Part 4

12 3 0
                                        

ketika mereka berada di kantin sang kakak adenaya bernama advodka datang dan melihat mereka

"eh itu kan adik lu kenapa dia sama kanaya" kata gibran sambil menunjuk kepada adenaya, advodka yang melihat adiknya seperti itu langsung menepuk tangan gibran.
"gak usah nunjuk ke adik seperti itu"
"eh iya maaf"

advodka masih terus memantau mereka semua dari kejauhan bersama kedua sahabatnya (gibran dan samudra)

"kalian mau beli apa" - jingga
"eh gais tau gak sih, ayo sini merapat di kantin, jingga yang traktir" ucap kanaya sambil teriak gembira

adenaya yang melihat perlakuan kepada sahabatnya itu ingin tidak terima tapi sesudah melihat kakak nya dari jauh dia mengurungkan diri untuk melawan

tiba-tiba gibran dan samudra maju tapi tangan mereka di cengkram oleh advodka

"jangan dulu, kalau kalian ngelawan mereka, kalian akan saya pecat"
"tapi bos..." - gibran
"tidak ada tapi-tapian, cepat cabut"

akhirnya mereka pergi meninggalkan kantin
.
.
Suasana di Kantin ribut dengan perlakuan kanaya dan kaira

"makasih jingga atas teraktiran nya" kata kaira sambil tersenyum
"kalau bisa setiap hari begini" sambil mengaduk makanan
"hah setiap hari?! oh apakah kalian tidak mampu iya untuk membayarnya karena kalian kan tidak punya uang sedikitpun" ejek adenaya untuk mereka berdua

kanaya yang mendengar nya langsung marah dan mengambil botol minum untuk di siramkan ke baju seragam adenaya

"ini pelajaran buat lo adenaya, gw gak peduli setinggi apa jabatan lo di sekolah ini, biarpun itu anak kepala sekolah, gw gak peduli" bisik kanaya kepada adenaya
"ayo cabut" - kaira

mereka berdua akhirnya pergi meninggalkan kantin

adenaya memejamkan "heran bener tuh anak kerjannya cari ribut terus"
"iya maaf ini semua karena gw" jingga berkata sambil menundukan kepala

adenaya milirik jingga "astagfirullah, tidak masalah" angkat kepala jingga "tatap wajahku, aku berhak untuk melindungi mu karena aku adalah sahabatmu"
"iya makasih, kau selalu ada buatku" lalu jingga memeluk adenaya kuat
"iyaiya, ikut aku"
"kemana" - jingga
"ke markas"
"hmm baiklah ayo" - jingga

mereka berdua akhirnya pergi ke markas belakang sekolah dimana hanya geng adiputra yang tau

"hy gais"
"hai" kata samudra
"gimana ribut kalian, udah selesai" - advodka
"belum bang, heran kesel banget sama tuh anak" - adenaya
"kalian tenang aja, serahkan urusan kalian sama advodka" ucap gibran dan menatap advodka
"tidak usah kami akan menangani nya sendiri" - adenaya
"yakin??" ejek advodka sambil ketawa
"bang pliss iya, lagian kenapa sih kita gak boleh ngelawan" - adenaya

advodka tiba tiba menjitak kepala adenaya "bodoh, biar mereka gatau kalau kita itu seorang mafia"
"nah itu yang gw maksud, tapi adenaya tukang lemot" ucap jingga sambil merajuk

semua orang menertawakan nya kecuali advodka

"cukup bercanda nya" bentak advodka

semua orangpun akhirnya tiba tiba terdiam, dan gibran yang memulai pembicaraan

"sekarang gimana cara kita biar kanaya sama kaira mendapatkan pelajaran" - gibran
"gampang itu, tinggal tunggu tanggal main nya" ucap jingga sambil tersenyum licik
"okay baik"

Mafia Teen Of The SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang