bab 40

1.3K 144 5
                                        

Haloo
Selamat membaca

Warning Typo ❗❗❗

Jangan lupa vote dan komen nya guys

0

7/10/22

Sore ini Regan akan membawa sang istri ke pemakaman sang putri. Mereka akan pergi bersama Alichie dan juga Revan, tadinya Aquila menolak untuk pergi karena belum siap. Namun dengan dorongan Regan, akhirnya ia mau pergi menemui sang putri yang sudah beristirahat dengan tenang.

Dengan dress panjang berwarna putih, Aquila duduk di atas kursi roda. Kepalanya tertunduk dalam, tubuhnya bergetar hebat karena bayangan kecelakaan satu tahun yang lalu. Tangisan Victoria yang selalu membangunkan dirinya di malam hari juga hadir dalam pikirannya. Perlahan suara Istakan terdengar cukup jelas, membuat Regan yang sedang mengancingkan bajunya menoleh pada sang istri.

Wanita itu sedang menangis dalam diam, berusaha untuk tidak mengeluarkan suaranya agar Regan tak mendengarnya. Namun, rasa sakit di dadanya membuat ia tak bisa menahan isakan itu.

"Sayang?" panggil Regan, suaranya serak namun begitu lembut. Ia berlutut di depan Aquila, guna melihat wajah sang istri.

"Victoria nangis terus Regan hiks hiks aku mau ketemu dia." isak Aquila, matanya menatap sendu Regan suaminya.

Perlahan, Regan menyentuh pipi istrinya lembut. Tangannya juga bergetar, sama seperti tubuh Aquila. Sejak Aquila datang, Regan memang terlihat tegar dan lebih baik dari sebelumnya. Namun, itu semuanya hanya sandiwara, jiwanya juga terguncang dan kesedihan dalam hatinya begitu besar. Tapi ia menyembunyikan itu semua untuk menguatkan sang istri.

"Malaikat kecil kita sudah bahagia bersama tuhan sayang, kita harus berdo'a untuk dia, bukan menangis. Aku tau ini berat buat kamu menerima kenyataan. Tapi aku mohon, berjuang untuk kuat demi putra kita. Dia juga membutuhkan kita." ujar Regan

Aquila semakin menangis, bayang-bayang bayi Victoria menangis terus memenuhi kepalanya. Melihat Aquila semakin histeris, membuat Regan tidak tahan. Air matanya perlahan juga mulai luruh, satu persatu buliran bening itu membasahi wajahnya dengan deras. Jika Aquila bisa seperti ini, bagaimana dengan Regan yang selama ini menjaga putrinya dari masih sangat bayi. Dia juga sebenarnya hampir gila memikirkan sang putri yang sudah tiada.

Bahkan semenjak kematian Victoria, Regan tidak pernah tidur. Karena setiap menutup mata, putrinya akan datang ke dalam mimpinya. Putri kecil yang sangat ia sayangi, menangis dengan tubuhnya yang berlumuran darah. Namun tidak bisa Regan gapai untuk mengobatinya, dalam mimpi itu Regan juga tidak bisa berjalan lebih dekat.

"Astaghfirullah, kalian berdua." pekik Alichie, wanita itu hendak memanggil keduanya. Tapi yang ia lihat adalah pemandangan yang memilukan, dimana dua orang tua sedang menangis sambil berpelukan.

Revan segera masuk kedalam kamar kakaknya dengan wajah khawatir, di ikuti oleh Rain. Namun sebelum masuk, Rain menghentikan langkahnya di depan Alichie.

"Ngomong-ngomong, lo Kristen. Sayang." ujar Rain dengan tersenyum miring.

"Oh, iya lupa." gumam Alichie, memukul pelan kepalanya.

"Bang, kalau lo sama Aquila belum siap jangan di paksain. Ada hari lain untuk kalian kesana." kata Revan, menepuk pelan punggung sang kakak.

"Mending kalian istirahat aja, tenangkan diri kalian dulu. Inget, masih ada Vincent yang membutuhkan kalian. Jadi, usahakan untuk bisa mengikhlaskan." nasehat Rain

Sebagai adik bungsu yang selalu memeriksa keadaan kakaknya, Rain sangat tau kondisi psikologi Regan sekarang lebih parah dari sebelumnya. Mengingat Rain adalah mahasiswa kedokteran dan juga psikologi, dia langsung tau keadaan kakaknya hanya dengan melihat matanya.

Regan dan Cintanya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang