengan Alaric. Di hadapan mereka kini telah banyak monster-monster serigala dengan bunyi yang begitu gelap dan mata merah yang bersinar.
"Tetaplah di belakangku!" perintah Alaric kepada Arletta.
Pria itu kembali bersiaga dengan pedang. Satu master serigala menyerang mereka, dengan sikap pelari langsung melayangkan pedangnya hingga membuat monster itu terluka. Monster itu mengerang, suaranya begitu keras hingga membuat telinga Arletta berdengung.
Tak tinggal diam Arletta segera mencari beberapa batu yang ia gunakan untuk menolong orang-orang yang diserang. Tentu saja bukan hanya batu berukuran kecil, melainkan batu dengan ukuran besar sehingga membuat kepala monster itu terluka. Lantas ketika motor mau marah dan lengah beberapa ksatria membunuhnya dengan mudah.
Ada tiga kesatria yang mereka sewa dalam perjalanan ini. Ketiganya dibuat kewalahan karena harus melindungi banyak orang sementara kawanan monster serigala itu seolah bisa mencium bau orang-orang asing yang hendak mengusik tempat tinggal mereka.
"Duke, awas!" teriak Arletta ketika melihat serangan monster serigala dari arah belakang pria itu sedang mengincar leher.
Arletta segera mengangkat batu setinggi mungkin, lalu melemparkannya telak mengenai kepala serigala hingga membuatnya goyah. Alaric segera membalikkan badan dan menyabetkan pedang.
Di malam yang semakin larut, alih-alih semakin habis, kawanan monster serigala itu malah terasa semakin banyak. Barangkali karena hutan mereka yang selalu sepi tanpa dijamah manusia itu kini kedatangan tamu tak diundang. Pantas saja kerajaan Gloria tidak mau memberikan jaminan keamanan, karena mereka tahu monster yang mereka hadapi cukup menguras tenaga sihir.
Barangkali anggapan kerajaan-kerajaan lain kepada kerajaan Gloria memang benar adanya. Bahwa kerajaan Gloria adalah kerajaan paling egois di seluruh dunia. Disebut pula kerajaan yang paling angkuh karena bersikap seolah tidak butuh bantuan kerajaan lain. Dan kenyataannya memang seperti itu. Dengan kekuatan sihir yang mereka miliki dan benteng hutan mengerikan ini karena saja mereka enggan berhubungan dengan kerajaan lain pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose The Villain Duke
FantasíaArletta Davies kembali terbangun setelah dibunuh dengan keji oleh suami dan keluarganya. Demi membalaskan dendam pada kekejaman keluarga dan mantan suami di kehidupan sebelumnya, Arletta rela menjadi istri kontrak Duke Alaric Wilton, pria kejam dan...