Ekstra part 2

394 26 0
                                    

******

"Jasmine, turun makan siang!!" teriak Jeno diambang pintu kamar Jasmine.

Tak ada jawaban sama sekali dari dalam kamar, Jeno jadi merasa kesal. Pasti anak itu lagi nonton drakor sampai lupa waktu gitu.

Ceklek!

"Jasmine ayok turun woi!" teriak Jeno setelah ia membuka pintu kamar sang adik. Di dalamnya tidak ada siapapun, lalu kemana anak itu, benak Jeno bertanya-tanya.

"Apa mungkin dia udah turun kali ya," gumam Jeno. "Mungkin iya?"

Jeno kembali menutup pintu kamar Jasmine lalu berjalan menuruni anak tangga, mungkin saja adiknya sudah turun terlebih dahulu sebelum dirinya keluar kamar tadi.

"Loh, Jasmine mana?" tanya Jeno ketika sudah sampai dimeja makan tapi tidak menemukan Jasmine.

Audrey, Renald dan Jevan kompak menoleh ke arah Jeno ketika mendengar dia bertanya dimana Jasmine.

"Aku panggilin dia dikamar nggak ada, aku pikir dia udah turun duluan tadi," ucapnya.

"Mungkin dia lagi di toilet kalinya tadi pas aku panggil, yaudah aku mau ke atas lagi buat manggil Jasmine."

Jeno hendak kembali kelantai atas untuk memanggil Jasmine lagi tapi langkahnya tertahan oleh suara Renald.

"Jangan kayak gini, Nak, Jasmine pasti sedih kalau tahu kamu kayak gini," lirih Renald sendu melihat putranya.

"Maksud Papi apaan sih? Aku cuman mau ke atas manggil Jasmine, dia pasti lagi nonton drakor sekarang makanya suka lupa waktu," celetuk Jeno.

"Jen, istighfar Dek. Jasmine udah nggak ada sekarang, kamu harus bisa ikhlasin dia. Dia juga pasti sedih kalau lihat kamu kayak gini," tegur Jevan.

"Jasmine udah nggak ada? Nggak mungkin, Jasmine masih ada kok dikamarnya. Dia, dia masih disini sama kita Bang. Dia nggak mungkin pergi." Suara Jeno terdengar lirih.

Meskipun kepergian Jasmine sudah lebih dari seminggu tapi ia tidak bisa ikhlas, Jeno selalu menganggap bahwa Jasmine masih ada sekarang. Pagi-pagi dia selalu masuk ke dalam kamar Jasmine karena ingin menganggu tidur adiknya seperti yang selalu ia lakukan waktu Jasmine masih hidup.

"Jasm--ine." Wajah Jeno berubah sendu, mungkin ia sudah sadar kalau Jasmine sudah tidak lagi bersama mereka sekarang.

"Mas, aku kangen sama Jasmine." Renald menoleh ke arah sang istri, perempuan itu ikut menangis seperti Jeno.

"Nanti kita ke makamnya Jasmine ya," kata Renald.

Jevan menunduk, matanya berkaca-kaca. Hatinya kembali terasa sakit, dadanya terasa begitu sesak. Seminggu lebih Jasmine pergi tapi mereka semua tidak bisa ikhlas melepaskan Jasmine.

"Aku udah selesai makan," ucap Jevan lalu beranjak dari tempat duduknya. Ia kembali ke kamarnya.

Renald hanya bisa menatap sendu kepergian Jevan, ia bisa melihat dengan jelas bahwa dimata Jevan masih terdapat kesedihan yang mendalam.

"Aku nggak jadi makan." Jeno juga kembali ke kamarnya.

"Mas, hikss...." Audrey terisak kembali ketika melihat kedua putranya yang sedih. Audrey merasa tidak sanggup jika harus melihat mereka bersedih seperti itu tapi dia juga tidak tahu bagaimana caranya agar anak-anaknya kembali ceria lagi.

"Yang sabar, kita harus bisa iklasin Jasmine. Dia udah tenang sekarang," ucap Renald menenangkan istrinya.

***

H A Z M I N E  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang