Kantin yang ramai seolah sunyi di telinga Ucup. Nasi di piringnya masih utuh tidak tersentuh. Gofar melirik temannya itu.
"Cup, gak makan?"
"Cup. Ucup. Ucup!" Gofar menepuk keras lengan temannya itu.
"Anjir Far."
"Lagian lo bengong dari tadi. Kenapa sih?"
Ucup tidak menjawab. Mulai mengaduk makanan di piringnya.
Matanya menangkap eksistensi pemuda berkacamata. Kali ini rambutnya diurai. Bergelombang indah.
"Ehh itu Piko. Pik-"
"Jangan Far! Jangan dipanggil kesini."
"Kenapa?"
"Gak papa."
Gofar mengerenyitkan dahi.
"Woe! Ngapain sih pada diem-dieman." Suara wanita memecah sunyi keduanya dengan tepukan keras di bahu Gofar.
"Anjing Sarah, kaget gue." Gofar menatap Sarah yang mengambil duduk di samping Ucup.
"Hehehe sorry sorry."
"Btw, kalian tau gak? Adek kelas kita yang dulu suka sama Ucup ternyata kuliah disini."
Mendengar namanya disebut Ucup kembali meletakkan sendok di piring.
"Siapa Sar?" Tanya Gofar.
"Si Piko. Masak lo gak tau sih, Far."
"Lo inget gak sih Cup" Lanjut Sarah bertanya pada Ucup.
Gofar menatap Ucup dan mulai merangkai alur. Akhirnya paham dengan sikap Ucup yang selalu menghindar jika berhubungan dengan pemuda berkacamata itu.
"Tapi dia kasian tahu. Kata adek temen gue, dulu dia pernah di-bully. Sampe pindah sekolah. Kejadiannya pas kita udah lulus"
Perkataan Sarah membuat Ucup menatapnya cepat. Alisnya mengerut bingung.
"Anjir separah itu Sar? Itu gara-gara apa? Piko gak mungkin neko-neko, dia anaknya baik. Gue tau dia juga karena dia menang lomba lukis se-kabupaten."
"Iya Far. Parah banget. Katanya dia dijauhin temen-temennya, meja dia di coret-coretin, dikasih sampah, dikata-katain dan parahnya lagi sampai nyerang ke fisik."
"Alesannya..." Sarah terlihat ragu dan melirik Ucup yang masih tidak membuka suaranya.
"Gara-gara dia suka sama Ucup. Fansnya Ucup gak terima. Ditambah ada yang nyebarin video Piko yang lagi ngungkapin perasaannya ke Ucup."
"Anjir." Kata Gofar kaget.
"Sorry Cup." Lirih Sarah menatap Ucup tidak enak.
Ucup? Tentu saja terkejut.
Ia mengepalkan tangannya. Bagaimana ia tidak mengetahui tentang hal ini? Bagaimana bisa dirinya lari begitu saja? Separah apa mereka merusak pemuda sebaik Piko?
BRAK!
"Cup! Lo mau kemana? Ucup!" Gofar memanggil Ucup yang sudah berlari menjauhi kantin.
Marah. Ucup marah dengan dirinya sendiri yang tidak tahu apa-apa. Ia berlari, mencari keberadaan Piko. Ia harus bertemu Piko.
Langkahnya terasa begitu berat. Dadanya sesak membayangkan Piko menghadapi hal yang begitu menakutkan. Sendirian.
Ucup tertawa. Menertawai dirinya yang munafik. Seolah dia tidak ikut andil dengan rasa sakit yang Piko tanggung.
"Ini maksudnya apa Pik? Lo gambar-gambar kayak gini, maksudnya apa? Ini gue kan?"
"I-iya itu Kak Yusuf."
"Terus?"
"....."
"Lo suka sama gue?"
"Maaf... Maaf kak, aku gak bermaksud buat kakak risih. T-tapi iya, aku suka sama Kak Yusuf. Maaf. Aku gak ada niatan untuk kasih tahu ini tapi aku pikir kakak berhak tahu. Maaf kak, aku cinta sama Kak Yusuf."
"Lo gila Pik."
"Asal lo tau ya, gue masih normal. Gila. Abis ini jangan temuin gue lagi deh. Enek gue liat muka lo."
Ucup pikir, Piko hanya menanggung sakit karena perkataannya dulu. Tidak mengira jika itu belum ada apa-apanya dengan hari-harinya setelah Ucup pergi.
Kali ini, ia benar-benar tidak mengharapkan apapun. Diberi maaf oleh Piko pun ia sudah sangat bersyukur. Tapi, apa masih bisa ia mendapatkannya?
+++
KAMU SEDANG MEMBACA
Episode | Cupiko/Hackforger [END]
Fanfictionpiko bertemu lagi dengan ucup, orang yang pernah ia kagumi semasa SMA dan juga patah hati pertamanya cupiko | hackforger