Mommy or Daddy? (2)

1.6K 148 4
                                    

Setelah persetujuan dari anak semata wayang calon suaminya itu didapatkannya, Ten benar-benar menikah dengan Donghae. Keduanya kini berstatus sebagai pasangan yang telah terikat.

Meskipun Jeno sudah setuju, bukan berarti Jeno telah mempercayai 100% calon ibunya itu. Ia seringkali mengawasi Ten semisal dia akan melakukan hal keji. Entah ketika Ten sedang melakukan panggilan telepon bersama rekan bisnisnya atau dengan teman-temannya. Bahkan Jeno tak tanggung-tanggung membuntuti Ten kala pria itu pergi menemui temannya.

Tetapi hasilnya selalu sama, pria itu tak menunjukkan adanya perilaku mencurigakan. Benar kata Papanya, Ten tidak mempunyai niat jahat seperti yang dipikirkannya selama ini.

Mungkin Jeno memang sudah seharusnya menerima kehadiran Ten yang kini sebagai ibu sambungnya. Menganggap Ten selayaknya sang ibu dan bersikap penurut sebagaimana selama ini Jeno selalu mematuhi ucapan Donghae.

"Jeno, apa kau ingin ikut berlibur ke Swiss bersama kami?"

Jeno tampak tengah berpikir, sebab tak dapat memastikan apakah dirinya bisa atau tidak. Pasalnya, pekerjaannya selalu menanti Jeno.

"Ayolah sayang, kita berlibur bersama sekali-kali. Bukankah kau bisa mengambil cuti sebentar?" tanya Ten menimpali. Pria itu mendudukkan dirinya di samping Donghae seraya menyuguhkan senyuman manis.

"Ehm ... baiklah. Kapan kita berangkatnya?"

"Besok pagi. Kebetulan besok ada jadwal pemberangkatan pagi, sehingga kalau terus menunda, takutnya malah tidak jadi," balas Ten.

"Mendadak sekali, tapi tidak apa-apa. Aku akan coba meminta izin cuti kepada atasanku."

Donghae dan Ten mengangguk.

~~~

Ketiga keluarga itu baru saja tiba di salah satu hotel. Mereka sepakat pergi setelah Jeno diizinkan berlibur bersama keluarganya.

Pemandangan di ibu kota Bern sungguh luar biasa. Jeno mendapatkan kamar sendiri tepat di sebelah kamar kedua orangtuanya.

Selama beberapa tahun terakhir Jeno tak pernah berlibur, rasa-rasanya Jeno mendapat sedikit ketenangan setelah dari banyaknya kasus yang ia terima sebagaimana dirinya adalah seorang pengacara.

Ia berada di Swiss sekiranya sampai 5 hari. Maka dari itu Jeno tak ingin ketinggalan untuk mengabadikan momennya selama di Swiss.

Singkat hari, malam pun tiba. Banyak hal yang dilakukan Jeno bersama Donghae dan juga Ten. Ketiganya sama-sama berkeliling menikmati suasana menyenangkan, entah itu menjajal jajanan khas negara Swiss sampai berkendara mengunjungi tempat wisata sebelum bersinggah di restoran cepat saji.

Ketiganya kembali ke hotel pada saat malam menjemput. Setiba di kamarnya, Jeno memutuskan mandi. Habis ini dirinya akan langsung beristirahat. Sungguh hari melelahkan, namun juga sangat mengasyikkan.

Tak sampai memakan banyak waktu, Jeno keluar dari dalam kamar mandi dengan berbalut piyama tidur. Sebelum mengistirahatkan tubuh lelahnya, Jeno pergunakan sebentar untuk memandang pemandangan indah dari atas balkon lantai kamar hotelnya.

Terlalu larut Jeno mengagumi apa yang ada di hadapannya, hingga tak lama kemudian sebuah tangan memeluknya dari belakang. Jeno sempat terkesiap lalu menoleh ke belakang dan menemukan presensi ibu sambungnya.

"Emm ... M-Mama?"

Jeno masih belum terbiasa memanggil Ten dengan sebutan demikian. Apalagi Ten adalah seorang pria. Hanya saja Ten memintanya memanggil dia dengan sebutan mama, sebab itu bukanlah suatu masalah bagi Ten sendiri.

"Apa yang membuatmu kemarㅡ anghh!" Jeno mendesah ketika dadanya mendapat remasan lembut. Sial, apa maksud semua ini?

Ten membalikkan badan Jeno supaya menghadap ke arahnya. Jeno hendak memprotes, namun dengan cepat Ten sudah langsung membungkam bibirnya dengan ciuman. Begitu intens dan penuh gairah, sampai-sampai tak membuat Jeno berkutik.

AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang